close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Basuki Tjahaja Purnama tersandung kasus penistaan agama, dan dibui selama dua tahun. /facebook.com/AhokBTP.
icon caption
Basuki Tjahaja Purnama tersandung kasus penistaan agama, dan dibui selama dua tahun. /facebook.com/AhokBTP.
Nasional
Rabu, 23 Januari 2019 14:41

Usai bebas, Ahok mau apa?

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok akan menghirup udara bebas pada 24 Januari 2019.
swipe

Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok akan menghirup udara bebas pada 24 Januari 2019. Dia mendekam di penjara selama dua tahun, dengan remisi tiga bulan 15 hari, karena tersandung kasus penistaan agama.

Masih segar dalam ingatan, Ahok dituding menistakan agama, ketika berpidato saat kunjungan kerja di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta, pada 2016 lalu. Banyak spekulasi mengemuka, mengenai apa yang dilakukan Ahok setelah bebas.

Pendukung senang

Adrian, salah seorang pendukung Ahok dari luar Jakarta mengatakan, dirinya sangat senang Ahok bebas besok. Menurut dia, usai menuntaskan urusan pribadinya, seperti berlibur atau menikah selepas dari bui, baiknya Ahok kembali lagi ke dunia politik.

Adrian tak acuh dengan urusan pribadi Ahok—atau yang kini juga dipanggil BTP.

Enggak usah basa-basi lagi, langsung terjun lagi ke politik. Negara butuh orang-orang seperti Ahok,” ujarnya saat dihubungi reporter Alinea.id, Rabu (23/1).

Adrian, yang berprofesi sebagai kontraktor di Kalimantan Timur berandai-andai, bila Ahok masuk ke dalam kabinet, dia cocok ditempatkan sebagai Menteri Dalam Negeri.

“Karena dia (Ahok) cakap mengurus birokrasi. Kecewa sih kalau misalnya lepas dari penjara, Ahok pindah profesi (tak lagi di dunia politik),” katanya.

Profesi Adrian mengharuskannya sering menjalin komunikasi dengan pemerintah daerah. Adrian mengatakan, dia sudah banyak melihat permainan birokrasi di pemerintah daerah. Dia terkesan dengan cara kerja Ahok, dan akhirnya menjadi salah satu pendukungnya.

“Permainan-permainan itu yang dihabisi sama Ahok, itu kenapa saya dukung Ahok,” ujarnya.

Namun, jarak membuat Adrian tak bisa datang menyambut kebebasan Ahok dari penjara Markas Komando Brimob, Kelapa Dua, Depok.

Serupa dengan Adrian, mantan staf hukum Ahok, Rian Ernest Tanudjaja mengatakan, dirinya sangat senang Ahok bebas dan sudah menuntaskan masa hukumannya di tahanan. Salah satu yang dia pelajari dari Ahok adalah sosoknya yang pekerja keras.

“Dulu waktu untuk keluarganya tersita banget, akhir pekan masih penuhin undangan nikahan warga, dari pagi sampai malam,” ujar Rian ketika dihubungi, Rabu (23/1).

Rian pertama kali mengenal Ahok pada 2012. Ketika itu, dia ikut kampanye Pilgub DKI Jakarta 2012 di salah satu kampung. Warga yang datang ke kampanye Ahok, saat itu meminta dibuatkan lapangan dan akan memberikan suara ke Ahok dan Joko Widodo.

“Pak Ahok menolak. Dia bilang harus adil dengan semua warga,” ujarnya.

Calon legislatif dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini mengatakan, dirinya belajar dua hal selama menjadi staf hukum Ahok. Pertama, mental bekerja sepenuh hati, dan jangan takut kehilangan jabatan. Kedua, transparansi.

Buku yang ditulis 51 penulis untuk menyambut ulang tahun Ahok ke-51 (facebook.com/AhokBTP).

Belum ke dunia politik

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Jakarta, Ujang Komarudin menduga, Ahok tak akan segera kembali ke dunia politik setelah bebas pada 24 Januari 2019 esok. Namun, Ujang mengatakan, sebagai seorang politikus, Ahok akan gatal untuk tidak berpolitik.

“Dan berpolitik adalah hak Ahok juga sebagai warga negara,” kata Ujang saat dihubungi, Selasa (22/1).

Akan tetapi, menurut Ujang, dalam waktu dekat ini Ahok belum ke politik lagi. Ujang menjelaskan, Ahok akan menunggu ingatan kolektif umat Islam mereda, terkait kasus penistaan agama yang pernah menjegalnya.

“Setelah Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019 mungkin baru mulai bergerak,” kata Ujang.

Praktis, usai bebas nanti, Ahok tak memiliki partai politik. Partai politik terakhir mantan Bupati Belitung Timur itu adalah Partai Gerindra, yang dia tinggalkan sejak 2014.

Bila Ahok kembali ke dunia politik, menurut Ujang, salah satu partai yang cocok dengan karakternya adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Hal ini bukan tanpa alasan. Kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review itu, salah seorang mantan staf khusus Ahok, Suni Tanuwijaya, sudah lebih dahulu berlabuh ke PSI.

