close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi kebakaran di pasar. Alinea.id/Bagus Priyo.
icon caption
Ilustrasi kebakaran di pasar. Alinea.id/Bagus Priyo.
Nasional
Sabtu, 24 April 2021 11:23

Waswas pedagang pasar di tengah ancaman kebakaran

Kebakaran di pasar tradisional sudah sering terjadi. Ironisnya, pencegahan dan penanganannya sangat jauh dari harapan.
swipe

Api menghanguskan bangunan dua lantai di Blok C Pasar Inpres Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Senin (12/4) malam. Peristiwa kebakaran itu menyebabkan sekitar 300 kios ludes. Sugeng, seorang pedagang telur di pasar tersebut, ikut merugi karena kiosnya juga terbakar malam itu.

“Khawatir mah pasti. Semalam aja kebakaran lagi di Blok F, bagian elektronik,” tutur Sugeng saat berbincang dengan Alinea.id di Pasar Inpres Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (21/4).

Kebakaran di Blok F Pasar Inpres Pasar Minggu terjadi pada Selasa (20/4) malam. Terdapat satu ruko yang habis dilalap api. Sejak Senin (19/4), Sugeng kembali berdagang di lantai dasar Blok C. Tempat ini menjadi lokasi sementara para pedagang yang terimbas kebakaran beberapa waktu lalu.

Kelemahan di sana-sini

Meski sudah direlokasi, Sugeng masih merasa waswas kebakaran akan kembali terjadi sewaktu-waktu. Terlebih, tempat barunya berdagang yang disediakan pengelola pasar dinilai belum sepenuhnya aman dari penyebab kebakaran, yakni korsleting. Kabel yang kusut di atas lapaknya, membuat Sugeng waspada.

Terbesit niat pria asal Tegal itu untuk merapikan kabel yang kusut tersebut. Cuma, ia sadar tak kuasa. Dirinya pun menyadari, tak punya keterampilan evakuasi bila kebakaran terjadi kembali.

“Enggak pernah pengelola dan pemerintah provinsi edukasi tanggap bencana kebakaran. Saya juga orang baru di sini. Baru November kemarin,” katanya.

Aris, pedagang sayur di Pasar Kambing, Tanah Abang, Jakarta Pusat pun mengaku, tak pernah ada edukasi maupun sosialisasi tanggap bencana kebakaran. Pada Kamis (8/4) sore, pasar tersebut juga mengalami kebakaran. Setidaknya ada 174 lapak yang terbakar dan mengalami kerugian mencapai Rp1 miliar, dalam peristiwa amuk “si jago merah” yang berlangsung nyaris tiga jam.

Aris mengatakan, fasilitas pemadam api di Pasar Kambing juga terbilang minim. “Paling ada hidran berapa biji. Cuma jauh. Namanya api, ya cepetan api,” kata Aris yang sudah enam tahun berdagang di Pasar Kambing, Jakarta Pusat, Rabu (21/4).

Kebakaran di pasar tradisional memang mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan data dari Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), sejak 10 Januari hingga 14 April 2021 ada 40 kasus kebakaran di pasar tradisional seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, total kios dan ruko yang terbakar sebanyak 4.560 unit.

Jika dilihat dari periode yang sama, yakni Januari hingga April, pada 2020 jumlah pasar yang kebakaran sebanyak 60 kasus. Namun, dari jumlah tersebut, hanya ada 1.923 kios dan ruko yang terbakar. Bila dijumlahkan setahun penuh, pada 2020 ada 151 kasus kebakaran di pasar, yang mengakibatkan sekitar 10.774 kios dan ruko hangus.

