close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Tenaga medis menggunakan APD saat hendak menangani pasien Covid-19/Foto Antara/Destyan Sujarwok.
icon caption
Tenaga medis menggunakan APD saat hendak menangani pasien Covid-19/Foto Antara/Destyan Sujarwok.
Nasional
Rabu, 17 November 2021 16:00

Upaya pemerintah mengantisipasi gelombang ketiga Covid-19

Indonesia masih memiliki PR mengendalikan Covid-19 karena masih ada kasus kematian.
swipe

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B. Harmadi mengatakan, dalam beberapa hari terakhir, Indonesia memiliki kasus terkonfirmasi Covid-19 di bawah 400 per hari.

Berdasarkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu negara dikatakan bisa mengendalikan Covid-19 bila jumlah kasusnya tidak melampaui 10 orang per satu juta penduduk.

“Kalau 10 orang persatu juta penduduk berarti sekitar 2700 orang. Kalau dilihat sejak tanggal 15 Oktober lalu, jumlah tambahan kasus harian di Indonesia yang terkonfirmasi kurang dari 1000 orang, maka kita jauh melampaui apa yang di targetkan oleh WHO,” ujar Sonny dalam webinar “Akhir Tahun Nyaman Dengan Prokes Aman,” Rabu (17/11).

Menurut Sonny, Indonesia masih memiliki PR penting mengendalikan Covid-19, yaitu masih adanya beberapa kasus meninggal akibat terkonfirmasi Corona. “Tetapi yang patut kita syukuri adalah kasus aktif yang sudah terus menurun. Jika diperhatikan, kasus aktif kita sudah turun sekitar 99%, dan kasus tambahan harian sudah turun sekitar 99% dari puncaknya pada pertengahan Juli lalu,” tambah Sonny.

Sonny menuturkan, keadaan tersebut bisa terjadi karena Indonesia terus konsisten dalam melakukan kegiatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sesuai levelnya dan peningkatkan vaksinasi.

“Berdasarkan datanya, sekitar 216 juta orang Indonesia sudah vaksin di mana 40% orang Indonesia sudah divaksin dengan dosis lengkap, sekitar 85,3 juta yang sudah divaksin,” tambah Sonny.

Lebih lanjut ia mengatakan, pemerintah setiap dua minggu melakukan asesmen secara berkala terkait dengan perkembangan indikator penetapan level PPKM di setiap kabupaten/kota. Ini dinilai sangat penting karena dapat mengevaluasi langkah-langkah yang akan dilakukan.

“Jika di sebuah daerah kondisinya memburuk maka level PPKM-nya akan berubah. Jika level PPKM berubah maka otomatis akan terjadi pengetatan aktivitas sesuai dengan masing-masing levelnya. Tetapi kalau mengantisipasi agar tidak terjadinya lonjakan maka akan ada tambahan regulasi-regulasi,” tutur Sonny.

Lebih lanjut, Sonny menerangkan sejumlah upaya pemerintah dalam mengantisipasi gelombang ketiga. Pertama dengan mempercepat vaksinasi serta memperluas cakupan vaksinasi terutama untuk lansia.

“Kedua, perluasan penggunaan aplikasi peduli lindungi, sehingga kita memastikan orang yang berada di ruang publik adalah orang-orang yang sehat atau memiliki resiko yang minimal,” tambah Sonny.

Selanjutnya, penerapan protokol kesehatan yang ketat terus diberlakukan, yakni mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak. Perbedaan Indonesia dengan banyak negara adalah, negara lain jika terjadi perlonggaran aktivitas maka diikuti perlonggaran protokol kesehatan. Ini berbanding terbalik dengan Indonesia yang harus tetap mematuhi protokol kesehatan.

“Yang dilakukan oleh pemerintah sebenarnya sudah berlapis-lapis, aturan sudah dibuat tetapi yang paling penting adalah pelaksanaan dari kepatuhan protokol kesehatan itu sendiri, dan yang kita mau bukan sekedar patuh namun sebuah kesadaran terhadap pentingnya protokol kesehatan,” pungkas Sonny.

img
Natasya Maulidiawati
Reporter
img
Fathor Rasi
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan