Bank Indonesia (BI) mencatatkan adanya penurunan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia yang terjadi pada triwulan II-2022. Posisi ULN tersebut diketahui pada akhir triwulan II-2022 sebesar US$403 miliar, jumlah ini menurun sebanyak US$9,6 miliar jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu US$412,6 miliar.
“Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan posisi ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) maupun sektor swasta,” jelas Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya, Senin (15/8).
Diketahui secara tahunan, posisi ULN Indonesia di triwulan kedua tahun ini turun 3,4% (yoy), ini menurun lebih tajam dibanding dengan penurunan pada triwulan I-2022 yang hanya sebesar 0,9% (yoy).
Jika dilihat dari sisi ULN sektor pemerintah, posisi ULN di triwulan II-2022 sebesar US$187,3 miliar. Jumlah ini menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$196,2 miliar. Sedangkan jika dihitung secara tahunan, ULN pemerintah alami penurunan 8,6% (yoy) lebih besar penurunannya dibanding triwulan yang sama di tahun lalu yang hanya 3,4% (yoy).
Menurut Erwin, penurunan ULN sektor pemerintah terjadi karena adanya pelunasan pinjaman bilateral, komersial, dan multilateral yang jatuh tempo selama periode April hingga Juni 2022. Pelunasan surat berharga negara (SBN) domestik yang jatuh tempo juga turut mendukung penurunan ULN pemerintah di kuartal kedua 2022.
Volatilitas pasar keuangan global yang cenderung tinggi juga mempengaruhi perpindahan investasi SBN domestik ke instrument lain, dampaknya adalah pengurangan porsi kepemilikan investor nonresiden atau asing pada SBN domestik.
Erwin juga menyampaikan sejauh ini posisi ULN pemerintah dinilai relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,7% dari total ULN pemerintah.
Lebih lanjut jika ditinjau dari sektor swasta, penurunan ULN di triwulan II-2022 terjadi sebesar US$207,1 miliar. Jumlah ini menurun sedikit dibanding triwulan I-2022 yang sebesar US$207,4 miliar.
“Secara tahunan,ULN swasta terkontraksi 1,1% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 1,5% (yoy),” tambah Erwin.
Erwin menambahkan perkembangan tersebut disebabkan oleh ULN lembaga keuangan (financial corporations) yang terkontraksi 0,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat kontraksi sebesar 5,0% (yoy). Sedangkan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (non financial corporations) mengalami kontraksi sebesar 1,3% (yoy), lebih dalam dari kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 0,5% (yoy).
ULN Indonesia pada kuartal II-2022 menurut Erwin juga akan tetap terkendali. Pasalnya rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tetap terjaga di kisaran 31,8% ketimbang 33,8% di kuartal I-2022.
Struktur ULN juga kondisinya tetap sehat, karena ULN Indonesia tetap didominasi ULN jangka panjang, dengan pangsa mencapai 86,7% dari total ULN.
“Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” tandas Erwin.