Kasubbid Tracing Satgas Covid-19, Koesmedi Priharto, mengatakan, varian delta mendominasi peluaran Covid-19 di Indonesia. Pangkalnya, hampir 76% kasus positif didominasi oleh varian yang pertama kali terdeteksi di India ini.
“Pada prinsipnya, tetap saja bahwa virus itu adalah self-limiting desease. Artinya, orang itu akan sembuh dengan sendirinya apabila daya tahan tubuhnya memang kuat untuk menghadapi virus tersebut,” katanya dalam webinar, Rabu (4/8).
Varian delta, terangnya, lebih menular jika dibandingkan dengan varian lainnya. Meskipun begitu, daya tahan tubuh yang kuat akan melawan virus. Karenanya, masyarakat diimbau tidak panik dan tetap menjalankan protokol kesehatan (prokes) serta mengikuti vaksinasi agar dapat membentuk kekebalan tubuh.
“Vaksinasi tidak membunuh virus itu, tapi vaksinasi membuat tubuh kita kuat untuk bisa menimbulkan antibodi. Ketika virus itu masuk ke dalam tubuh kita, dia (virus) tidak bisa meluas ke mana-mana,” ungkapnya.
Koesmedi menjelaskan, SARS-CoV-2 merupakan virus yang penyebarannya head-to-head, menular antarmanusia. Ia berbeda dengan virus lainnya, seperti flu burung, flu babi, SARS-CoV-1, demam berdarah yang menggunakan media unggas dan hewan lainnya sehingga media tersebut dimusnahkan agar tidak menular kepada manusia.
"Dengan head-to-head itu berarti penyakit ini adalah penyakit perilaku manusia. Ketika manusia berprilaku baik, maka turun jumlah angka yang menular tersebut,” jelas mantan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta itu.
Karenanya, bagi Koesmedi, diperlukan partisipasi masyarakat untuk bergotong royong untuk menyelesaikannya. Apalagi, belum diketahui pasti kapan pandemi berakhir.
“Kita tahu, bahwa ketika kita dulu pernah mengalami virus Spanyol itu bisa sampai 100 tahun. Kita juga tidak tahu apakah kemajuan modernisasi sekarang bisa menekan waktu tersebut. Tapi yang jelas, kita akan hidup bersama Covid,” tuturnya.
Pada kesempatan sama, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Ede Surya Darmawan, memaparkan, tidak ada perbedaan gejala varian delta dengan varian lainnya.
"Artinya, masih yang diserang organ pernafasan dari mulai hidung sampai ke paru-paru,” jelasnya.
Ede menambahkan, kondisi pasien yang terpapar Covid-19 perlu diwaspadai, apakah memiliki komorbid atau tidak. Pangkalnya, SARS-CoV-2 juga dikenal dengan istilah peniru ulung (great imitator).
"Covid itu dikenal dengan istilah great imitator, ya, kemampuan meniru dan memperburuk kondisi yang ada,” ungkapnya.
Oleh karenanya, dirinya menyarankan masyarakat yang memiliki gejala Covid-19 untuk segera melalukan tes. Lalu melakukan isolasi mandiri (isoman) sambil menunggu hasil pemeriksaan agar anggota keluarga lainnya tidak terpapar.
Setelah hasil pemeriksaan keluar, apabila positif dan memutuskan untuk isoman di rumah, kesiapan tetap harus diperhatikan. Setidaknya ada beberapa peralatan minimal yang dipersiapkan.
"Termometer itu untuk mengukur suhu harus ada di setiap rumah. Kedua, tensimeter, lalu kemudian oksimeter sehingga semuanya dalam kondisi terpantau,” tandas Ede.