close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
UIN Jakarta menolak disebut mahasiswanya intoleran dan terpapar radikalisme./Facebook
icon caption
UIN Jakarta menolak disebut mahasiswanya intoleran dan terpapar radikalisme./Facebook
Nasional
Selasa, 02 Juli 2019 10:25

UIN Jakarta bantah mahasiswanya radikal

UIN meyakini apabila mahasiswanya terpapar radikalisme, maka mudah terdeteksi oleh kampus dan dosen.
swipe

Univeristas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menolak mahasiswanya disebut paling banyak berpotensi terpapar radikalisme. Menurut survei Setara Institute, mahasiswa UIN berpotensi seperti itu karena memiliki tingkat konservatif dan fundamental yang tinggi. Survei itu dirilis pekan lalu.

UIN Jakarta menilai hasil penelitian Setara bukan sesuatu yang serius. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Amany Burhanuddin Umar Lubis mengatakan, penelitian tersebut tidak menggambarkan hal yang umum atau mewakili mahasiswa di kampusnya.

"Tujuan dari penelitian itu memang khusus untuk meneliti benih-benih radikalisme, memang tujuannya untuk itu. Maka yang dicari responden yang mereka pilih, dan itu tidak mencerminkan berapa persen dari mahasiswa UIN Jakarta," kata Amany kepada Alinea.id, Selasa (2/7).

Amany menjelaskan, mahasiswa UIN Syarif Hidyatullah Jakarta berjumlah 32.000 mahasiswa. Jika Setara Institute melakukan observasi atas isu radikalisme kepada 1.000 mahasiswa, Amany menegaskan jumlah tersebut tidak memenuhi syarat untuk melabeli mahasiswanya berpotensi terpapar radikalisme atau eksklusivisme.

Bagi Amany, pihaknya tidak ambil pusing atas hasil survei itu. Mahasiswa hinga dosen-dosen yang ada juga biasa saja dalam melihat hasil survei Setara Institute.

"Dan saya mengatakan hal itu tidak terlalu negatif di kampus. Kami memang kampus Islam, jadi kalau ditanya suka atau tidak punya berlandas Islam, otomatis mahasiswa Islam ditanya begitu menjawabnya pasti iya. Kan tidak mungkin mahasiswa jurusan politik Islam ditanya apakah setuju dengan adanya politik Islam lalu dia menolak. Mayoritas pasti tidak," papar Amany. 

Pengajian anti NKRI

Sejauh ini UIN juga melihat tidak ada potensi mahasiswanya terpapar radikalisme. Jika memang ada, jelas Amany, sejatinya hal tersebut dengan mudah akan terdeteksi oleh pihak kampus dan dosen.

Amany memberi contoh dalam perhelatan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Ia menyebut jika mahasiswanya banyak yang berpotensi radikalisme pada Pemilu 2019 ini dengan mudah dapat dipetakan. 

Amany mengklaim mahasiswa UIN tidak ada yang pernah ikut turun aksi-aksi. Sekalipun ada pasti langsung terdeteksi, tapi ini tidak terjadi. 

Adapun konservatif dan fundamental sebagaimana yang disebutkan oleh Setara, Amany mengatakan, negatif atau tidaknya kedua hal itu tergantung perspektif yang ada. Sejauh ini pihak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memandang konservatif dan fundamental yang ada dalam karakter mahasiwa-mahasiswanya adalah hal yang positif.

Toh, disebutnya tidak ada kegiatan negatif. Semua kegiatan mahasiswa di kampus tidak dicurigai. 

Mahasiswa yang berhimpun diperbolehkan asal tidak mengarah pada hal yang dilarang UUD itu tidak akan dilarang. 

Dijelaskan Amany, seluruh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah memegang prinsip agama yang wasathiyah. Artinya mereka menjunjung tinggi toleransi beragama dan bermasyarakat yang beradab.

Ini pula yang selalu disosialisasikan oleh petinggi-petinggi kampus guna menangkal isu radikalisme dan ekstremisme. Pada materi-materi dalam perkuliahan, kata Amany, sudah ada materi-materi Pancasila, demokrasi, dan kebhinnekaan yang selalu ditanamkan.

"Sekali lagi kami tidak berhak melarang sebuah pengajian yang mengarahkan kebaikan. Yang salah adalah ketika muncul gerakan pengajian anti NKRI dan itu nyatanya tidak kami temui dalam evaluasi yang sering kami lakukan," tegas Amany.

Sebelumnya, Setara Institute menemukan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan UIN Bandung memperoleh nilai tertinggi dengan potensi menjadi akar ekslusivisme dan perilaku intoleran dibandingkan delapan kampus lain yang masuk objek penelitian. Dua kampus tersebut memiliki mayoritas mahasiswa bercorak agama fundamentalis.

Hasilnya dari penelitian tersebut jika ditinjau dari poin yang ada, UIN Bandung mendapat poin 45,0 dan UIN Jakarta mendapat poin 33,0. Lebih lanjut Unram mendapat 32,0 poin, IPB mendapat poin 24,0 poin, UNY mendapat poin 22,0 poin. UGM memperoleh 12,0 poin, Unibra memperoleh 13,0 poin, ITB mendapat 10,0 poin, Unair mendapat poin 8,0 dan UI memperoleh poin 7,0.

img
Fadli Mubarok
Reporter
img
Mona Tobing
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan