Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, meminta pengurus DPP Komunikasi Anak Betawi (Forkabi) berada di garda terdepan mengklarifikasi informasi-informasi hoaks. Apalagi, kata Riza, Forkabi merupakan organisasi besar karena memiliki struktur tingkat RT/RW hingga pelosok Jabodetabek.
"Berikan informasi yang benar terhadap masyarakat. Sekarang banyak informasi hoaks," kata Riza dalam keterangannya saat menghadiri milad ke-12 Forkabi di kantor DPP Forkabi, Cipete, Jakarta Selatan, Senin (18/4).
Riza mengaku, kehadiranya di acara milad ke -21 Forkabi dalam rangka mendukung organisasi Betawi itu. Dia menyebut, kontribusi Forkabi untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selama ini sangat besar. Khususnya dalam menjaga dan melestarikan budaya, kesenia serta gagasan memajukan Betawi.
"Saya berpesan Forkabi bisa terus melestarikan budaya dan seni betawi di Jakarta. Betawi harus ada di jantung Betawi. Yakni, Jakarta. Sekali lagi, saya mendukung Forkabi," ujar politikus Partai Gerindra ini.
Sementara, Ketua Umum DPP Forkabi, Abdul Ghoni, menyebut Forkabi telah berusia 21 tahun sejak kelahirannya di era Reformasi 1998. Dalam perjalanannya, sebut Ghoni, Forkabi sudah banyak menghasilkan kader di pemerintahan.
"Dibentuknya Forkabi akibat sering bentrok antar etnis di Jakarta. Dulu, dengan reformasi kita pelaku di kampung sendiri, di Jakarta perwakilan Betawi bisa dihitung dengan jari. Dengan reformasi banyak jadi anggota dewan dari Betawi," ucap Ghoni dalam sambutannya.
Ghoni lantas menceritakan sejarah perjalanan berdirinya Forkabi. Kala itu, di awal pendirian, pengurus bahkan susah mendapatkan seragam.
"Bahkan semau gue aja, malah ada yang bajunya compang," ujar Ghoni yang merupakan pendiri Forkabi wilayah Jakarta Selatan ini.
Saat ini, lanjut Ghoni, Forkabi banyak menghasilkan kader yang berkualitas dan menjadi bagian dari pemerintahan DKI Jakarta. Dia pun mengajak segenap kader Forkabi untuk tidak alergi dengan politik.
"Milad ke -21 terutama, jangan adat yang ke depan kan. Otak yang harus kita kedepankan. Kalau sudah merasa kalah ya sudah. Hukum yang bicara. Kalau kita masuk ranah hukum. Kalau ini yang menang ya legowo. Itu jiwa ke pemimpinan yang tak haus kekuasaan," ucap Ghoni.