close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pemain Pantai Gading bersorak-sorak bergembira setelah mengalahkan Senegal. Foto Getty Images
icon caption
Pemain Pantai Gading bersorak-sorak bergembira setelah mengalahkan Senegal. Foto Getty Images
Olahraga
Selasa, 30 Januari 2024 13:43

Dingin malam di Yamoussoukro antar Senegal pergi dari Piala Afrika 2023

Pantai Gading hanya menempati peringkat ketiga di Grup A, sedangkan Senegal juara Grup C.
swipe

Tendangan voli dari striker Habib Diallo tidak cukup mengantar Senegal ke perempat final Piala Afrika 2023. Juara bertahan itupun tersingkir setelah kalah adu penalti 4-5 dari tuan rumah Pantai Gading.

Emerse Fae, yang baru diangkat menjadi manajer sementara Pantai Gading pekan lalu, berbicara kepada media setelah timnya meraih kemenangan luar biasa: "Saya khawatir karena kebobolan duluan, tetapi Anda harus menghargai para pemain yang bangkit. Sebelum pertandingan, saya mengatakan kepada mereka bahwa saya ingin menemukan kembali 'My Elephants' dan mereka menunjukkan penampilan seorang pria sejati.

"Sejak Senin lalu dan kekalahan kami dari Guinea Ekuatorial 4-0, saya menjalani pertandingan satu per satu. Ya, kami mengalahkan Senegal, tapi kami tidak akan mendapat keuntungan besar."

"Lima hari ini sungguh berat. Kami harus menemukan sedikit kepercayaan diri, jadi dua hari pertama didedikasikan untuk itu. Lalu kami mulai fokus ke Senegal dan menyusun rencana permainan," katanya dikutip The Athletic.

Pantai Gading hanya menempati peringkat ketiga di Grup A, sedangkan Senegal juara Grup C. Mereka harus bentrok di babak 16 besar AFCON'23.

Pertandingan sengit, Selasa (30/1) dini hari WIB, berakhir memuaskan sekitar 20 ribu suporter di Charles Konan Banny Stadium, Yamoussoukro. Sebagian besar mereka pendukung tim tuan rumah. Pantai Gading melangkah ke perempat final untuk menantikan pemenang Mali versus Burkina Faso.

Voli Diallo menyambut umpan tarik dari Sadio Mané di menit ke-4 membawa Senegal unggul cepat. Bermula dari lemparan ke dalam di rusuk kanan pertahanan Pantai Gading. Gelandang kiri Senegal, Ismail Jakobs, melempar diagonal ke depan kepada Mané yang berdiri di tepi garis akhir di samping kotak penalti.

Bintang terbaik Afrika 2019 dan 2022 itu dikerubuti tiga pemain bertahan Pantai Gading. Bola memantul, sebentar lagi keluar, posisi Mané menghadap ke belakang. Tiga pemain Pantai Gading menyangka situasi itu tidak membahayakan.

Sudutnya sempit, bola telah bergulir hampir ke garis, Mané sedang membelakangi gawang. Iiga tanda itu jelas bukan ancaman serius.

Tapi tiba-tiba Mané berbalik, langsung melambungkan bola ke tengah kotak penalti. Dada Diallo  menerima umpannya, bola jatuh lembut ke rumput.

Pantulan kedua mengambang ringan di udara, kaki Diallo terayun. Tendangan itu mutlak menerpa dinding jaring yang dijaga Yahia Fofana. Skor berubah, Senegal 1-0 Pantai Gading.

Keunggulan itu bertahan selama 82 menit. Pantai Gading harus memasukkan dulu Franck Kessié di menit ke-73 menggantikan Ibrahim Sangaré.

Pertandingan memasuki momen penting pada menit ke-86. Sayap kanan Pantai Gading Nicolas Pépé menerobos masuk ke dalam kotak dan dijatuhkan oleh kiper Senegal, Edouard Mendy.

Hanya 13 menit Kessié bermain, gelandang pengganti itu sukses mengeksekusi penalti yang dihadiahkan bagi Pantai Gading setelah tinjauan VAR atas jatuhnya Pépé tadi.

Skor jadi imbang, Senegal 1-1 Pantai Gading. Meskipun Senegal lebih mendominasi permainan, kedudukan tidak berubah lagi dalam 120 menit pertandingan.

Pertunjukan dominasi Senegal diperjelas secara mendetail dalam statistik Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) pascalaga. Bek tengah Pantai Gading Evan Ndicka menjadi pemain yang paling aktif dengan 101 sentuhan.

Itu jadi tanda bahwa Pantai Gading dilanda serangan bertubi-tubi. Berbanding terbalik dengan duo pemain Senegal yang paling aktif menciptakan poros serangan mereka: Bek kiri Moussa Niakhaté dan gelandang kanan Pape Sarr dengan 69 sentuhan.

Mungkin letih karena paling banyak menyentuh bola, Niakhaté yang menendang penalti ketiga, gagal menunaikan tugasnya. Dia menjadi satu-satunya eksekutor yang tidak berhasil mencetak gol.

Penendang penalti terakhir, siapa lagi kalau bukan Kessié. Pemain asal klub Arab Saudi, Al-Ahli, itu melaksanakan tugasnya dengan dingin. Sedingin malam di Yamoussoukro, ibu kota de jure Pantai Gading sejak tahun 1983.(theatletic,cafonline)

img
Arpan Rachman
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan