Mabes Polri menerjunkan tim Disaster Victim Identification (DVI) untuk melakukan identifikasi korban tragedi kerusuhan Stadion Kanjuruhan, Malang. Tragedi yang terjadi pada Sabtu (1/10) malam ini menyebabkan ratusan orang meninggal dunia.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, tim DVI Mabes Polri akan berangkat siang ini ke Malang.
"Tim DVI dari Mabes Polri dipimpin langsung Karodokpol Pusdokkes Polri, Brigjen Pol dr. Nyoman Eddy Purnama Wirawan, siang ini langsung berangkat ke Malang," kata Dedi saat dikonfirmasi, Minggu (2/10).
Dedi mengatakan, tim DVI Mabes Polri akan berkoordinasi dengan tim DVI Polda jatim dan rumah sakit setempat guna mempercepat terlaksananya identifikasi korban.
"Langkah saat ini, tim DVI Dokkes Polri siang ini akan berangkat segera ke Malang untuk back up Tim DVI Polda Jatim dan dokter setempat guna percepatan identifikasi korban," ujar Dedi.
Dedi menambahkan, saat ini Polri fokus untuk melakukan identifikasi korban meninggal dunia dan memberikan pertolongan medis kepada korban yang masih menerima perawatan di rumah sakit.
"Dan fokus untuk memberikan pertolongan medis kepada korban-korban yang saat ini dirawat di beberapa RS," tukas Dedi.
Sedikitnya, 127 orang tewas dalam kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu malam (1/10). Jumlah korban ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah sepakbola Indonesia.
"Dalam kejadian tersebut meninggal 127 orang, 2 di antaranya anggota Polri," kata Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta di Malang, Minggu (2/10). Data terbaru, yang dikonfirmasi Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyebut korban tewas mencapai 129 orang.
Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta di Malang, Minggu (2/10) menerangkan bahwa dari seluruh korban tewas, 34 meninggal di rumah sakit, sedang sebagian besar tewas di stadion. Selain itu, sebanyak 13 mobil juga dirusak. Sebanyak 10 kendaraan milik kepolisian, dan sisanya kendaraan pribadi.
Menurut Nico kerusuhan terjadi terkait proses pertandingan antara Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang. Penonton yang merupakan pendukung Arema kecewa karena dalam laga itu, tim kesayangan mereka kalah 2-3.
Suporter tidak puas dengan hasil tersebut. Dan sebagian mulai menginvasi lapangan untuk menemui ofisial tim Arema. Awalnya hanya beberapa yang masuk, namun kemudian massa yang lebih besar turun ke lapangan sehingga polisi melakukan pengamanan agar suporter tidak mengejar para pemain. Aparat sampai menembakkan gas air mata untuk mengatasi situasi. Hal itu menurut Nico dilakukan karena massa sudah anarkistis dan menyerang petugas.