Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKS menyelenggarakan Doa Bersama untuk Indonesia Sehat pada malam penghujung 2020, Kamis, (31/12) melam. Pada 2021, semoga bangsa ini sehat dari penyakit ketidakadilan.
Ketua Majelis Syuro PKS, Habib Salim Segaf Aljufri mengungkapkan, malam doa bersama di penghujung akhir tahun 2020 menjadi momentum untuk memikirkan perubahan menuju yang lebih baik.
"Malam ini kami bermunajat. Kami harus tahu bahwa ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk tahun 2021. Apa itu? Perubahan," ucap Habib Salim, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (1/1).
Habib Salim menjelaskan, perubahan itu dapat terjadi karena dua sebab. Pertama, orang terjadi perubahan ketika salah satu keluarganya sakit atau dirinya sakit.
"Apakah tersebab musibah, karena pelanggaran, banyaklah. Ada sebab tertentu yang membuat dirinya melakukan perubahan," ungkap dia.
Tetapi, kata dia, biasanya manusia akan kembali lupa jika sudah melewatinya. Contoh ketika datang musibah saja dia terjadi perubahan. Sebulan, dua bulan, tiga bulan, kembali seperti semula lagi. "Nah ini perubahan yang hanya temporer saja," jelas Habib Salim.
Perubahan yang kedua, lanjut dia, adalah perubahan yang muncul dari hati yang paling dalam. Habib Salim mengingatkan, perubahan yang muncul dari hati akan membawa sesuatu yang sangat positif.
Sementara itu, Ustadz Abdul Somad (UAS) menambahkan, nasihat lima sehat bagi bangsa Indonesia dalam menyongsong 2021, pertama sehat dari wabah Covid-19.
Kedua, sehat dari penyakit ketidakadilan, sebab umat Islam diajarkan bersikap adil karena dengan keadilan lebih mendekatkan diri kepada ketakwaan.
"Bahkan, dengan yang berbeda agama kita tetap diminta bersikap adil. Walaupun, berbeda agama selama tidak mengusirmu dari kampung halaman berbuat baiklah dan bersikap adillah. Insyaallah, kita umat yang sehat dari ketidakadilan," tegas UAS.
Ketiga, sehat dari penyakit zalim sehingga manusia jangan sampai berbuat zalim karena kezaliman akan menjadi kegelapan hingga hari kiamat.
Keempat, bangsa sehat dari penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), sebagaimana ditegaskan UAS bahwa KKN tidak berlaku dalam Islam.
"Nabi Muhammad SAW mengajarkan untuk urusan yang berat maka letakkan saudaranya. Untuk yang ringan, ajak sahabat. Tidak ada istilah KKN," bebernya.
Terakhir, menurut UAS, bangsa ini harus sehat dari penyakit moral dan maksiat. Sebab, jika terjadi azab bukan hanya yang berbuat maksiat yang merasakan dampaknya.
"Yang ditakutkan adalah saat orang yang berbuat maksiat merasa menang dan orang yang benar merasa salah untuk menegur yang maksiat. Insyaallah selama ada amar ma'ruf nahi munkar, selama ada lisan yang tidak pernah takut kepada orang zalim meskipun memegang kekuasaan kita akan sehat dari penyakit maksiat ini," kata UAS.