Ciuman di depan piala bergilir: Jenni Hermoso beri bukti di pengadilan
Kasus 'ciuman paksa' di momen penyerahan medali juara Piala Dunia wanita 2023 memasuki babak baru. Jenni Hermoso, yang maju di pengadilan sebagai korban telah memberikan bukti di depan hakim.
Kasus ciuman mantan presiden Federasi Sepak Bola Spanyol, Luis Rubiales, ke bibir Hermoso terjadi usai kemenangan Spanyol di final Piala Dunia Agustus lalu di Australia Stadium.
Keputusan Rubiales untuk memegang kepala Hermoso dan mencium bibirnya menimbulkan protes dan perdebatan nasional dan internasional tentang seksisme. Hal ini juga menyebabkan Rubiales diselidiki atas dugaan pelecehan seksual dan pemaksaan oleh hakim di pengadilan pidana tertinggi Spanyol, audiencia nacional.
Rubiales, yang mundur sebagai ketua federasi sepak bola Spanyol pada September tahun lalu, menegaskan ciuman yang dia lakukan di bibir Hermoso adalah atas dasar suka sama suka. Rubiales mengaku telah minta izin dari Jenni. Namun Hermoso membantah mengizinkan dan mengatakan insiden itu membuatnya merasa “rapuh dan menjadi korban agresi”.
Korban agresi
Penyerang berusia 33 tahun itu telah mengajukan tuntutan pidana terhadap Rubiales. Jaksa penuntut negara menuduh Rubiales melakukan pelecehan seksual dan pemaksaan. Rubiales membela diri setelah tindakannya memicu kontroversi global.
Hermoso tiba di pengadilan di Madrid sebelum jam 10 pagi pada hari Selasa (2/1) untuk memberikan kesaksiannya kepada Hakim Francisco de Jorge. Dia berbicara singkat kepada media setelah sidang tertutup, mengucapkan selamat tahun baru dan menambahkan: “Semuanya berjalan baik. Sekarang semuanya ada di tangan keadilan.”
Pesepakbola, yang baru saja menandatangani kontrak dengan tim Meksiko Tigres, menolak anggapan bahwa ciuman itu bersifat suka sama suka, dan menggambarkan pernyataan Rubiales bahwa dia telah memberinya izin untuk menciumnya sebagai “keliru”.
Hermoso mengatakan dia memutuskan untuk berbicara tentang apa yang terjadi karena “tidak ada orang, di tempat kerja, olahraga atau lingkungan sosial apa pun, yang boleh menjadi korban dari perilaku non-konsensual semacam ini”.
Dia menambahkan: “Saya merasa rentan dan menjadi korban agresi, tindakan impulsif dan seksis, tidak pada tempatnya dan tanpa persetujuan saya. Sederhananya, saya tidak dihormati.”
Hermoso juga mengatakan bahwa insiden tersebut dan dampaknya telah menimbulkan kerugian besar bagi dirinya. “Minggu-minggu ini sangat sulit,” katanya dalam sebuah wawancara dengan GQSpain tahun lalu.
"Saya harus menanggung konsekuensi dari suatu tindakan yang tidak saya provokasi, yang tidak saya pilih atau rencanakan. Saya telah menerima ancaman, dan itu adalah sesuatu yang tidak biasa Anda alami,” bubuhnya, dinukil Guardian.
Rubiales membantah melakukan penyerangan atau memaksa Hermoso dan berjanji untuk membersihkan namanya. “Saya percaya pada kebenaran dan saya akan melakukan segala daya saya untuk memastikan kebenaran itu menang,” katanya ketika mengundurkan diri dari jabatan ketua federasi empat bulan lalu.
Sosok berusia 46 tahun itu mengatakan bahwa meskipun keluarga dan orang-orang terdekatnya dibuat menderita “akibat penganiayaan yang berlebihan” dan “banyak kebohongan”, dia merasa masyarakat mengetahui kebenarannya. Rubiales juga pernah meminta publik menilai sebuah video di mana Hermoso tertawa-tawa saat bercanda tentang ciuman itu, ketika berada di pesawat yang membawa mereka pulang ke Spanyol. Adegan di dalam video itu, adalah bukti bahwa Hermoso tidak memiliki masalah dengan peristiwa itu.
Ciuman itu disiarkan secara global di televisi saat para pemain Spanyol berbaris untuk menerima medali dan ucapan selamat dari tokoh politik dan sepak bola terkemuka setelah kemenangan mereka.
"Mau sama mau"
Hakim investigasi Francisco de Jorge sedang memeriksa bukti yang diajukan ke pengadilan untuk menentukan apakah kasus tersebut harus dilanjutkan ke pengadilan.
Jaksa nasional Spanyol mengeluarkan pernyataan setelah sidang tertutup pada hari Selasa, mengatakan Hermoso “telah meratifikasi apa yang (sebelumnya) dia nyatakan kepada jaksa.”
“Ciuman itu tidak terduga dan tidak pernah terjadi atas dasar suka sama suka. Menyusul kejadian tersebut, situasi yang dialami korban, baik dalam penerbangan kembali ke Spanyol maupun saat berada di Ibiza, di tangan pihak yang diselidiki, merupakan pelecehan yang mengubah kehidupan normalnya, menimbulkan situasi keresahan dan kesedihan,” kata pernyataan itu.
“Saya berterima kasih atas dukungan yang telah Anda tunjukkan berkali-kali kepada saya dan semuanya berjalan baik untuk Anda,” kata Hermoso di luar pengadilan kepada wartawan.
Rubiales menghadapi dua dakwaan, atas dugaan pelecehan seksual dan dugaan pemaksaan, karena kemudian diduga menekan Hermoso untuk mengatakan ciuman itu dilakukan atas dasar suka sama suka, kata seorang jaksa di pengadilan nasional kepada CNN pada bulan Desember.
Tiga pria lainnya, termasuk mantan pelatih tim putri dan dua pejabat federasi lainnya, masing-masing menghadapi satu dakwaan atas tuduhan pemaksaan, menurut jaksa.
Rubiales dan tiga terdakwa lainnya masing-masing membantah dakwaan terhadap mereka dalam kesaksian sebelumnya di hadapan hakim dalam beberapa bulan terakhir, kata jaksa penuntut dalam pernyataan sebelumnya setelah sidang mereka masing-masing.
FIFA, badan pengatur sepak bola global, pada bulan Oktober melarang Rubiales melakukan “semua aktivitas yang berhubungan dengan sepak bola” selama tiga tahun, dan ia berjanji akan mengajukan banding.