OPINI: Saat Hugo Samir membunuh pertandingan
Hugo Samir masuk di menit 83. Sebagai pengganti untuk Nomor 10. Nomor keramat di punggung Egy Vikri. Itu juga pakaian kebesaran semua bintang dunia. Dulu milik Pele dan Maradona. Sekarang dipakai Messi, Mbappe, Jenni Hermoso yang dicium Luis Rubiales, dan banyak lagi.
Di garis tepi, sebelum masuk lapangan. Hugo sejenak berkacak pinggang. Di sampingnya, wasit keempat mengangkat papan. Papan nomor pergantian pemain. Pemain Egy, penggantinya Hugo.
Maju dari bangku cadangan, Hugo berlari kecil di tempat, di pinggir lapangan. Kedua kaki dia lincahkan kiri-kanan bergantian. Sambil kedua tangannya berkibas saling silang. Menunggu izin boleh masuk ke tengah permainan.
Egy berlaku sportif. Tak mau mengulur waktu. Segera lari bergegas keluar. Hugo menadahkan tangan, minta sambutan. Tangannya ditepuk Egy sembari memberi senyum tipis khas aura pemain kenamaan.
Sejenak, hanya sejenak, striker pengganti tidak menunggu lama. Langsung terlibat dalam duel perebutan bola. Ia mencoba sergap bek Kirgistan. Wasit meniup peluit tanda pelanggaran.
Bermain peran ujung tombak tunggal, Hugo banyak mengganggu ruang bermain lawan di garis pertahanan mereka. Tidak sungkan pula dia turun membantu barisan gelandang. Sekaligus jadi perebut bola yang cekatan.
Gayanya menunjukkan mentalnya, sangat agresif. Sekali lagi dia sempat melanggar Nurlan Uulu, kapten Kirgistan. Dua kali itu Hugo disemprit wasit. Sekali lagi, kartu kuning melayang hukumannya.
Momen krusial tercipta di menit 93. Laga memasuki perpanjangan waktu. Andi Setyo berhasil memutus serangan di sisi kanan belakang, dekat ujung penjuru Indonesia. Penyerang Kirgistan dia jegal, terjungkal dalam kotak penalti.
Bola dibuang sekuat tenaga. Arahnya lurus begitu. Melambung jauh terbang tinggi, lewat sedikit garis tengah. Tak ada pemain Indonesia di sana. Bebas lepas situasi masih dikuasai Kirgistan.
Elaman Akylbekov menjadi pemain terakhir di garis pertahanan tinggi. Dia dilindungi gelandang bertahan mereka yang mundur mendekati rekannya tatkala bola siap diterima.
Elaman bergerak siaga menyambut si kulit bundar yang melesat turun. Tapi sepersekian detik sebelum bola itu jatuh, dia malah tampak ragu. Kedua tangannya semula sudah siap terayun ke belakang. Tanda-tanda kentara dia mau melompat buat menyundul. Tapi niat pertama batal, dia berubah pikiran.
Itu kesalahan kecil. Elaman salah memperhitungkan keberadaan lawan paling dekat. Saat itu Hugo masih jauh. Elaman paling banter berpikir: Belanda masih jauh. "Belanda" maksudnya adalah "Hugo". Tapi Hugo juga bukan Ugho namanya.
Jarak Hugo Samir ke Elaman ada 15-an meter. Tapi Striker Menit 83 itu terdorong naluri, melakukan agresi. Posisinya masih berada di daerah permainan Indonesia sendiri, seperempat bagian dari lingkaran tengah. Dia sedang beranjak maju. Bukan striker berbahaya menurut kalkulasi bek Kirgistan. Hanya pemain pengganti, baru juga main kurang dari 10 menit. Lebih banyak bertindak sebagai pelanggar lawan untuk menghabiskan waktu saja.
Kesalahan kecil ditandai kedua tangan Elaman yang terayun itu bisa dibaca Hugo sangat cermat. Elaman mau menyundul, tapi bimbang. Mungkin kacau galau karena timnya ketinggalan 0-1 lewat gol Ramai Rumakiek sejak menit 58.
Hugo lekas mencium kesempatan. Bahwa akan terjadi keliruan. Akhirnya benar, bukan? Otaknya pintar menghitung cepat angka-angka di udara.
Elaman memakai kaki, berupaya mengontrol bola. Bukan kepalanya yang langsung beraksi tanpa kompromi untuk menjauhkan bahaya. Bola gagal dikontrol, memantul terpental sekitar dua meter ke depan. Tatkala bola terpantul, Hugo telah berlari memburu, seperti meradang menerjang, seolah hingga hilang pedih peri.
Si kulit bundar direbut Hugo. Didorongnya sekali sentak, barangkali berjarak 3 meter ke belakang Elaman. Sentakan itu penuh matematika. Elaman harus membalikkan punggungnya dulu untuk adu sprint jarak pendek. Hugo start ketinggalan tiga langkah, namun dia amat paham teori. Lawannya bukan berdiri sejajar menghadap ke muka gawangnya sendiri. Pihak penyerang sering unggul duel dengan bek yang bertahan lewat trik begini.
Di kala gerak badan Hugo yang mengejar bola telah selangkah mengungguli Elaman, kiper Kurmanbek Nurlanbekov mengambil opsi maju keluar meninggalkan sarangnya. Elaman didampingi gelandangnya sia-sia menyamai langkah Hugo, percuma saja mau mencuri bola.
Mungkin tidak persis, tapi agaknya cukup empat langkah sprint ke depan, setelah melewati Elaman. Hugo mendahului kaki kiri kiper yang terkangkang melintang hendak menghadang. Empat langkah finish itu hitungan kasarnya, sebab pasti tidak presisi, saking cepatnya Hugo melesat. Bola ditendangnya melewati jangkauan Kurmanbek, silang mendatar pelan seperti umpan, masuk dari mulut gawang kosong.
Usai gol, Hugo mengepalkan tangan, meloncat, berlari riang ke pinggir lapangan. Pinggir lapangan, tempat asal masuknya tadi di menit 83. Dia menyurukkan badan ke dalam kerumunan pemain cadangan. Peluk senyum teriak mereka tumpah. Perayaan emosional Garuda Muda-muda dengan kostum sponsor Li-ning.
Istilah "Garuda Muda-muda" mungkin lebih tepat karena mereka tim nasional U-24. Timnas U-23 sudah dinamakan Garuda Muda. Timnas U-20 Garuda Asia.
Kuat dan cepat. Tujuh langkah kilat, seperti kurir ekspres mengantar pesanan tanpa ongkir. Striker pembunuh laga, a killer of the game! Hugo Samir terbukti gen "berdarah dingin" yang turun dari striker legendaris Brasil. Tapak kakinya "membunuh pertandingan" sebelum wasit meniup peluit panjang. Indonesia menyelesaikan laga perdana Asian Games 2023 dengan kemenangan meyakinkan 2-0 atas Kirgistan, Selasa (19/9) malam kemarin.