Akses masyarakat untuk memperoleh vaksin Covid-19 dalam upaya penanggulangan pandemi terus digencarkan. Salah satunya, melalui penerbitan izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) bagi vaksin Covid-19 produksi dalam negeri sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan vaksin di Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI menerbitkan EUA untuk vaksin AWCorna. Vaksin ini didaftarkan oleh PT Etana Biotechnologies Indonesia (PT Etana) dan dikembangkan oleh Abogen-Yuxi Walvax, China.
Kepala BPOM, Penny Lukito memaparkan, vaksin AWCorna merupakan vaksin Covid-19 dengan platform mRNA. Vaksin ini memperoleh izin untuk digunakan sebagai vaksin primer dan booster bagi individu berusia 18 tahun ke atas.
"Vaksin AWcorna disetujui mendapatkan EUA untuk indikasi pencegahan infeksi virus SARS CoV-2 pada individu usia 18 tahun ke atas," kata Penny dalam keterangan pers yang dipantau daring, Jumat (30/9).
Sebagai vaksinasi primer, vaksin AWCorna diberikan dalam dua dosis masing-masing 15 mikrogram per dosis, dengan interval suntikan selama 28 hari. Sementara untuk vaksinasi booster heterolog, vaksin AWCorna diberikan dalam 1 dosis sebanyak 15 mikrogram, dan disuntikkan setelah 6 bulan dosis kedua vaksinasi primer dengan menggunakan vaksin inaktivasi (Sinovac atau Sinopharm).
Lebih lanjut, Penny menuturkan, berdasarkan hasil uji klinik, efikasi Vaksin AWcorna terhadap virus Covid-19 yang belum bermutasi (wild type) yakni sebesar 83,58%.
"Sementara, efikasi Vaksin AWcorna terhadap varian Omicron sebesar 71,17% dalam mencegah kasus Covid-19 sedang atau moderate," jelas Penny.
Terkait keamanan vaksin, kata Penny, secara umum vaksin AWCorna dapat ditoleransi dengan baik. Begitu juga dengan efek samping yang dilaporkan bersifat ringan.
Adapun gejala efek samping yang paling sering dilaporkan adalah demam, nyeri pada tempat penyuntikan, kelelahan (fatigue), nyeri otot (myalgia), sakit kepala, meriang (chills), bengkak, dan rasa gatal (pruritus).
Disampaikan Penny, yang perlu menjadi perhatian dari vaksin platform mRNA yang akan diproduksi di dalam negeri ini yakni terkait penyimpanan. Hal ini dinilai penting, terutama oleh pihak sarana distribusi dan fasilitas pelayanan kesehatan.
"Walaupun termasuk vaksin platform mRNA, ada kekhususan di mana vaksin ini dapat disimpan pada suhu 2-8 derajat Celcius. Ini penting karena (vaksin) mRNA biasanya harus ada penyimpanan di -70 derajat Celcius," papar dia.
Penny mengatakan, vaksin AWCorna juga sudah mendapatkan fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan sertifikasi halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Vaksin ini juga akan menambah alternatif vaksin yang dapat digunakan dalam program vaksinasi Covid-19 untuk dewasa usia 18 tahun ke atas.
"Di samping itu, Vaksin AWcorna ini akan menjadi peluang untuk Indonesia dapat memproduksi vaksin mRNA sendiri melalui proses transfer teknologi yang saat ini sudah mulai berjalan. Hal ini dapat mendukung cita-cita bangsa Indonesia dalam kemandirian vaksin COVID-19 dalam negeri," jelas Penny.
Direktur Utama PT Etana Biotechnologies Indonesia Nathan Tirtana menambahkan, dengan adanya teknologi ini, pengembangan vaksin dalam negeri ke depannya akan menjadi lebih cepat. Hal ini akan membantu Indonesia untuk bersiap mencegah kejadian pandemi di masa yang akan datang.
"Dengan adanya teknologi (mRNA) ini, kita akan bisa memproduksi vaksin dalam kurun waktu dua bulan, jadi kita akan cepat sekali untuk mengembangkan vaksin-vaksin baru," ujar Nathan.
Produksi Vaksin AWcorna sebagai vaksin yang juga akan diproduksi secara lokal berbasis platform mRNA ini mendapat dukungan dari lintas sektor terkait, yaitu Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Kesehatan, dan lembaga pemerintah terkait lainnya.
Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia untuk mendukung penanganan pandemi dan pengembangan investasi di Indonesia, dengan mengembangkan penguasaan teknologi untuk mendukung kemandirian dalam akses terhadap obat dan vaksin, serta penanganan kondisi kedaruratan pandemi secara luas.
Selain itu, momentum ini diharapkan akan mendorong industri farmasi nasional untuk terus berinovasi menghasilkan vaksin dengan teknologi mutakhir agar mampu bersaing di tingkat global.