3 Keseimbangan bintang Nigeria antara riset kanker dan sepak bola
Bek timnas putri Nigeria, Michelle Alozie, berbicara kepada FIFA tentang hasrat gandanya di bidang kedokteran dan sepak bola.
Menjadi atlet profesional itu sulit. Sebab urusannya adalah hari-hari yang panjang, banyak perjalanan terjadwal, dan pengorbanan fisik yang muncul mendorong tubuh Anda hingga batasnya.
Sama beratnya, juga, adalah penelitian medis. Menghabiskan waktu berjam-jam meneliti makalah. Melakukan uji coba yang tak terhitung jumlahnya yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan hasil yang bermanfaat. Tetap up-to-date dengan dunia kedokteran yang selalu berubah.
Sekarang bayangkanlah bila Anda melakukan keduanya.
Itulah kenyataan bagi bek Elang Super Michelle Alozie, yang menghabiskan latihan paginya dengan Houston Dash di NWSL (Liga Sepakbola Putri Nasional Amerika Serikat) dan sore harinya di Rumah Sakit Anak Texas sebagai teknisi penelitian yang mempelajari leukemia akut dan kanker.
“Saya mungkin akan selesai dengan latihan sekitar pukul 1 siang,” jelasnya kepada FIFA. “Saya akan langsung menuju ke rumah sakit anak, tiba di sana sekitar pukul 13.30, kadang kala mengadakan rapat tim, dan kemudian menjalani hari saya sampai sekitar pukul 17.00.”
Berikut, tiga keseimbangan yang dialami Michelle antara riset kanker dan sepak bola profesional:
1. Gairah Ganda
Kecintaan tulus Alozie pada sepak bola dan kedokteran berpendar sepanjang wawancara. Gairah menjadi alasan dia mampu mempertahankan dua karier sekaligus.
"Ini gila untuk dipikirkan," jelasnya. “Ini belum tentu bidang yang saya pikir akan saya temukan sendiri, tetapi sangat luar biasa bisa berdampak pada kehidupan anak-anak. Kanker anak bukanlah sesuatu yang banyak diteliti. Mampu menjadi bagian dari itu dan menjadi bagian dari penelitian itu adalah berkah yang luar biasa.
“Saya memiliki hasrat untuk membantu orang. Syukurlah biologi adalah sesuatu yang sangat saya kuasai di sekolah dan kedokteran sepertinya pilihan yang tepat di sana. Sekali lagi, sungguh menakjubkan bertemu dengan anak-anak belia ini sehingga saya membantu menemukan obat untuk kanker mereka. Itu sangat berarti bagi saya.”
Sang bek menjelaskan bahwa dia dilahirkan untuk bermain sepak bola, tetapi tumbuh untuk mencintai obat-obatan.
“Saya telah bermain sepak bola sejak saya berusia empat tahun atau sekitar itu dan, menjadi orang Nigeria, sepak bola, atau bola kaki, benar-benar mengalir dalam darah kami,” katanya sambil tersenyum. “Tapi saya hanya memiliki ketertarikan pada obat-obatan dan saya tahu ini adalah jalur karier yang ingin saya jalani ketika saya tidak bisa berlari di lapangan lagi.”
2. Usaha Menyeimbangkan
Perlu mencari waktu untuk lebih dari satu karier menjadi situasi yang akrab bagi begitu banyak atlet putri. Keraguan kadang-kadang merayapi Alozie, tetapi dia tidak pernah melupakan 'mengapa'.
“Saya pikir kadang-kadang saya mungkin merasa seperti saya tidak melakukan cukup baik untuk sepak bola atau di laboratorium penelitian saya,” renungnya, “tetapi saya pikir saya secara keseluruhan sangat berterima kasih. Saya tahu bahwa itu adalah dua minat saya dan yang membuatnya sangat berharga adalah saya suka melakukan keduanya. Jadi bisa melakukannya secara bersamaan, untungnya dengan kedua pekerjaan saya, sungguh luar biasa dan benar-benar berkah bisa mewujudkan hasrat dan impian masa kecil saya.
Tentu saja, tidak selalu mudah bagi pemain internasional Nigeria, yang bertekad untuk tidak mengecewakan pelatihnya atau Dr Alex, bosnya di Rumah Sakit Anak Texas.
“Saya pikir pada awalnya agak sulit untuk menyeimbangkan keduanya,” dia mengakui. “Tapi sejujurnya, baru tumbuh menjadi seorang atlet, kami belajar menyeimbangkan kehidupan yang cukup muda. Seterusnya agak mudah setelah beberapa waktu."
Akankah ada titik di mana seorang bek harus memilih?
“Dalam beberapa tahun ke depan saya tidak begitu yakin – peran itu bukanlah sesuatu yang Anda jalani untuk waktu yang lama – tetapi saya hanya tahu bahwa saya ingin berada di kedokteran dan melanjutkan karir itu setelah saya selesai dengan pekerjaan saya dan karir sepak bola.”
3. Jangan Panggil Aku Dokter!
Michelle Alozie memperoleh gelar Sarjana Biologi Molekuler dari Universitas Yale. Gelarnya telah memberinya keterampilan untuk melakukan pekerjaannya sebagai peneliti, tetapi itu tidak memberinya hak untuk disebut dokter... belum.
Bukan berarti itu menghentikan rekan satu timnya untuk mengadu kepadanya ihwal masalah medis mereka.
“Saya merasa kapan pun terjadi sesuatu, jika ada luka kecil, jika seseorang terbentur, jika perutnya sakit, mereka mendatangi saya!” dia tertawa. “Saya seperti mau bilang, 'Teman-teman, saya bukan dokter, saya sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi secara internal dengan Anda!'”
Itu tidak berarti bahwa belajar kedokteran dan mendapatkan gelar dokter tidak dapat dilakukan. Sebaliknya, itu sangat banyak dalam rencana jangka panjangnya.
“Saya pasti akan bermain sepak bola sampai saya benar-benar tidak bisa berlari lagi! Saya tahu sekolah kedokteran akan selalu ada dan pasti akan ada ketika tulang saya rapuh,” dia mesem-mesem.
“Mudah-mudahan dalam beberapa tahun mereka benar-benar bisa memanggil saya Dr Alozie. Tapi sekarang saya hanya perlu menjadi Michelle.