Dokter spesialis penyakit dalam dan vaksinolog, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, menyatakan, pernyataan mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari, terkait vaksin coronavirus baru (Covid-19) yang berkaitan dengan pendiri Microsoft Corporation, Bill Gates, tidak benar.
"Isi informasi tersebut tidak benar. Terlepas siapa pun penulis atau sumbernya," katanya saat dihubungi Alinea.id melalui pesan singkat, Senin (20/4).
Dirinya lantas menyarankan publik menyaring informasi terkait dengan baik dan bijaksana, khususnya dari sumber tepercaya.
"Tidak semua orang, sekalipun dokter atau ilmuwan, memiliki pengetahuan yang memadai tentang seluk beluk vaksin, khususnya terkait proses produksi," jelas dia.
Dirga menerangkan, pembuatan sebuah vaksin tergolong sukar, bahkan lebih rumit dari meracik obat. Sebab, harus dipastikan aman dan efektif membunuh virus.
Pembuatan suatu vaksin baru umumnya memerlukan waktu 8-15 tahun karena prosedurnya panjang. Namun, bisa dipercepat lantaran kebutuhan mendesak seperti sekarang. Meski demikian, tetap memperhatikan keamanan dan efektivitasnya.
"Semua tahapan pengembangan vaksin dilakukan secara terbuka atau transparan. Selalu ada pihak independen yang mengawasi pelaksanaan uji klinis. Hasilnya pun akan disampaikan ke komunitas ilmiah atau publik, bisa berupa informasi terbuka ataupun berbentuk publikasi ilmiah," tuturnya.
Kendati begitu, Dirga menganggap, pembuatan vaksin tidak dapat dimanipulasi atau ditambahkan, seperti yang diterangkan Siti Fadillah.
Baginya, meracik vaksin terhadap suatu virus di tengah situasi pandemi membutuhkan kerja sama pihak-pihak berkepentingan (stakeholder), macam peneliti, pemerintah, produsen vaksin, lembaga donor, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Terlebih, pandemi Covid-19 akan sulit dikendalikan tanpa adanya vaksin. Karena itu, beberapa perusahaan tengah berlomba mengembangkan vaksin yang aman dan efektif.
"Saat ini ada beberapa kandidat vaksin yang sudah memasuki uji klinis tahap satu dan dua, dan masih ada puluhan kandidat vaksin lain yang dalam tahap uji praklinis," ucap alumnus Universitas Indonesia (UI) ini.
Dirinya menilai, Bill Gates melalui yayasannya memiliki rekam jejak yang apik dalam membantu mengatasi penyakit infeksi di dunia, bukan hanya menyangkut Covid-19.
"Sudah puluhan atau ratusan juta dolar yang disumbangkan BMGF (Bill and Melinda Gates Foundation). Kontribusi ini sangat membantu penduduk di seluruh dunia atau masyarakat internasional," terang Dirga.
Siti Fadilah sebelumnya meminta pemerintah tidak tergiur memanfaatkan vaksin Covid-19 yang berafiliasi dengan Bill Gates. Salah satu pertimbangannya, belum diketahui sejak kapan bibit penyakit yang sudah dilemahkan itu dibuat.
Kedua, belum jelas dari negara mana saja galur (strain) bibit SARS-CoV-2 yang digunakan untuk membuat vaksin. Kemudian, diduga terdapat mikrocip di dalamnya.