close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan

Ribuan anak-anak sekolah penari Ratoeh Jaroe pada opening ceremony Asian Games belum dibayar oleh Inasgoc pimpinan Erick Thohir.

Penampilan tarian khas Aceh oleh 1.600 pelajar dari SMA se-DKI Jakarta itu memang telah membawa decak kagum masyarakat Indonesia dan dunia. Namun, hingga saat ini, honorarium yang dijanjikan belum kunjung dilunasi.

Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (Inasgoc) menjanjikan pemberian honor sebesar US$15 atau Rp200.000 per hari. Setiap penari diperkirakan memperoleh honor Rp3 juta.

Namun demikian, SMA Negeri 23 dan SMA Negeri 78 Jakarta Barat membantah kompensasi pemberian Inasgoc merupakan uang honor untuk para murid yang menjadi penari Tari Ratoeh Jaro pada pembukaan Asian Games 2018.

"Istilah honor itu tidak ada, yang benar adalah kompensasi atau apresiasi. Dari uang itu, kami disuruh mengelola untuk persiapan Asian Games sampai selesai," ujar Wakil Bidang Kesiswaan SMAN 78 Jakarta Barat Zainuddin, Rabu (20/9).

Zainuddin mengatakan pihaknya sejak awal meniatkan seluruh kegiatan yang diikuti murid dan sekolah dilakukan secara sukarela. Sehingga menurutnya, pemberitaan mengenai sekolah menahan honor yang menjadi hak para murid penari Ratoeh Jaro tidak benar.

"Saya tidak sepakat itu dibilang honor, karena dari awal semua dilakukan secara sukarela, tidak pernah ada pembicaraan soal honor," imbuhnya.

Pihaknya mengatakan, kompensasi tersebut sudah dibahas dengan perwakilan beberapa sekolah yang terlibat dalam pelaksanaan Tari Ratoeh Jaro dan sepakat tidak mengurangi nilai kompensasi Inasgoc kepada para peserta.

Adapun kompensasi yang diberikan Inasgoc sejumlah Rp200.000 per hari selama latihan di Gelora Bung Karno Jakarta.

Kompensasi tersebut diberikan Inasgoc lewat pennyelenggara acara (Event Organizer/EO) Lima Arus dan baru diterima sekolah pada Selasa (18/9).

Uang kompensasi tersebut dikelola sekolah untuk konsumsi dan transportasi para penari yang berlatih selama 13 hari. 

Sementara itu, perihal uang kompensasi juga telah dibahas dengan perwakilan siswa dengan keputusan sebagian menginginkan kompensasi berupa pembuatan tas pinggang, namun sebagian menginginkan kompensasi dalam bentuk uang.

Menanggapi hal tersebut, Zainuddin mengatakan keputusan mencairkan uang kompensasi cukup disayangkan, karena tidak dapat diwujudkan dalam bentuk barang kenang-kenangan namun dirinya juga tidak menolak.

"Tidak masalah, kalau mereka mau nanti bisa dicairkan. Kami dan sejumlah sekolah lain sudah sepakat tidak akan mengurangi nilai (uang) kompensasi dari Inasgoc untuk murid-murid," tegasnya.

Senada halnya dengan Wakil Bidang Kesiswaan SMAN 23 Jakarta, Edi Susilo mengaku kaget dengan pemberitaan soal sekolah yang menahan honor siswanya penari Ratoh Jaroe saat pembukaan Asian Games 2018.

Edi mengatakan, pihak Lima Arus memang telah melakukan kesepakatan dengan para siswi dan pihak sekolah terkait uang yang akan diberikan.

Namun, ia menyebut uang tersebut bukanlah uang honor, melainkan uang operasional selama para siswi berlatih menjelang Asian Games.

"Memang ada perjanjian kita akan dikirim uang selama tiga kali. Namun didalam perjanjian itu sama sekali tidak ada kata-kata honor, hanya operasional," ujarnya.

Edi tak merinci berapa jumlah uang yang diterima, namun kompensasi tersebut digunakannya untuk akomodasi para siswanya selama 12 kali berlatih di GBK plus satu kali tampil saat pembukaan Asian Games.

"Buat menyewa bus saja sekitar Rp5 juta keluar. Kami pakai dua bus dan itu harus bus yang sesuai standar mereka, tidak bisa bus sembarangan. Belum lagi buat snack dan minum anak-anak. Itu semua kita pakai uang operasional," sambungnya.

Tak hanya sekolahnya saja yang belum memberikan sisa uang operasional kepada para penari, Edi mengatakan 17 SMA lainnya belum memberikan sisa uang operasionalnya.

Adapun 17 SMA lain di Jakarta yang muridnya terlibat dalam tarian Ratoh Jaroe yakni SMA 70, SMA 6, SMA 3, SMA 71, SMA 82, SMA 66, SMA 4, SMA 68, SMA 78, SMA 49, SMA 34, SMA 48, SMA 90, SMA 46, SMA 24, SMA Angkasa I Halim dan SMA Dian Didaktika.

Pada kesempatan berbeda, Direktur Media dan Hubungan Masyarakat Inasgoc Ratna Irsana menyatakan kompensasi sudah dibayarkan melalui penyelenggara acara kepada sekolah yang berpartisipasi Tari Ratoeh Jaro.

"Inasgoc membayar lewat EO ke sekolah. Dari EO sudah membayar lunas dan kami punya semua dokumen dan bukti transfernya. Satu anak mendapat US$15 dolar Amerika Serikat atau Rp200.000 sekali latihan. Latihan 15 kali, jadi sekitar Rp3 juta per anak," jelasnya. (Ant).

img
Sukirno
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan