Menurunnya tren kasus Covid-19 di Indonesia dinilai karena penanganan oleh pemerintah membaik. Pemerintah lebih siap karena belajar dari pengalaman sebelumnya.
"Kalau kita melihat tentang kasus Covid-19 ini yang menurun, ini menunjukkan sebenarnya memang dalam waktu dua tahun ini sudah banyak kita pelajari dan sudah kita melakukan perbaikan-perbaikan," kata Wakil Ketua Komisi IX DPR Nihayatul Wafiroh kepada wartawan, Selasa (15/3).
Sehingga, gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia tidak sampai seperti gelombang kedua akibat varian Delta pada Juli 2021.
"Salah satunya adalah soal vaksin, vaksin kita sudah cukup bagus, dan juga persiapan di lapangan juga sudah kita belajar dari gelombang pertama dan gelombang kedua, kita sudah cukup prepare (mempersiapkan, red)," ungkap wanita yang akrab disapa Ninik ini.
Kendati demikian, Ninik menilai sosialisasi tentang protokol kesehatan kepada masyarakat tetap diperlukan. Masyarakat tetap perlu diingatkan pentingnya soal protokol kesehatan.
"Dan jangan lupa juga terus menyiagakan tenaga kesehatan dan juga fasilitas kesehatan, agar bila ada hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi ke depannya, kita tetap dalam kondisi yang siap," tuturnya.
Selain itu, menurut dia, mudik Lebaran 2022 bisa dilakukan karena kondisi pandemi Covid-19 sudah cukup stabil. Kemudian, dia melihat antusiasme masyarakat untuk mengikuti vaksinasi Covid-19 juga cukup tinggi saat ini.
"Masyarakat sudah sadar betul tentang pentingnya vaksin, sehingga ini menjadikan antisipasi ketika ada serangan Covid-19 dengan varian-varian baru, kita bisa lebih siap dan varian baru cenderung tidak mematikan, dan tingkat kesembuhannya jauh lebih tinggi karena salah satunya vaksinasi juga cukup tinggi di Indonesia," pungkasnya.
Sementara itu, anggota Komisi IX DPR Nurhadi mengaku senang mendengar kabar angka kesembuhan yang jauh lebih banyak dibandingkan kasus baru Covid-19. Namun, menurut Nurhadi, kabar baik itu jangan sampai menyurutkan pemerintah untuk terus mengatasi penyebaran Covid-19.
"Kabar menggembirakan ini jangan sampai membuat kita menurunkan tingkat kewaspadaan. Protokol kesehatan tetap harus dijaga dan ditaati oleh siapa pun," kata Nurhadi.
Nurhadi pun mengingatkan tentang pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahwa tingkat penularan varian Omicron lebih cepat dan tinggi. Akan tetapi, lanjut dia, hospitalisasi dan tingkat keparahannya rendah.
"Meski tingkat keparahan Omicron tergolong rendah, upaya-upaya pencegahannya harus terus dilakukan secara sungguh-sungguh mengingat penularan varian baru itu berlangsung sangat cepat," ungkapnya.
Selain itu, dia mengatakan tidak boleh lupa bahwa tingkat kesembuhan itu adalah capaian sementara karena pandemi Covid-19 belum berakhir, bahkan masih menjadi ancaman serius bagi dunia. Lebih lanjut dia mengatakan, capaian sementara itu tidak boleh membuat terlena, tetapi harus menjadi pemacu semangat untuk terus meningkatkan kerja sama dan kesadaran bersama dalam menghadapi pandemi ke depan.
"Salah satu upaya yang harus menjadi concern bersama kita sebagai bangsa ke depan ialah menyukseskan program vaksinasi agar segera terbentuk kekebalan kelompok (herd immunity)," tuturnya.
Menurut Nurhadi, yang menentukan apakah Lebaran tahun ini dapat berlangsung seperti masa sebelum pandemi Covid-19 atau tidak adalah kepatuhan masyarakat. Kata Nurhadi, kepatuhan tidak hanya dalam hal menyukseskan vaksinasi, tetapi lebih dari itu harus patuh melaksanakan protokol kesehatan.
"Tidak mungkin kita dapat merayakan Lebaran seperti pada masa sebelum pandemi bila tingkat penularan pandemi Covid-19 belum sepenuhnya terkendali. Untuk itu perlu kerja keras dan kerja sama semua pihak dari pusat hingga daerah agar badai pandemi dapat sesegera kita atasi," pungkasnya.