Pemerintah Australia mencabut visa petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic. Alasannya, diduga melanggar aturan vaksinasi Covid-19 di Negeri Kanguru terkait turnamen Australia Open. Apa yang sebenarnya dia katakan tentang vaksin?
Mengutip BBC pada Jumat (7/1), petenis 34 tahun asal Serbia itu belum secara resmi mengungkapkan status vaksinasinya. Namun, pada April 2020, Djokovic secara terang-terangan menentang vaksinasi bahkan jauh sebelum vaksin tersedia.
Djokovic kemudian mengklarifikasi pernyataan tersebut dengan mengatakan, dirinya bukan seorang ahli dan tetap akan berpikiran terbuka. Namun, ingin memiliki pilihan untuk memilih yang terbaik untuk tubuhnya.
Dia juga menekankan tidak ingin dipaksa seseorang untuk mengambil keputusan vaksinasi, baik demi keperluan bepergian maupun bersaing di turnamen. Sejauh ini, Djokovic lebih percaya sistem dalam tubuh, seperti metabolisme, adalah pertahanan terbaik dalam melawan Covid-19.
Di Serbia, diperkirakan kurang dari setengah populasi penduduk telah divaksin lengkap. Pernyataan Djokovic sebelumnya juga dikritik epidemiolog setempat, Predrag Kon, yang menyatakan, atlet itu menciptakan kesalahpahaman.
Dalam rekam jejaknya, Djokovic terbukti beberapa kali mempertanyakan ilmu pengetahuan. Dalam buku yang ditulisnya, Serve to Win, misalnya, Djokovic menggambarkan bagaimana dia pada 2010 bertemu seorang ahli gizi yang memintanya memegang sepotong roti di tangan kiri dan pada saat bersamaan menekan lengan kanannya.
Djokovic mengklaim, jauh lebih lemah saat memegang roti dan mengutip ini sebagai bahan pertanyaan apakah ada hubungan antara gluten di dalam kue dengan kekuatan kita.
Sebelumnya, dalam situasi pandemi, istri Djokovic mengulangi teori konspirasi di Instagram. Kiriman itu diberi label informasi yang salah oleh jejaring sosial.
Perselisihan tersebut juga memantik perhatian aktivis antivaksin. Dalam kelompok Telegram yang mempromosikan teori antivaksin, dia digambarkan sebagai pahlawan dan ikon kebebasan memilih.