close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Sejumlah penyelam dari komunitas I Love Trenggalek dan Lantamal V Surabaya bersiap menyelam di perairan Pantai Mutiara, Trenggalek, Jawa Timur, Rabu (24/4). / Antara Foto
icon caption
Sejumlah penyelam dari komunitas I Love Trenggalek dan Lantamal V Surabaya bersiap menyelam di perairan Pantai Mutiara, Trenggalek, Jawa Timur, Rabu (24/4). / Antara Foto
Nasional
Sabtu, 27 April 2019 22:10

Trenggalek didorong jadi kota wisata nasional

Trenggalek di Jawa Timur disebut memiliki pariwisata yang menarik. Andalannya yakni kebun kopi peninggalan Belanda.
swipe

Pemerintah Kabupaten Trenggalek dan Perhimpunan Hotel Restauran Indonesia (PHRI) mendorong pariwisata Trenggalek, Jawa Timur ke tingkat nasional. Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani mengatakan 

Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin menyatakan Trenggalek memiliki potensi agro wisata, wisata kuliner, dan wisata bahari. Dia pun optimistis Trenggalek mampu meraih predikat kota wisata ke depannya.

"Di bagian utara, kami punya 200 hektare kebun kopi peninggalan Belanda, makanya sekarang kami punya kopi namanya kopi Van Dilem. Sekalian pula pabrik kopinya yang tengah kami revitalisasi," kata Arifin di Jakarta, Sabtu (27/4).

Arifin juga mengatakan, komoditas utama Trenggalek adalah pinus. Saat ini, 70% pinus Jawa Timur berasal dari Trenggalek. Bukan hanya pinus, komiditas lain yang tak kalah menguntungkan adalah cengkih, salak, dan durian. Selain itu, banyak desa wisata yang menarik di balik rimbun belantara hutan.

"Seperti desa wisata Sawahan yang berada dalam hutan durian yang luasnya 700 hektar," ujar dia.

Lebih lanjut, Arifin menjelaskan wisata bahari Trenggalek menyuguhkan panorama pantai yang indah karena masih belum banyak terjamah. 

Dalam kesempatan itu, Hariyadi Sukamdani, Ketua Umum PHRI sekaligus Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menyatakan kunci utama untuk mempromosikan pariwisata daerah ke tingkat nasional adalah dengan menggali keunikannya dibandingkan kota-kota lain di Indonesia. 

Hariyadi menyebut, Trenggalek bisa berkaca dari pencapaian Banyuwangi dan Solo. “Banyuwangi mirip Trenggalek. Turut menyajikan petualangan dan pengalaman untuk wisatawan. Tetapi, kebetulan Banyuwangi memiliki Blue Fire di Gunung Ijen. Kalau Trenggalek, sebaiknya dicari yang unik," kata Hariyadi.

Selain itu, Hariyadi juga mengusulkan agar Nur Arifin memperbanyak festival budaya ataupun event-event kreatif yang mampu menarik minat pengunjung. Hariyadi turut pula memberi catatan kritis terkait tempat penginapan, akses menuju lokasi wisata, dan branding pariwisata.

"Hotel atau penginapan di Trenggalek belum terdaftar Traveloka dan Agoda. Kemudian, informasi akses pariwisata masih sangat terbatas," ujar Hariyadi.

Pelajaran berharga dari Banyuwangi, kata Hariyadi, sebetulnya mereka sudah meninjau potensi yang bisa diunggulkan. Dan potensi wisata budaya tersebut disambut pemerintah daerah dengan menyediakan fasilitas pendukungnya. 

Bahkan, kata Hariyadi, pengelolaan wisata di Banyuwangi telah mendefinisikan produk mereka dan sudah merumuskan strategi pemasaran yang tepat. 

"Yang menarik kemudian, Banyuwangi sudah menargetkan apa yang mau dicari atau apa yang mau mereka tuju. Targetnya sudah jelas," kata Hariyadi. 

Menurut Hariyadi, pengolah wisata di Banyuwangi menarget konsumen wanita Indonesia yang jumlahnya sekitar 120 juta. Kemudian, anak muda Millenial yang berusia 16-30 tahun dengan jumlah sekitar 60 juta. Terakhir, targetnya adalah netizen yang terhubung dengan koneksi internet. Jumlahnya mencapai 83 juta orang. 

"Itu beririsan, tapi cara menargetkannya punya fokus sendiri-sendiri. Lalu media sosialisasinya apa sudah pasti pakai digital," kata Hariyadi. 

Sebab, kata Hariyadi, media sosial merupakan sarana promosi pariwisata yang efektif.  

img
Manda Firmansyah
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan