Menteri Pertahanan Jenderal TNI Purn Ryamizard Ryacudu mengingatkan kembali bahaya ISIS pascaperistiwa penusukan terhadap Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto.
Ancaman ISIS, menurut Ryamizard, amat nyata. Tetapi terkadang ancaman itu tidak diindahkan.
"Dari dulu saya bilang ancaman nyata itu ISIS, sudah 5 tahun lalu. Kadang-kadang kita tidak nyimak," ujarnya.
Meski begitu, ia yakin peristiwa penusukan Wiranto tidak akan mengancam pelantikan presiden dan wakil presiden pada tanggal 20 Oktober 2019.
"Ya, lantik saja, memang kenapa? Aman. Hajar saja yang memberikan enggak aman. Itu sudah aturan, kok, segala macam, sudah hukum kita menang. Mau apa lagi? Saya kesal sebetulnya," ujar Ryamizard.
Seperti diketahui, salah satu pelaku penusukan terhadap Wiranto bernama Syahril Alamsyah alias Abu Rara, diduga terpapar paham radikal.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, terduga pelaku sudah diamankan di Polres Pandeglang dan masih diperiksa oleh Polres Pandeglang, Polda Banten dan dibantu Densus 88.
Sementara itu, Tenaga Ahli Kedeputian IV Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin menjelaskan, Wiranto segera dipindahkan ke ruang RR.
Pemindahan baru dilakukan setelah menjalani operasi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.
Berdasarkan keterangan dokter Terawan, Ngabalin menyebut kondisi Wiranto segera membaik. Situasi kritis yang dialami Wiranto akan segera terlewati.
Terkait luka yang diderita Wiranto, Ngabalin belum bisa memastikannya. Penjelasan kesehatan Wiranto akan disampaikan langsung oleh dokter Terawan.
Ngabalin menyebut, peristiwa penyerangan Wiranto dilakukan secara brutal dan tidak berprikemanusiaan.
"Sama sekali jauh dari ajaran Islam yang damai, Islam yang santun," imbuh Ngabalin. (Ant)