Ibukota selalu menjadi kota tempat tinggal yang diidam-idamkan bagi sebagian kaum urban di Indonesia. Mereka rela meninggalkan kampung halaman demi mendapatkan kesejahteraan. Itulah sebabnya laju urbanisasi dari desa ke kota menjadi sulit dihindari. Lantas, apa dampak urbanisasi massal yang kerap kali terjadi setiap tahunnya dan bagaimana seharusnya pemerintah menghadapi hal ini?
Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Repsatiadi, mengatakan, urbanisasi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan turunnya produktivitas pertanian Indonesia. "Semakin berkurangnya jumlah petani, tentu mempengaruhi tinggi rendahnya produksi komoditas pangan. Target swasembada pangan menjadi semakin tidak realistis," ujarnya, Rabu (20/6).
Salah satu penyebab urbanisasi adalah keinginan mencari penghidupan yang layak di kota karena sebagai petani tidak mampu mencukupi kebutuhan.
Mereka juga dihadapkan pada semakin berkurangnya luas lahan pertanian karena harus berhadapan dengan industrialisasi. Generasi muda juga tidak mau menjadi petani karena melihat para pendahulunya tidak bisa hidup sejahtera.
Berdasarkan data pada 2014, sebanyak 54,8 juta orang bekerja di sektor pertanian. Jumlah ini sama dengan 34% dari total jumlah pekerja di Indonesia. Namun 34,3 juta diantaranya tergolong miskin atau rentan.
Di sisi lain, menurut salah satu peneliti CIPS Imelda Freddy menyampaikan, sebenarnya pemerintah pusat sudah mengalokasikan budget untuk investasi di desa seperti pembangunan desa produktif, pemberian dana dari BUMdes dan pengembangan desa industri.
Seharusnya secara teori, semua program serta investasi dapat mengurangi urbanisasi yang sering terjadi dalam masyarakat Indonesia, namun keberhasilan usaha ini sangat tergantung dengan implementasi di lapangan.
"Jika dana dari pemerintah digunakan dengan benar, maka pertumbuhan ekonomi akan terjadi dan lapangan pekerjaan bertambah," jelas Imelda.
Karena itu, kunci pembangunan di daerah bukan hanya karena pemerintah pusat sudah mengucurkan dana desanya, tapi yang terpenting adalah bagaimana pengelolaan dana atau investasi tersebut.
Dari data yang dihimpun CIPS, salah satu daerah yang berhasil menggunakan investasi atau dana daerah dan mengurangi urbanisasi adalah Dompu, Nusa Tenggara Barat. Pada 2011, pemerintah daerah mulai membangun industri jagung di daerah tersebut dan sekarang Dompu merupakan salah satu sentra jagung terbesar di Indonesia. Penduduk di Dompu lebih memilih untuk bekerja menjadi petani jagung ketimbang pergi ke kota karena kebutuhan hidupnya sudah sudah terpenuhi dengan bekerja sebagai petani.