Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta warga nahdliyin untuk menjalankan salat gaib atas wafatnya Mustasyar PBNU Maimoen Zubair. Sejumlah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) juga menerbitkan surat imbauan untuk pelaksanaannya.
"Kepada umat Islam, khususnya warga Nahdlatul Ulama, mari bersama-sama melaksanakan salat gaib dan membacakan surat Al-Fatihah untuk KH Maimoen Zubair. Semoga senantiasa ditempatkan di tempat yang paling mulia di sisi Allah," kata Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini dalam keterangan tertulis, Selasa (6/8).
Seruan ini diteruskan sejumlah PWNU di wilayahnya masing-masing. Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PWNU Jawa Timur Muhammad Zaki Hadzik menyampaikan imbauan ini melalui surat Nomor 120/PWRMI/L/VIII/2019. Surat ditujukan ke pengurus PWNU Jatim, PC RMI NU, pengasuh pondok pesantren, wali santri, dan alumni pesantren se-Jatim.
"Kami sampaikan bahwa pimpinan RMI Jawa Timur menyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya Mbah Moen di Makkah," ujar Muhammad Zaki Hadzik dalam keterangan tertulis, Selasa (6/8).
Ketua PWNU Provinsi Banten Benyamin menyampaikan imbauan yang sama. Ia mengajak seluruh warga nahdliyin dan seluruh pengurus untuk bersama-sama melaksanakan salat gaib dan tahlil.
"Kita akan melaksanakan salat gaib dan tahlil untuk mendoakan beliau. PWNU Banten pun akan akan mengimbau ke PCNU se-Banten melaksanakan salat gaib untuk mbah Maimoen Zubair," kata Benyamin.
Benyamin mengatakan, warga nahdliyin di Banten merasakan kehilangan atas meninggalnya Mbah Moen. Menurut Benyamin, Mbah Moen merupakan sosok guru yang mengajarkan banyak hal sehingga dikagumi banyak kalangan.
"Beliau sosok yang luar biasa. Beliau itu alim, orang yang bijak, dikagumi banyak kalangan," ujarnya.
Mbah Moen meninggal di Makkah dalam usia 90 tahun. Ia lahir di Rembang, Jawa Tengah, 28 Oktober 1928. Selain dikenal sebagai seorang ulama, Mbah Moen juga aktif di dunia politik.
Ia merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang dan menjabat sebagai Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
"Ketika ada yang mencaci, beliau tidak marah. Beliau tidak marah ada orang yang menjelek-jelekkannya, menghina, memfitnah, beliau tidak marah. Tidak bangga jika ada orang yang memujinya, itulah sosok beliau," ucapnya.