“Dan, Ketua Umum PSI, Grace Natalie, juga sering berkomentar positif tentang Ahok,” ujar Ujang.

Seandainya PSI tak lolos ke parlemen, lanjut Ujang, tak menutup kemungkinan Ahok pindah ke partai politik lainnya yang berhalauan nasionalis. “Bisa ke PDI-P atau partai lainnya.” Rian pun berharap, Ahok akan tetap berkontribusi di dunia politik usai bebas.

Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok akan menghirup udara bebas pada 24 Januari 2019. Dia mendekam di penjara selama dua tahun, dengan remisi tiga bulan 15 hari, karena tersandung kasus penistaan agama.

Masih segar dalam ingatan, Ahok dituding menistakan agama, ketika berpidato saat kunjungan kerja di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta, pada 2016 lalu. Banyak spekulasi mengemuka, mengenai apa yang dilakukan Ahok setelah bebas.

Pendukung senang

Adrian, salah seorang pendukung Ahok dari luar Jakarta mengatakan, dirinya sangat senang Ahok bebas besok. Menurut dia, usai menuntaskan urusan pribadinya, seperti berlibur atau menikah selepas dari bui, baiknya Ahok kembali lagi ke dunia politik.

Adrian tak acuh dengan urusan pribadi Ahok—atau yang kini juga dipanggil BTP.

Enggak usah basa-basi lagi, langsung terjun lagi ke politik. Negara butuh orang-orang seperti Ahok,” ujarnya saat dihubungi reporter Alinea.id, Rabu (23/1).

Adrian, yang berprofesi sebagai kontraktor di Kalimantan Timur berandai-andai, bila Ahok masuk ke dalam kabinet, dia cocok ditempatkan sebagai Menteri Dalam Negeri.

“Karena dia (Ahok) cakap mengurus birokrasi. Kecewa sih kalau misalnya lepas dari penjara, Ahok pindah profesi (tak lagi di dunia politik),” katanya.

Profesi Adrian mengharuskannya sering menjalin komunikasi dengan pemerintah daerah. Adrian mengatakan, dia sudah banyak melihat permainan birokrasi di pemerintah daerah. Dia terkesan dengan cara kerja Ahok, dan akhirnya menjadi salah satu pendukungnya.

“Permainan-permainan itu yang dihabisi sama Ahok, itu kenapa saya dukung Ahok,” ujarnya.

Namun, jarak membuat Adrian tak bisa datang menyambut kebebasan Ahok dari penjara Markas Komando Brimob, Kelapa Dua, Depok.

Serupa dengan Adrian, mantan staf hukum Ahok, Rian Ernest Tanudjaja mengatakan, dirinya sangat senang Ahok bebas dan sudah menuntaskan masa hukumannya di tahanan. Salah satu yang dia pelajari dari Ahok adalah sosoknya yang pekerja keras.

“Dulu waktu untuk keluarganya tersita banget, akhir pekan masih penuhin undangan nikahan warga, dari pagi sampai malam,” ujar Rian ketika dihubungi, Rabu (23/1).

Rian pertama kali mengenal Ahok pada 2012. Ketika itu, dia ikut kampanye Pilgub DKI Jakarta 2012 di salah satu kampung. Warga yang datang ke kampanye Ahok, saat itu meminta dibuatkan lapangan dan akan memberikan suara ke Ahok dan Joko Widodo.

“Pak Ahok menolak. Dia bilang harus adil dengan semua warga,” ujarnya.

Calon legislatif dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini mengatakan, dirinya belajar dua hal selama menjadi staf hukum Ahok. Pertama, mental bekerja sepenuh hati, dan jangan takut kehilangan jabatan. Kedua, transparansi.

Buku yang ditulis 51 penulis untuk menyambut ulang tahun Ahok ke-51 (facebook.com/AhokBTP).

Belum ke dunia politik

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Jakarta, Ujang Komarudin menduga, Ahok tak akan segera kembali ke dunia politik setelah bebas pada 24 Januari 2019 esok. Namun, Ujang mengatakan, sebagai seorang politikus, Ahok akan gatal untuk tidak berpolitik.

“Dan berpolitik adalah hak Ahok juga sebagai warga negara,” kata Ujang saat dihubungi, Selasa (22/1).

Akan tetapi, menurut Ujang, dalam waktu dekat ini Ahok belum ke politik lagi. Ujang menjelaskan, Ahok akan menunggu ingatan kolektif umat Islam mereda, terkait kasus penistaan agama yang pernah menjegalnya.

“Setelah Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019 mungkin baru mulai bergerak,” kata Ujang.

Praktis, usai bebas nanti, Ahok tak memiliki partai politik. Partai politik terakhir mantan Bupati Belitung Timur itu adalah Partai Gerindra, yang dia tinggalkan sejak 2014.

