Terjadi penurunan ekspor setiap Januari dibandingkan Desember dalam tiga tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor pada Januari 2021 ekspor turun -7,49% (mtm), Januari 2022 turun -14,24% (mtm) menjadi US$23,83 miliar, dan Januari 2023 turun -6,36% (mtm) menjadi US$22,31 miliar.
Ekspor Januari 2023 menurun disebabkan anjloknya nilai ekspor nonmigas sebesar -6,84% (mtm), dari US$22,36 miliar menjadi US$20,83 miliar. Penurunan nonmigas terjadikarena bahan bakar mineral (HS27) turun -8,19%; bijih logam, kerak, dan abu (HS26) turun -36,44%; komoditas lemak dan minyak hewani nabati (HS15) turun -9,95%; serta besi dan baja (HS72) turun -9,26%.
"Sedangkan untuk migas mengalami kenaikan nilai ekspor. Migas naik 0,98% (mtm) dari US$,47 miliar menjadi US$1,49 miliar," ujar Deputi Bidang Statistik BPS, M. Habibullah, dalam telekonferensi pers, Rabu (15/2). Kenaikan migas dikatrol melonjaknya nilai hasil minyak sebesar 71,41% dan volume meningkat 51,47%.
Meski terjadi penurunan secara bulanan, Habibullah melaporkan, ekspor Indonesia pada Januari 2023 meningkat dibandingkan Januari 2022. Kenaikannya sebesar 16,37%, dari US$19,17 miliar menjadi US$22,31 miliar.
"Dari migas dan nonmigas mengalami kenaikan, masing-masing naik 65,03% (yoy) dan 13,97% (yoy)," katanya. Namun, kenaikan 16,37% (yoy) tersebut masih kalah dengan tren kenaikan ekspor secara tahunan pada Januari 2022 yang mencapai 25,32% (yoy).