Gelombang tsunami Selat Sunda telah meluluhlantakkan sebagian besar wilayah Carita, Kabupaten Pandeglang, dan Anyer Kabupaten Serang, Sabtu (22/12) malam. Ombak menghancurkan pemukiman warga, toko, hotel, villa dan kendaraan-kendaraan yang berada dekat dengan bibir pantai.
Yaya (45) seorang penjual kuliner di pantai Anyer, yang berhasil selamat dalam peristiwa itu mengatakan, malam itu cuaca begitu cerah. Tidak ada tanda-tanda akan terjadi musibah gelombang besar yang akan menyapu dirinya dan rumah makan tempat Yaya mengais rizki di Desa Bulakan, Cinangka, Kabupaten Serang.
Malam itu Yaya dan kakak kandungnya bernama Muksin, sedang melayani pembeli satu keluarga yang menggunakan roda empat. Saat dirinya dan Muksin hendak menyajikan makanan, gelombang ombak laut tiba-tiba naik hingga ke warung rumah makannya yang berada tepat di bibir pantai.
Gelombang ombak yang pertama kali menerjang hanya setinggi lutut kaki. Ombak kedua datang setinggi bahu. Yaya berlari cepat menyelamatkan diri dengan menaiki tower telekomunikasi.
Dengan cepat, gelombang ketiga datang menggulung Muksin dan satu keluarga pembeli yang berjumlah lima orang. Mereka harus berjibaku di dalam gulungan ombak.
"Pas saya bakar ikan lihat ombak kok makin tinggi, ya saya lari ke seberang pantai, langsung naik ke atas tower jaringan. Kalau yang lain ke hantam ombak, tapi untung kelempar ke bukit dan gak ngehantem kayu-kayu," kata Yaya saat ditemui membersihkan puing-puing rumah makannya yang hancur di Pantai Anyer, Selasa (25/12).
Akibat terjangan gelombang tersebut, kakaknya dan tamunya terluka parah dengan kondisi tak berdaya akibat terjangan gelombang tsunami. Namun dia bersyukur nyawanya masih bisa selamat dari bencana itu.
"Alhamdulillah selamat, yang meninggal itu semua orang yang ada di hotel dan villa-villa aja," katanya.