Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna menyebutkan, tim gabungan kembali menemukan 11 jenazah terkait bencana longsor di Pulau Serasan, Natuna, Kepulauan Riau (Kepri). Data ini berdasarkan pukul 19.00 WIB, Rabu (8/3).
"Data centre mendapatkan data tambahan, total ditemukan 11 orang," bunyi catatan tersebut dikutip, Kamis (9/3).
Daftar nama 11 korban yang ditemukan tersebut adalah Hermandi, Janati, Abdillah, Evan, Ikhsan, Bebenza, Wawan Setiawan selaku kades pangkalan Kecamatan Serasan, Noval, Fani Setia Wirawan, Kalfin bin La Dalil, dan Hasmarullah bin Abdullah.
"Semua korban langsung dimakamkan hari itu juga," pernyataan Pemkab Natuna.
Dengan demikian, jumlah korban meninggal akibat bencana tanah longsor di Natuna menjadi 21 orang. Jumlah korban meninggal diperkirakan bertambah karena masih ada 35 warga yang dinyatakan hilang.
Sementara, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, meminta seluruh stakeholder dapat bekerja sama dalam pemenuhan kebutuhan dasar para pengungsi yang terdampak bencana banjir bandang dan tanah longsor di Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
Hal itu disampaikan Suharyanto usai meninjau dua lokasi pengungsian warga, yakni di SMA Negeri 1 Serasan dan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Serasan bersama Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad, Bupati Natuna Wan Siswandi beserta jajaran pada Rabu (8/3).
“Ada yang masih mengungsi. Ini kita pastikan agar kebutuhan dasar selama mengungsi ini bisa terpenuhi,” kata Suharyanto.
Adapun Suharyanto mendorong agar semua berupaya semaksimal mungkin sehingga apa yang menjadi kebutuhan warga pengungsi dapat terpenuhi.
“Semuanya berusaha semaksimal mungkin agar kebutuhan warga terdampak ini terpenuhi,” kata Suharyanto.
Sebelumnya, Suharyanto mengatakan bahwa pemenuhan kebutuhan warga terdampak tidak hanya yang berada di tempat pengungsian saja. Kepala BNPB juga menyarankan apabila warga tidak berkenan dipengungsian, maka dapat menyewa rumah dengan sistem kontrak dan biaya akan ditanggung negara selama masa darurat. Oleh sebab itu, pendataan menjadi hal yang sangat perlu dilakukan.
“Nanti dapat uang kontrak dari negara. Itu jumlahnya sesuai dengan aturan Rp500.000 per kepala-keluarga per bulan,” jelas Suharyanto.
Lebih lanjut, Suharyanto juga memberikan alternatif lain kepada warga terdampak. Apabila lebih berkenan tinggal di dekat rumahnya sendiri, maka tim satgas gabungan dapat memenuhi kebutuhannya mulai dari tenda, matras, selimut, lampu garam dan sebagainya.
“Atau memang inginnya di dekat rumahnya yang rusak. Di tenda misalkan, ya kita siapkan,” jelas Suharyanto.
Kepada seluruh unsur stakeholder yang hadir mendampingi kunjungan, Suharyanto meminta agar semuanya dapat menjamin apa yang dibutuhkan para pengungsi dari mulai mereka bangun pagi hingga tidur di malam hari.
“Jadi dari dia bangun tidur sampai tidur lagi ini semua terpenuhi,” pinta Suharyanto meyakinkan.
Pada kesempatan itu, Kepala BNPB menyerahkan bantuan dana siap pakai (DSP) BNPB sebesar 1 miliar rupiah untuk membantu operasi tanggap darurat dan pemenuhan kebutuhan. Penyerahan bantuan DSP itu diserahkan secara simbolis dari Kepala BNPB ke Gubernur dan langsung diberikan kepada Bupati Natuna.
"BNPB memberi sementara ini satu miliar. Silakan digunakan,” kata Suharyanto.
Dengan dana siap pakai tersebut, Suharyanto menitipkan agar bantuan itu dapat digunakan secara maksimal sebagaimana mestinya. Kepala BNPB tidak ingin adanya korban tambahan hanya karena pelayanan yang tidak maksimal.
“Hindari ada korban tambahan akibat pelayanan yang tidak maksimal,” pungkas Suharyanto.
Adapun berdasarkan data per Rabu (8/3) dini hari, jumlah pengungsi sebanyak 1.216 jiwa yang terbagi di empat titik lokasi. Adapun rinciannya; sebanyak 219 jiwa di PLBN Serasan, 215 jiwa di Puskesmas Serasan, 500 jiwa di Masjid Al-Furqon dan 282 jiwa di SMAN 1 Serasan. Data ini dimutakhirkan oleh Bupati Natuna yang menyebutkan bahwa total pengungsi per Rabu siang (8/3) berjumlah setidaknya 1.300 orang.