Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala Poso menembak mati satu anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora, pascabaku tembak di Poso Pesisir, Sulawesi Tengah, pada Minggu (3/3) petang. Teroris bernama Romzi alias Basyir itu, memiliki peran penting dan paling ditakuti.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, mengatakan Romzi alias Basyir merupakan anggota MIT yang cukup mahir dalam menggunakan senjata. Ia juga merupakan angggota yang paling ditakuti selain Ali Kalora.
"Untuk leadernya memang Ali Kalora, tetapi Basyir menjadi salah satu anggota yang memegang senjata, dan perannya dia cukup vital," kata Dedi di Kantor Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta, Senin (4/3).
Asisten bidang Operasi Kapolri, Irjen Rudy Sufahriadi, mengatakan Romzi cukup licin menghindari upaya petugas yang berusaha menangkapnya. Ia juga yang paling lama menyandang status buron dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).
Rudy mengaku sudah berusaha menangkapnya sejak menjabat sebagai Kapolda Sulawesi Tengah. "Sejak saya jadi Kapolda dari tahun 2012, kita cari sampai dengan kemarin baru tertembak," kata Rudy di lokasi yang sama.
Selain Romzi alias Basyir, satu teroris lain ditangkap dalam kondisi hidup, yaitu Aditya alias Idad alias Kuasa. Kedua teroris tersebut dilumpuhkan dalam baku tembak di wilayah perkebunan Padopi, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, sekitar pukul 17.15 WITA.
Saat itu, Satgas Tinombala bentrok dengan anggota Ali Kalora cs yang berjumlah sekitar lima orang. Selain melumpuhkan Romzi dan Aditya, Satgas Tinombala juga mengamankan sepucuk senjata laras panjang jenis M-16.
Jenazah Romzi telah dibawa ke Sulawesi Tengah untuk dilakukan identifikasi oleh tim DVI. Adapun Aditya masih diperiksa oleh petugas.
Dengan tertembak dan tertangkapnya dua anggota Ali Kalora cs itu, maka saat ini jumlah DPO yang diburu anggota Satgas Operasi Tinombala Poso sekitar 13 orang.
Kelompok MIT pimpinan Ali Kalora sebelumnya berjumlah total 15 orang. Anak Abu Wardah alias Santoso, pimpinan MIT sebelumnya, juga ikut bergabung dengan kelompok Ali Kalora. Mereka semua telah ditetapkan sebagai buronan, dengan terdaftar dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).