Ratusan warga asal Banjar Temukus dan Kesimpar, Desa Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali, yang berada di kawasan seputar Gunung Agung, mulai berdatangan di kantor UPTD Rendang, Karangasem, untuk mengungsi.
"Kami mengungsi karena letusan Senin (2/7) malam itu terdengar keras dan langsung terlihat api yang besar," ujar Nyoman Suara, warga asal Kesimpar yang mengungsi di kawasan tersebut, Selasa malam.
Ketika terjadi letusan, katanya, ia bersama keluarga sudah tidur. Namun, mereka terbangun setelah mendengar suara dentuman dari kawah Gunung Agung.
"Suaranya kencang seperti bom. Kami langsung lari turun gunung menyelamatkan diri. Barang-barang semua kami tinggal di rumah," ujarnya.
Senada dengan Nyoman, pengungsi lainnya Komang Putri memilih mengungsi bersama keluarga di kantor UPTD Rendang, karena takut akan terjadi erupsi susulan. Komang sendiri juga sempat mengungsi di lokasi serupa saat erupsi terjadi pada 2017 silam.
"Kami takut, makanya memilih mengungsi saja. Waktu erupsi tahun lalu kami juga mengungsi di sini," ujarnya.
Sebelum menempati lokasi pengungsian di Kantor UPTD tersebut, para pengungsi tampak membersihkan halaman UPTD dan mulai memberi batas tempat yang akan digunakan beristirahat.
"Saya dulu enam bulan mengungsi di sini, jadi yang saya bersihkan ini ya tempat saya dulu," kata Nyoman Suara.
Sementara itu, Kasi Perlindungan Sosial Korban Bencana Pemkab Karangasem Ngurah Ketut Arnawa menjelaskan, pihaknya siap menyediakan logistik bagi para pengungsi sementara tersebut. Stok logistik itu diambil dari Pos Tanah Ampo yang merupakan sisa logistik erupsi sebelumnya.
Untuk mengantisipasi pengungsi yang terus bertambah, ia mengaku siap menambah personel dari berbagai pihak untuk melayani kebutuhan para pengungsi.
Sementara itu, hingga Selasa (3/8) pukul 18.00 WITA tercatat 2.731 orang mengungsi di 28 titik pengungsian di Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Gianyar.