Hitam legam korps baju hitam: Bahaya tiupan peluit palsu di Piala Asia 2023
Akan tidak heran jika pergelaran Piala Asia 2023 banyak dibumbui kecenderungan wasit-wasit Timur Tengah berpihak untuk sesama tim asal Asia Barat atau Jazirah Arab. Pantauan terakhir bisa disimak dari pertandingan pemanasan di Stadion Mohammed Bin Zayed, Abu Dhabi, Sabtu (30/12/2023).
Pertama kali memainkan bola resmi Piala Asia 2023, VORTEXAC23 buatan Kelme, tuan rumah Uni Emirat Arab (UEA) mengalahkan Kirgizstan 1-0. Kedua kesebelasan sesama kontestan Piala Asia 2023. Kepemimpinan wasit Sami Ahmed dari Arab Saudi menyisakan tanda tanya setelah laga persahabatan internasional ini.
Kartu merah, penalti
Babak pertama menampilkan pertarungan yang seimbang. Pada menit ke-5, penyerang naturalisasi Kirgizstan kelahiran Ghana, Kojo Joel, mempunyai peluang untuk mencetak gol, namun kiper tuan rumah menyelamatkan timnya setelah menepis sundulan sang striker.
Pada menit ke-48, Gulzjigit Alykulov mendapat kartu kuning kedua karena pura-pura jatuh di area penalti lawan. Timnas Kirgizstan memainkan sisa pertandingan dengan sepuluh pemain.
Pertandingan ini "international friendly" berarti persahabatan. Di masa lalu, wasit tidak boleh mengacungkan kartu merah atau menghukum pemain keluar lapangan pertandingan. Kecuali terjadi insiden huru-hara brutal di luar prinsip sportivitas.
Keputusan wasit Ahmed mengkartumerahkan gelandang Kirgizstan itu justru melanggar peraturan FIFA. Kaki Alykulov kena injak bek UEA. Dia bukan membalas kekasaran tersebut, tapi menjatuhkan diri. Pasti wasit tidak mungkin memberi penalti ke gawang UEA. Mestinya cukup memperingatkan Alykulov lewat teguran. Kalau dia kemudian balas main kasar, vonis keluar lapangan bisa diputuskan.
Pada menit ke-88, kiper Erjan Tokotaev bertabrakan dengan lawan, dan wasit Ahmed bukannya melindungi penjaga gawang, tapi memberikan hadiah penalti. Dari tayangan ulang jelas terlihat perebutan bola udara 50:50. Kiper Tokotaev tidak memburu lawannya, melainkan bermaksud menghalau bola.
Sejak tercabutnya kartu merah disusul hukuman penalti, tim tamu Kirgizstan telah diperdayai tiupan peluit palsu. Namun Sami Ahmed, wasit Arab Saudi, tidak akan bertugas di Piala Asia 2023.
Korps baju hitam
Timur Tengah sudah siap diwakili 15 wasit menjadi pengadil di Qatar, besar kemungkinan mulai dari laga perdana 12 Januari hingga final 10 Februari mendatang. Mereka terdiri dari Qatar (4), UEA (3), Arab Saudi (2), Kuwait (2), dan Iran, Irak, Yordania, Oman, Suriah masing-masing mengutus satu orang pemimpin pertandingan.
Beruntung Kirgizstan hanya kalah dalam partai uji coba. Sementara Indonesia telah mengalami nasib lebih sial, sebulan sebelumnya. Kedua pertandingan itu dipimpin korps baju hitam Timur Tengah. Kebetulan wasitnya pun sama-sama bernama Ahmed.
Pada Pra-Piala Dunia 2026, Kamis (16/11/2023), bertamu ke kandang Irak, timnas Garuda kalah telak 1-5. Laga di Basra International Stadium dipadati 65 ribu fans fanatik tuan rumah. Teror pemain ke-12 Irak tersebut kentara mengecutkan nyali Adam Alis dkk.
Kekalahan memalukan bukan lantaran kualitas Merah-Putih lebih rendah, namun akibat kena mental. Keunggulan utama Irak di tengah lapangan berbentuk taktik bermain kasar sambil terus memprotes keputusan wasit. Mereka meniru gaya pemain-pemain Vietnam tiap pertandingan melawan Indonesia.
Main keras, protes terus
Irak versus Indonesia dipimpin wasit Ahmed Eisa (UEA). Belum lama peluit berbunyi, baru detik ke-18. Bek kanan Indonesia Asnawi Mangkualam sudah dijegal dengan keras oleh bek kiri Irak Merchas Doski.
Wasit Ahmed meniup peluit tanda pelanggaran. Tapi dia membiarkan Doski pergi berlalu begitu saja. Tanpa peringatan tegas bahwa kekerasan itu sangat membahayakan.
Lagi pula posisi Asnawi tidak sedang mengancam ke gawang. Jegalan Doski terjadi ketika bola di kaki Asnawi tepat di garis tengah. Jadi, tak ada alasan Doski melakukan aksi kotor itu kecuali berniat hendak menjatuhkan mental lawan. Karena tiada alasan "fair play", maka tindakan Doski sama sekali bukan "technical foul" untuk meredam serangan.
Kurang semenit kemudian, Asnawi mendapat bola. Doski maju menekannya lagi. Bola itu langsung terbuang hilang. Tanda bahwa mental Asnawi terpengaruh gertakan Doski pertama tadi.
Menit ke-14 tangan kasar bek tengah Ali Adnan melibas kepala Dendy Sulistyawan. Hakim garis 1 mengangkat bendera agar wasit meniup peluit. Pelanggaran terjadi. Seterusnya Adnan malah lebih biadab lagi, dia mengintimidasi dengan mata melotot sambil menunjuk-nunjuk hakim garis 1. Intimidasi itu dibiarkan oleh wasit Ahmed.
Duel udara menit ke-15, striker Aymen Hussein jatuh menimpa kepala Marc Klok. Pelanggaran saja, tanpa kartu. Tapi lagi-lagi pemain Irak masih membantah keputusan wasit.
Setelah tiga kejadian kasar itu, gawang Nadeo Argawinata beruntun dihujani lima gol mengerikan. Selain teror penonton dan gertak pemain Irak, wasit Ahmed dari UEA tampak berperan paling besar membuat prakondisi kacau mental pemain-pemain Indonesia. Hampir sama seperti wasit Ahmed dari Saudi memperdayai pemain Kirgizstan, dua hari lalu.
Bukan sekadar Offside
Piala Asia 2023 memakai sistem terbaru, Teknologi Offside Semi-Otomatis (SAOT), dengan 12 kamera pelacak 29 titik data terhadap 22 pemain di dalam lapangan pertandingan. Namun, yang patut disorot bukan hanya SAOT.
Wasit-wasit yang berpihak kepada salah satu tim dalam memimpin pertandingan lebih banyak modus pembiaran. Wasit akan membiarkan benturan kecil atau senggolan minor oleh lawan sebelum dan setelah bola dikuasai seorang pemain. Jika bola sudah berubah arah, wasit pasti bergerak mengikuti bola, kadang-kadang tanpa hirau dengan apa yang telah terjadi.
Di momen seperti itu, kecurangan lawan yang nakal sering menemukan celahnya. Pemain yang dilanggar hanya akan mengalami cedera sia-sia. Tanpa peluit wasit, tiada hukuman untuk kejahatan sepak bola di tengah lapangan, di bawah sorotan jutaan mata. Indonesia dan Kirgizstan sudah jadi korban. Tim-tim lain masih menunggu giliran terkalahkan.