Pemerintah enggan ikut campur dalam isu desakan mundur Mochamad Iriawan alias Iwan Bule dari jabatannya sebagai Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Desakan mundur itu tertuang dalam petisi yang ditandatangani oleh hampir 50.000 orang.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainuddin Amali mengatakan, pemerintah hanya bertugas untuk menyediakan fasilitas bagi PSSI supaya dapat menyukseskan program untuk sepak bola dalam negeri. Selain dari itu, pemerintah tidak ingin berpartisipasi lebih jauh.
“Kita tidak mungkin bisa masuk ke dalam urusan itu. Tidak mungkin kita juga melakukan intervensi dalam berbagai hal,” kata Zainuddin dalam Auditorium Wisma Kemenpora, Selasa (11/10).
Menurut Zainuddin, pihaknya hanya memberikan yang terbaik untuk olahraga Indonesia tanpa mencampuri urusan internal federasi masing-masing. Hal ini ia menekankan tidak hanya bidang sepak bola, namun juga semua cabang olahraga.
“Kita sudah punya pijakan kita adalah Undang-undang Nomor 11 Tahun 2022 Tentang Keolahragaan. Urusan ada federasi nasional dan internasional,” ujarnya.
Sebagai informasi, puluhan ribu orang telah mencantumkan tanda tangan petisi lewat laman Change.org untuk mendesak Komjen (Purn) Mochamad Iriawan alias Iwan Bule mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI. Desakan mundur muncul imbas Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 131 orang di Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10).
Petisi pertama datang dari praktisi hukum Emerson Yuntho. Hingga petisi itu dibuat, belum satu pun pengurus dan pimpinan PSSI maupun PT Liga Indonesia Baru (LIB) mengundurkan diri sebagai bentuk tanggung jawab moral.
“Melalui Petisi ini Kami Suporter Sepak Bola Indonesia dan Masyarakat Pecinta Sepak Bola Indonesia mendesak Mochamad Iriawan, Ketua Umum PSSI beserta semua pengurus di PSSI serta Akhmad Hadian Lukita, Direktur PT LIB untuk mengundurkan diri dari jabatannya,” ujar Emerson.
Ia menambahkan, petisi ini selain diprakarsai olehnya, juga diprakarsai dan didukung beberapa pihak lain, yakni Richard Ahmad Supriyanto, Purnomo Wijoyo, Bagus Ari Wibowo, Richo Vebrian, Febrianto, Suprapto Koting, Syahyang Sukma, Ervan Nurachman, Nugroho Dewanto, Arry Anggadha, Kenrick Philbert, Rapco Tarigan, dan Haris Azhar.
Petisi kedua diunggah di laman yang sama oleh Perkumpulan Jurnalis Rakyat (Pijar) yang juga telah diteken puluhan ribu orang. Petisi ditulis oleh Suhari Ete yang menyinggung soal skala Tragedi Kanjuruhan yang jadi tragedi sepak bola terbesar sepanjang sejarah Indonesia.
Ete menilai tidak ada faktor yang menakutkan malam itu, namun tembakan gas air mata membuat panik, sesak napas, dan para suporter berdesakan. Akhirnya yang terjadi merusak stadion.
Maka yang terbaik dilakukan di dalam stadion Kanjuruhan malam itu kepada mereka yang masuk ke lapangan itu jangan diusir atau diihardik. Lebih baik diminta saja untuk duduk di atas rumput. Seluruh pemain, ofisial, petugas juga duduk supaya emosi tercurah dulu karena perlu waktu untuk meredakan emosi.
Menurutnya, polisi sudah benar dengan analisisnya dan anitia sudah benar dengan suratnya ke LIB, serta sudah benar dengan tidak mengalokasikan jatah kursi untuk suporter Persebaya. Bahkan dalam stadion sebenarnya sudah tidak ada lagi faktor penentu yang bisa memicu kerusuhan kalau pun mereka kecewa kepada tim Arema, itu kekecewaan orang yang mencinta dan tiak akan mencelakakan mereka.
“Kita juga meminta Ketua Umum dan semua pengurus Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk mundur dari jabatannya, sebagai bentuk hormat dan respek terhadap korban tragedi kerusuhan Stadion Kanjuruhan, Malang dan untuk pembenahan sepakbola secara keseluruhan,” tulis dia.