Menjelang pertandingan persahabatan internasional antara tim nasional Indonesia versus Argentina, bulan lalu. Ketua Umum PSSI Erick Thohir berharap supaya pasukan Garuda semakin berprestasi ke depan.
Karena itu, Thohir meminta kompetisi liga antarklub domestik agar selaras dengan Timnas. Kinerja Timnas di mata Thohir harus serasi moncernya dengan pergelaran Liga Indonesia terutama di kasta Liga 1, begitupun Liga 2 dan Liga 3.
Namun, baru tiga pekan Liga 1 musim ini bergulir, Thohir dihadapkan tantangan serius yang cenderung berbanding terbalik dengan harapannya. Performa pemain Timnas melempem bak tempe bacem, sedangkan klub-klub non-pemain Timnas malah menunjukkan prestasi meningkat pesat secepat kilat.
Prestasi pasukan Garuda ke depan niscaya semakin suram dan terpuruk tanpa gelar juara sejak ditangani STY hingga akhir kontraknya nanti. Apabila para pemain yang terbukti telah melempem di kompetisi Liga 1 saat ini akan terpilih kembali berkostum Merah Putih. Thohir mungkin perlu campur tangan untuk mengevaluasi secara transparan proses pemilihan pemain ke skuad nasional.
Apa di dalamnya banyak pemain titipan? Thohir sebagai Ketua Umum PSSI harus memastikan apakah filosofi sepak bola STY adalah mau kalah terus dan tidak pernah memuncak ke atas podium kejuaraan?
Di satu sisi, Lima Besar klub medioker kini menanjak ke papan atas Liga 1. Barito Putra mantap di tempat pertama, kemudian menyusul berurutan Dewa United, Persita Tangerang, Rans Nusantara, dan PSIS Semarang.
Semua tim tersebut tidak diperkuat pemain Timnas aktif yang dipilih Shin Tae-Yong di skuadnya terakhir. Irama serangan Barito Putra, pemuncak klasemen, bahkan didominasi kecerdasan playmaker Timnas Filipina.
Sementara salah satu pilar Dewa United -- runner up klasemen sementara -- hanya pemain Timnas cadangan yang mulai terpinggirkan, Ricky Kambuaya. Peranannya juga sudah tidak menonjol lagi, melainkan lebih banyak menjadi penunjang permainan untuk Majed Osman, pemain Timnas Lebanon.
Posisi ketiga klasemen Liga 1 sampai Pekan ke-3 ditempati Persita. Dari enam pemain inti lokalnya, tidak satu pun pernah menerima panggilan STY. Bintang dari Pendekar Cisadane, Christian Rontini, seperti halnya Mike Ott yang memperkuat Barito, sama-sama pilar The Azkals.
Rans Nusantara bergerak naik ke rangking ke-4 Liga 1 lewat andil besar Marckho Merauje. Tiga laga telah dijalani Merauje dengan apik, sekaligus membuktikan kemampuan handalnya mendukung Evandro Brandão, striker Timnas Angola mantan Manchester United U18.
Di sisi lain, STY terkesan tidak yakin dengan bakat bagus bek kanan ini. Pelatih Korea itu hanya sekali memberi kesempatan Marckho bermain pada laga uji coba menghadapi Myanmar pada 25 November 2021 selama 12 menit saja. Setelah hampir dua tahun, STY tidak mau memanggilnya lagi.
Fenomena ini menunjukkan Timnas kurang selaras dengan klub-klub papan atas Liga 1. Pemain Timnas Indonesia juga kalah bersaing dengan pemain-pemain Timnas Filipina, Lebanon, dan Angola. Harapan Thohir belum jadi kenyataan.