Pada 2021, ada dua pasar tradisional di Jakarta yang mengalami kebakaran, yakni Pasar Inpres Pasar Minggu di Jakarta Selatan dan Pasar Kambing di Jakarta Pusat. Sedangkan sepanjang 2020, ada tujuh pasar tradisional di Ibu Kota yang mengalami kebakaran, yakni Pasar Pisangan Baru di Jakarta Timur, Pasar Sukarela Dalam di Jakarta Utara, Pasar Gili di Jakarta Barat, Pasar Gembrong di Jakarta Pusat, Pasar Timbul di Jakarta Barat, Pasar Penjaringan di Jakarta Utara, dan Pasar Cempaka Putih di Jakarta Pusat.

Rentetan kebakaran itu juga menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Pada 2020, ada 12 orang meninggal dunia, dengan rincian satu orang meninggal dalam kebakaran di Pasar Ngabang, Kalimantan Barat; satu orang di Pasar Taluk Kuantan, Riau; dua orang di Pasar Senggol Makassar, Sulawesi Selatan; dan lima orang di Pasar Blauran Baru Surabaya, Jawa Timur.

Sementara pada 2021, ada tiga orang meninggal dunia. Rinciannya, satu orang di Pasar Citra Mas Lok Tuan, Kalimantan Timur pada 10 Februari 2021 dan dua orang di Pasar Kijang Raya, Riau pada 9 Maret 2021.

Kondisi Blok C Pasar Inpres Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (20/4/2021), usai mengalami kebakaran pada Senin (12/4/2021) malam. Alinea.id/ Achmad Al Fiqri.

Baik Sugeng maupun Aris mengakui, tak ada perangkat pencegahan bencana kebakaran, seperti Satuan Relawan Kebakaran (Satlakar). Padahal keberadaan Satlakar sudah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan.

Di dalam aturan itu disebutkan, pembentukan Satlakar perlu dilakukan di lingkungan RW, rumah susun sederhana, dan pasar tradisional. Aturan itu juga menyebutkan, keberadaan Satlakar harus ada empat hingga enam regu dalam satu lingkungan. Satu regu terdiri dari lima orang dan disediakan sarana pemadam kebakaran.

Menurut Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) DKI Jakarta, Miftahudin, PD Pasar Jaya dan Pemprov DKI Jakarta harus membentuk Satlakar di setiap pasar tradisional.

“Jika mengacu pada regulasi, seyogyanya ada Satlakar di tiap bangunan yang berpotensi rawan kebakaran,” kata Miftahudin saat dihubungi, Kamis (22/4).

Selain itu, Miftahudin menilai, untuk menangkal kebakaran, pedagang pasar juga perlu diberi bekal agar tanggap bencana. Bila tak ada bekal, Muftahudin khawatir korban jiwa dan kerugian materiel akan terus terjadi.

“153 pasar di bawah naungan PD Pasar Jaya bukan jumlah sedikit. Ada tanggung jawab besar PD Pasar Jaya memberikan rasa aman dan nyaman di lingkungan pasar,” ucapnya.

“Pedagang tunaikan kewajiban bayar uang sewa, kebersihan, parkir, sampah, maka mereka harus menerima hak yang setimpal, yaitu dapat kenyamanan dalam berdagang.”

Langkah antisipasi

Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta, August Hamonangan menilai, kerja Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta untuk mencegah terjadinya kebakaran di pasar masih belum maksimal.

Ia menuturkan, otoritas untuk mencegah dan menangani kebakaran di wilayah Ibu Kota itu hanya bertindak usai ada peristiwa. Atas dasar itu, politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tersebut memastikan pihaknya bakal mengevaluasi kinerja Dinas Gulkarmat DKI Jakarta.

“Rencananya, kita mau undang Dinas Gulkarmat hari Senin (26/4). Di situ nanti ada kesempatan untuk tanyakan,” kata August ketika dihubungi, Kamis (22/4).

Suasana di lantai dua Blok B Pasar Inpres Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (20/4/2021). Terlihat kabel dan lampu-lampu menggantung. Alinea.id/Achmad Al Fiqri.

“Saya akan tanyakan antisipasi, pencegahan, dan supaya di lapangan tetap diprioritaskan edukasi terhadap warga, termasuk penyediaan APAR (alat pemadam api ringan) dan hidran.”

