Tersangka pengaturan skor pertandingan sepak bola, Vigit Waluyo, mengungkap alasan PSS Sleman bisa menjuarai Liga 2 Indonesia. Itu karena sejumlah orang penting di lingkup PSSI menitipkan kepada komite wasit untuk mengawal PSS Sleman juara Liga 2 pada musim 2018 agar naik tingkat ke Liga 1.
“Cuma memang kami menitipkan itu (PSS Sleman) kepada Komite Wasit agar tetap dilindungi agar tidak ada kontaminasi dari pihak lain,” kata Vigit usai menjalani pemeriksaan oleh Satgas Antimafia Bola di Mapolda Jawa Timur, Surabaya, pada Kamis (24/1).
Meski begitu, kata Vigit, kondisi tim PSS Sleman selama mengikuti liga cukup bagus, sehingga ketika bertanding tak banyak mengalami kesulitan. Namun demikian, ia tak menampik ada beberapa oknum anggota PSSI melindungi PSS Sleman agar prestasinya tetap terjaga.
“Pada waktu PSS Sleman di 'event' 4 dan 8 besar kami tidak melibatkan banyak pihak. Tapi karena memang itu udah ada dalam permainan, beberapa oknum PSSI melindungi agar prestasi tim terjaga baik,” ucapnya.
Selain itu, Vigit juga mengungkapkan sejumlah klub yang biasa meminta bantuannya untuk mengatur pertandingan di Liga 2 Indonesia. Tak hanya PSS Sleman, tetapi ada klub lain yakni PSMP Mojokerto Putra, dan Kalteng Putra.
“Mereka meminta saya membantu memenangkan pertandingan," kata Vigit.
Vigit mengaku, dirinya hanya terlibat dalam pengaturan skorpertandingan-pertandingan di Liga 2 Indonesia saja. Terutama dengan ketiga klub tersebut. Sementara di Liga 1 Indonesia, Vigit mengaku tidak pernah terlibat.
“Dalam membantu memenangkan pertandingan, kami hanya bermain di home. Enggak pernah bermain di away,” ujar Vigit.
Sementara Wakil Ketua Satgas Antimafia Bola, Brigjen Pol Krishna Murti, mengatakan pemeriksaan terhadap Vigit lebih focus pada sejumlah pertandingan di Liga 2. Pemeriksaan kali ini merupakan lanjutan dari pemeriksaan sebelumnya untuk melengkapi berkas dan membongkar praktik kekeliruan.
Saat diperiksa, kata Krishna, Vigit banyak menjelaskan tentang modus-modus di Liga 1 dan 2. Ada 2 modus yang kerap dilakukan yakni match fixing dan match setting. Match fixing adalah di mana skor diatur oleh kebutuhan para klub-klub yang ingin bertahan. Kepada penyidik, Vigit mengaku hampir semua klub terlibat kasus itu.
"Katanya sih hampir semua, dan match setting terjadi di Liga 1 termasuk di Liga 2. Mereka mengatur siapa yang juara di tahun ini. Yaitu diatur oleh orang-orang," ucapnya.
Vigit berstatus sebagai tersangka penyuapan terhadap anggota Komite Disiplin (Komdis) PSSI Dwi Irianto. Suap terhadap Mbah Putih, sapaan Dwi Irianto, dimaksudkan untuk membantu dan mengawal PS Mojokerto Putra dan PSS Sleman lolos ke Liga 1. Vigit disebut-sebut sebagai sosok penting dalam pengaturan skor di sepak bola Indonesia.
Sejauh ini, Satgas Antimafia Bola telah menetapkan 11 tersangka. Dalam kasus ini, Satgas menjerat para tersangka dengan tiga pasal sekaligus, yakni pasal suap, penipuan dan tindak pidana pencucian uang (TPPU). (Ant)