Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Benny Mamoto, mengatakan alat deteksi pengamanan di Mabes Polri sudah bagus. Namun, semuanya kembali kepada personel yang bertugas. Untuk itu rekaman closed circuit television (CCTV) perlu dicek guna mencari tahu alasan lolosnya pelaku teror di markas kepolisian, Rabu (31/3).
"Memang harus dilihat dulu rekaman CCTV sebelumnya, apakah orang ini sudah pernah datang, sudah pernah survei, karena biasanya para pelaku ini survei dulu," kata dia saat diskusi dalam jaringan Crosschek, Minggu (4/4).
Menurut Benny, kamera pengintai mesti dicek berkaca dari kasus bom malam natal 2020. Saat itu, para pelaku sudah mengintai tempat bidikan dua minggu sebelum teror dijalankan, bahkan ikut ibadah di gereja.
Di sisi lain, Benny menengarai, ZA selaku pelaku diduga memiliki kalkulasi lebih matang sebelum menjalankan aksinya di Mabes Polri. Dia mengatakan itu berdasar keterangan yang menyebutkan ZA pernah menyandang status sebagai mahasiswi.
"Sebenarnya tinggal kami menunggu bagaimana CCTV ketika dia datang dari jalan, turun itu naik angkutan umum atau ada yang mengantar. Kalau ada yang mengantar, identitas motor atau mobil bisa dikembangkan untuk nanti mengidentifikasi (apakah lone wolf atau tidak)," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Mabes Polri melakukan audit penjagaan terhadap setiap masyarakat yang keluar-masuk markas untuk mendapatkan pelayanan. Audit dilakukan setelah markas besar kepolisian kecolongan atas penyerangan ZA.
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Rusdi Hartono, audit mengevaluasi juga kelemahan sistem penjagaan hingga terjadi kecolongan. "Kami lakukan audit pengamanan. Apabila kurang dan ada kelemahan, akan diperbaiki. Pengamanan markas akan lebih baik," kata Rusdi di Mabes Polri, Jakarta Selatan.