Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menerima penghargaan Rosseno Award IX sebagai tokoh berintegritas. / Facebook Basuki Tjahaja Purnama
Mantan narapidana kasus penodaan agama itu mengungkapkan rasa terima kasih melalui akun Instagram terverifikasi @basukibtp pada Senin (22/7).
"Terima kasih untuk penghargaan Roosseno Award IX yang diberikan kepada saya. Ini merupakan suatu kehormatan untuk saya," tulis pria yang kini ingin disebut BTP itu.
Rosseno Award IX 2019 ini diberikan kepada tokoh Indonesia yang dinilai memiliki etos kerja dan integritas tinggi. Ahok dinilai konsisten menerapkan gagasan kreatif dan inspiratif demi pembangunan.
"Saya menganggap ini sebagai bagian dari penguasaan diri, seperti yang saya alami diwaktu kemarin, dimana saya adalah seorang Gubernur, dalam waktu sekejap kehidupan saya berubah, kalah di pilkada divonis bersalah, langsung masuk tahanan," urai Ahok.
Menurut dia, kondisi ini tentu memunculkan kekecewaan dan rasa ketidakadilan, merasa dikorbankan namun akhirnya Ahok harus melewati masa-masa penuh kekecewaan dan amarah tersebut. Pelajaran yang didapat Ahok dari kondisi awal di Mako Brimob adalah dalam kesulitan dirinya menyikapinya sebagai “blessing in disguise”.
"Saya mulai bisa mengusai diri saya, membangkitkan kembali semangat saya. Saya berpikir bahwa ditahan untuk bisa melatih diri dan semakin mengenal Tuhan agar nanti ketika keluar menjadi model bagaimana menjadi manusia yang penuh kasih, damai, sabar, murah hati dan penuh penguasaan diri," kata Ahok.
Mewujudkan keadilan sosial bagi rakyatnya, bagi Ahok, prinsip terpenting membantu masyarakat adalah mewujudkan keadilan sosial, karena ini sesuai dengan nilai dalam sila kelima Pancasila.
Contoh mewujudkannya ketika Ahok menjadi Gubernur adalah pemberian Kartu Jakarta Pintar (KJP), Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU). Dengan KJP dan KJMU, sambungnya, maka setiap anak generasi penerus memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi, artinya generasi penerus dari satu keluarga yang secara ekonomi kurang mampu memiliki kesempatan memperbaiki kondisi ekonominya agar lebih sejahtera
Kemudian, ucapnya, yang lain adalah bekerja tanpa korupsi, saat ini tidak diminta untuk berkorban nyawa seperti masa penjajahan dulu, cukup dengan tidak korupsi. Tidak kalah penting adalah memaafkan kesalahan masa lalu, harus ada rekonsiliasi nasional bagi seluruh kekhilafan atau kesengajaan terjadinya kejahatan kemanusiaan demi kekuasaan, ini harus dilakukan supaya tidak terjebak dalam polemik saling menyalahkan soal masa lalu.
"Karena itu ketika saya dihina, difitnah, dipermalukan dan diperlakukan tidak adil sekalipun, asal untuk kepentingan nasional saya akan tetap tegak berdiri menjalaninya. Jika setiap warga negara rela 'mematikan' egonya, kepentingan SARA-nya, maka saat itulah Indonesia akan menuju kejayaan," tegasnya.
Ahok datang bersama istri, Puput Nastiti Devi. Tampak juga hadir mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dan Franz Magnis Suseno, serta Goenawan Muhammad. Salah satu tokoh yang pernah menerima penghargaan ini adalah Presiden ke-3 BJ Habibie pada 2014.