Sejumlah tokoh masyarakat yang tergabung ke dalam Gerakan Suluh Kebangsaan menggelar pertemuan tertutup di kediaman presiden ketiga RI BJ Habibie, Rabu (1/5) siang. Mereka membicarakan komitmen menjaga demokrasi, terutama menghadapi kemungkinan keretakan bangsa pasca-Pemilu 2019.
"Para tokoh yang hadir sepakat, sejak dibukanya sistem demokrasi di Indonesia justru berhasil membawa kita lebih maju, untuk itu pemilu yang sekarang ini perlu dikawal sebaik-baiknya agar kita tidak mundur ke belakang, tapi sebaliknya bisa membawa pada kemajuan," ujar Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD ditemui usai pertemuan di kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (1/5).
Hasil pertemuan ini akan dibawa kepada kedua calon presiden yang bertarung di Pilpres 2019, agar bisa menjaga nilai demokrasi tersebut dengan cara menjaga sikap tak saling mendeklarasikan kemenangan, sebelum hasil akhir diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Pak Habibie berpesan silakan kedua paslon laksanakan pemilu ini dengan sebaik-baiknya dan untuk hasilnya bisa tunggu KPU, tujuannya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan," katanya.
Selain itu, Mahfud pun mengingatkan, bila hasil KPU dirasa condong berat sebelah atau ada kecurangan, sebaiknya diusut sesuai ketentuan demokrasi yang ada, melalui jalur hukum ke Mahkamah Konstitusi. Bukan dengan cara selain itu, apalagi menempuh jalan kerusuhan, saling serang. Sebab, sebut Mahfud, pemilu ini seharusnya untuk memilih pemimpin yang membawa kemajuan.
"Sesudah ini kita bersatu membawa semangat berbangsa dan bernegara, tetapi tetap bersatu karena pemilu itu untuk memilih pemimpin yang membawa kita maju. Memilih pemimpin di pemerintahan maupun wakil-wakil rakyat yang bisa membawa kita maju ke depan. Sehingga, jangan berpecah karena pemilu yang lima tahun," ujarnya.
Pertemuan ini digelar sekitar pukul 11.00 WIB. Tokoh yang terlihat hadir, di antaranya BJ Habibie, Mahfud MD, Sinta Nuriyah Wahid, Salahudin Wahid (Gus Sholah), Quraish Shihab, Dahlan Iskan, Franz Magnis Suseno, dan Imam Marsudi.