Menanggapi kebakaran yang terjadi di pasar tradisional di Jakarta, Kepala Seksi Publikasi dan Pemberdayaan Masyarakat bidang Pencegahan, Dinas Gulkarmat, Saepuloh menerangkan, pihaknya bakal berkerja sama dengan PD Pasar Jaya untuk mengevaluasi hal itu.

“Kami akan melaksanakan sosialisasi pencegahan dan penanggulangan terhadap pengelola dan pedagang pasar. Ditargetkan di seluruh pasar PD Pasar Jaya DKI Jakarta akan dimulai akhir April ini,” kata Saepuloh ketika dihubungi, Jumat (23/4).

Sosialisasi tersebut, kata Saepuloh, akan dimulai dari Pasar Senen, Jakarta Pusat. Materinya berupa teori melalui Zoom meeting dan praktiknya diikuti secara tatap muka. Saepuloh pun sadar tentang keberadaan Satlakar. Ia menegaskan, pihaknya akan membentuk Satlakar di setiap pasar.

Di samping itu, pihaknya juga akan melakukan pengawasan terhadap sistem proteksi kebakaran di lingkungan pasar, serta melaksanakan rencana operasi pemadaman yang bakal diikuti Satlakar dan regu pemadam kebakaran.

Sementara itu, Sekretaris PD Pasar Jaya, Sumanto menambahkan, pihaknya bakal memastikan dan menambah jumlah alat APAR bila ditemukan kekurangan di setiap pasar.

“Langkah-langkah pencegahan serta tanggap bencana kebakaran akan terus dilakukan improvement, agar terhindar dari kejadian serupa,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (22/4).

Dihubungi terpisah, pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, menyarankan lima langkah pembenahan untuk menangani kebakaran di pasar tradisional di wilayah Jakarta.

Pertama, audit seluruh jaringan pendukung gedung di pasar tradisional. Terutama sistem aliran listrik dan perangkat pendukung pemadam kebakaran.

“Saya yakin kalau itu dilakukan, maka akan ketahuan lokasi mana saja yang secara teknis tidak siap terhadap antisipasi kebakaran,” ucap Nirwono saat dihubungi, Kamis (22/4).

“Misalnya, tidak tersedia APAR di setiap lantai atau tidak ada tempat evakuasi bencana kebakaran. Hal seperti itu yang harus dicek kembali.”

Infografik Alinea.id/Bagus Priyo.

Kedua, revitalisasi bangunan pasar, dengan meremajakan seluruh perangkat gedung, baik sistem aliran listrik, air, hingga lapak para pedagang yang menunjang penanganan bencana kebakaran. Ketiga, melakukan sosialisasi dan edukasi yang masif untuk pedagang.

“Orang-orang di pasar itu dibiasakan kalau terjadi kebakaran itu harus melakukan apa dan bagaimana,” tuturnya.

“Contoh, kalau sudah ada APAR, siapa yang bertanggung jawab merawatnya? Apakah perlu dilakukan simulasi? Setahun sekali ada enggak simulasi kebakaran?”

Keempat, perlu perangkat pedagang yang siap tangani kebakaran, layaknya Satlakar. Menurutnya, perangkat tersebut bisa bertugas memastikan fungsi fasilitas penunjang kebakaran, seperti APAR dan hidran.

Kelima, ia menyarankan Dinas Gulkarmat DKI Jakarta melakukan inspeksi mendadak untuk mengecek perangkat gedung pasar. Idealnya, kata Nirwono, sidak dilakukan enam bulan sekali. Ia menegaskan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan harus berani menindak petugas Dinas Gulkarmat DKI yang tak berani menjalankan sidak rutin.

“Karena prosedurnya sudah ada. Kalau itu tidak dilakukan, ya jangan heran kebakaran,” ujar Nirwono.

img
Achmad Al Fiqri
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan