Oase.id - Liga Sepak Bola Jerman (DFL) pada Rabu (21/2) mengatakan pihaknya membatalkan rencana untuk menjual saham pendapatan hak media kepada investor luar. Pembatalan itu diputuskan setelah beberapa bulan terjadi protes yang semakin mengganggu dari para penggemar.
Pada bulan Desember, klub-klub sepak bola kasta utama dan kedua Jerman menyetujui untuk membiarkan investor keuangan mengambil saham di cabang media DFL dalam kesepakatan senilai antara EUR900 juta (Rp15,2 triliun) dan EUR1 miliar (RpRp16,9 triliun).
DFL, yang bertanggung jawab atas Bundesliga dan divisi kedua (Bundesliga 2), mengatakan dewannya pada Rabu memutuskan untuk tidak melanjutkan kesepakatan tersebut.
“Keberlanjutan proses yang sukses tampaknya mustahil mengingat perkembangan saat ini,” kata juru bicara dewan DFL Hans-Joachim Watzke dalam sebuah pernyataan.
"Bahkan jika mayoritas mendukung kemitraan strategis. Itu sebabnya dewan dengan suara bulat memutuskan... tidak melanjutkan proses dan tidak menyimpulkannya," bubuhnya dikutip ESPN.
Investor ekuitas swasta CVC Capital Partners merupakan satu-satunya calon pembeli yang tersisa untuk pendapatan penyiaran dan sponsor selama 20 tahun sebagai imbalan atas pembayaran di muka.
Protes yang dilakukan oleh para suporter yang melemparkan berbagai benda ke dalam lapangan telah menyebabkan penghentian pertandingan selama berminggu-minggu sejak klub-klub di dua divisi teratas putra melakukan pemungutan suara pada bulan Desember.
Beberapa protes melibatkan penggemar yang menggunakan mobil dan pesawat yang dikendalikan dari jarak jauh untuk menghentikan pertandingan, dan dalam satu kasus, memasang kunci sepeda di tiang gawang.
Watzke mengatakan setiap pemungutan suara baru untuk mencoba memulihkan kesepakatan hanya akan menimbulkan masalah lain seputar proses tersebut. Itu bukanlah tujuan yang diinginkan DFL.
Dia mengatakan DFL dalam beberapa pekan mendatang akan mengundang klub-klub untuk melakukan pembicaraan guna menganalisis prosesnya.
Keputusan tersebut merupakan pukulan besar bagi DFL yang selama ini berupaya mendongkrak pendapatan. Liga-liga di seluruh Eropa semakin mengincar pendanaan eksternal melalui pengaturan penyiaran untuk meningkatkan pendapatan dan jangkauan global mereka.
Bundesliga menduduki peringkat liga terbesar kedua di Eropa berdasarkan pendapatan setelah Liga Premier Inggris.
Pembatalan rencana DFL menegosiasikan kesepakatan investasi 1 miliar euro dengan mitra ekuitas swasta ditegaskan oleh Watzke, ketua dewan pengawas DFL dan CEO Borussia Dortmund, setelah pertemuan darurat DFL pada hari Rabu.
Meskipun mayoritas mendukung kebutuhan ekonomi akan kemitraan strategis, sepak bola profesional Jerman menghadapi ujian berat dengan perpecahan tidak hanya antarklub di liga tetapi juga di dalam klub itu sendiri antara pemain, pelatih, ofisial, dewan direksi, anggota dan grup penggemar.
Dia menambahkan bahwa perselisihan tersebut semakin besar sehingga membahayakan “operasi hari pertandingan, permainan itu sendiri, dan integritas kompetisi.”
Dalam beberapa pekan terakhir, isu ini tidak hanya meluas ke sepak bola, namun perdebatan mendetail juga terjadi di televisi Jerman dan acara bincang-bincang politik pada jam tayang utama.
Menyambut keputusan hari Rabu itu, kelompok penggemar Unsere Kurve (“Jati Diri Kita”) mengatakan “protes yang komprehensif, namun sangat damai dan sangat kreatif pada akhirnya adalah kunci keberhasilan.”
VfB Stuttgart di antara klub-klub pertama yang mengomentari gagalnya kesepakatan yang diusulkan. Presidennya Claus Vogt awal bulan ini menuntut diadakannya pemungutan suara ulang mengenai kesepakatan tersebut secara transparan.
“Kami menyambut baik keputusan yang dapat dimengerti oleh dewan eksekutif DFL yang menyatukan kembali kita semua yang mencintai sepak bola,” demikian pernyataan klub dilansir Deutsche Welle.
“Sekarang mari kita menarik kesimpulan dari beberapa pekan terakhir untuk menciptakan landasan yang inklusif mungkin bagi pengembangan sepak bola Jerman lebih lanjut. Federasi, klub, dan penggemar hanya dapat melakukan ini bersama-sama,” pungkasnya.(dw,espn)