Bila Ahok kembali ke dunia politik, menurut Ujang, salah satu partai yang cocok dengan karakternya adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Hal ini bukan tanpa alasan. Kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review itu, salah seorang mantan staf khusus Ahok, Suni Tanuwijaya, sudah lebih dahulu berlabuh ke PSI.

“Dan, Ketua Umum PSI, Grace Natalie, juga sering berkomentar positif tentang Ahok,” ujar Ujang.

Seandainya PSI tak lolos ke parlemen, lanjut Ujang, tak menutup kemungkinan Ahok pindah ke partai politik lainnya yang berhalauan nasionalis. “Bisa ke PDI-P atau partai lainnya.” Rian pun berharap, Ahok akan tetap berkontribusi di dunia politik usai bebas.

Bisnis dan dunia hiburan

Pada tanggal 17 Januari 2019, akun Twitter @basuki_btp yang dikelola Tim BTP memposting surat terbaru dari Ahok. Salah satu isinya, Ahok meminta masyarakat memanggilnya dengan BTP, bukan Ahok lagi.

“Dan saya keluar dari sini dengan harapan panggil saya BTP bukan Ahok,” tulis akun @basuki_btp itu.

Ujang menilai, perubahan nama panggilan tersebut merupakan salah satu strategi branding ulang dari Ahok setelah keluar dari penjara.

“Baiknya memang BTP, nama baru, hidup baru. Karena nama Ahok sudah tidak menguntungkan. Jadi, memang harus ada panggilan baru,” ujar Ujang.

Bocoran sedikit terkuak ketika kuasa hukum Ahok, Teguh Samudera buka mulut tentang rencana Ahok usai bebas. Dia mengatakan, Ahok berencana menekuni bisnis perminyakan dan menjadi pembawa acara talkshow.

“Setelah bebas nanti, Pak Ahok kemungkinan akan menekuni bisnis perdagangan minyak, seperti yang waktu itu pernah didiskusikan (sejak lama),” kata Teguh, seperti dikutip dari Antara, Selasa (22/1).

Sedangkan rencana menjadi pembawa acara talkshow, Teguh mengaku, Ahok akan menjalani kontrak dengan salah satu stasiun televisi swasta.

Sementara itu, dari pantauan akun Twitter @basuki_btp, Tim BTP menautkan channel Youtube “Panggil Saya BTP.” Channel tersebut belum memiliki konten apapun hingga berita ini diturunkan. Melalui channel tersebut, Ahok disebut-sebut akan mulai aktif membuat vlog setelah bebas nanti.

“Sah-sah saja (Ahok ngevlog) dan bisa-bisa saja. Manusia itu kan multi-dimensi, jadi bisa menjadi apapun. Termasuk kosultan anggaran atau ngevlog. Terkait pendukung loyal Ahok, apapun yang dilakukan Ahok, mereka akan setia,” kata Ujang.

Namun, Ujang melihat, karakter Ahok yang keras kurang cocok jika menjadi konsultan atau vlogger.

“Bisa saja lima tahun lagi jadi caleg untuk DPR RI, semua serba mungkin,” ujar Ujang.

Jika nanti Ahok beralih profesi, Rian akan tetap mendukungnya karena baginya, Ahok adalah orang yang bersih, transparan, dan profesional.

Buku Ahok berjudul Kebijakan Ahok yang dibanderol Rp1 juta. (instagram.com/mamansuratman27)

“Apapun yang dilakukannya, saya akan dukung,” ujarnya.

Selain itu, jelang pembebasannya dari penjara, beredar kabar jika Ahok akan menikah dengan seorang polwan bernama Puput Nastiti Devi tanggal 15 Februari 2019. Kabar tersebut dibantah oleh pengacara sekaligus adik kandung Ahok, Fifi Lety Indra.

Melalui akun Instagramnya @fifiletytjahajapurnama, Fifi mengatakan, keluarga tidak tahu jika akan ada acara pernikahan pada 15 Februari tersebut.

“Kalau ada acara atau kegiatan apapun di keluarga kami pada tanggal 15 Februari, harusnya kami keluarga tahu ya? Jadi silakan tanya Pak Pras (Prasetyo Edi Marsudi, Ketua DPRD DKI Jakarta) aja kenapa begitu?” tulis Fifi.

Kabar akan menikahnya Ahok itu diembuskan pertama kali oleh Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi pada 21 Januari 2019 lalu.

Diakui atau tidak, selama di penjara, eksistensi Ahok tidak terkungkung. Terbit beberapa buku saat dia masih di bui. Pertama, buku Ahok di Mata Mereka (2017) yang ditulis 51 penulis untuk menyambut ulang tahun Ahok ke-51. Buku ini dicetak terbatas, dijual Rp750.000.

Kedua, terbit buku Kebijakan Ahok (2018) yang ditulis dari balik jeruji besi, dan terbit sehari menjelang peringatan kemerdekaan Indonesia ke-73. Buku ini dibanderol Rp1 juta. Ketiga, film A Man Called Ahok (2018), yang disutradarai Putrama Tuta. Film ini bertengger dalam 10 besar penonton terbanyak pada 2018, dengan 1,4 juta penonton.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan