TNI membantah pihaknya bersama Polri melakukan pengeboman di Nduga, Papua Pegunungan, pada Rabu (26/4). Isu itu disebut sengaja disebar, termasuk melalui media sosial (medsos), untuk memfitnah pemerintah Indonesia, terutama satuan pertahanan dan keamanan.
"Bahwa pemberitaan di medsos dan salah satu media online yang memberitakan pemerintah, dalam hal ini TNI-Polri, melakukan pengeboman di wilayah Nduga adalah hoax atau bohong," kata Kapendam XVII/Cenderawasih, Kolonel Kav Herman Taryaman, dalam keterangannya, Rabu (26/4).
Herman menerangkan, personel TNI-Polri tidak mungkin melakukan pengeboman. Dalihnya, keselamatan pilot Susi Air yang ditahan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM), Kapten Philips Mark Mehrtens, dan masyarakat adalah prioritas. "TNI-Polri bekerja secara profesional dan terukur."
Menurutnya, TPNPB sedang memainkan narasi sebagai korban (playing victim) melalui isu tersebut. Padahal, melakukan pembunuhan terhadap masyarakat, tukang ojek, tenaga kesehatan, hingga pekerja bangunan.
"Bahkan, menyerang aparat keamanan yang sedang bertugas dalam operasi pencarian dan penyelamatan pilot Susi Air, Capt. Philip Mark Mehtrens," ucapnya.
Herman berharap TPNPB segera melepas Kapten Mehrten sehingga operasi di Papua dihentikan. Pun masyarakat dapat kembali beraktivitas seperti sedia kala.
Sebelumnya, TPNPB OPM mengirimkan pesan video Kapten Mehrten berdurasi 1 menit 38 detik. Isinya, Kapten Marthen memohon aparat tak melepaskan bom di Nduga.
"Indonesia lepas bom di daerah sini, jadi tidak usah. Kalau lepas bom, itu bahaya bagi saya dan orang-orang di sini," pintanya.
Dalam video itu, Kapten Mehrten juga menyampaikan bahwa dirinya dalam keadaan sehat sejak ditangkap TPNPB pada 3 bulan lalu. "Bisa makan dan minum."