Osimhen atau Haller yang mengangkat Piala Afrika 2023?
Final AFCON (Piala Afrika) 2023 menghadapkan tuan rumah Pantai Gading versus Nigeria di Alassane Ouattara Stadium pada Minggu (11/2). Turnamen ini penuh drama, suka cita, gol-gol, dan alur cerita yang luar biasa. Finalnya akan menjadi momen yang fantastis.
Bisakah Nigeria memenangkan turnamen ini untuk keempat kalinya? Atau akankah Pantai Gading dinobatkan sebagai raja Afrika di kandang sendiri?
Nigeria melaju dengan mengalahkan Afrika Selatan di semifinal setelah adu penalti yang menegangkan usai imbang 1-1 hingga perpanjangan waktu.
Perjalanan jauh lebih dramatis dialami tim Pantai Gading. Tuan rumah memecat pelatih kepala mereka di fase grup setelah berada di ambang eliminasi sebelum lolos ke 16 besar, menyingkirkan juara bertahan Senegal dan mengalahkan RD Kongo di semifinal.
Dilansir Eurosport, kedua negara telah bertemu di Grup A. Nigeria menang 1-0 atas Pantai Gading berkat penalti dari kapten William Troost-Ekong.
Jika Super Eagles ingin memenangkan final ini, Victor Osimhen harus berada dalam performa terbaiknya. Di level klub, Osimhen telah menunjukkan bahwa ia layak dianggap sebagai salah satu striker paling mematikan di dunia, karena gol-golnya musim lalu membawa Napoli meraih gelar Serie A pertama mereka sejak 1990.
Namun, Pemain Terbaik Afrika Tahun Ini kesulitan mencetak gol di turnamen AFCON. Golnya semata wayang terjadi di laga pembuka Nigeria kontra Guinea Khatulistiwa, yang berakhir imbang 1-1.
Osimhen sempat mengira dia telah membuang sial lewat gol di penghujung semifinal untuk menjadikan skor 2-0. Tetapi dalam kejadian yang dramatis, golnya dianulir VAR dan lawannya Afsel malah kemudian mendapat hadiah penalti.
Osimhen berharap bisa mencetak gol di final melawan tuan rumah. Beruntung bagi Nigeria, pemain lain telah mencuat. Ademola Lookman mencetak tiga gol sementara Alex Iwobi juga terus menjadi ancaman di lini depan.
Salah satu pilar penting, William Troost-Ekong. Kapten Nigeria berusia 30 tahun ini tidak hanya menjadi sosok tangguh dan pemimpin di lini belakang. Ia juga mengambil tanggung jawab dan memberi penalti pada momen-momen penting bagi timnya.
Mantan pemain Watford tersebut mencetak gol kemenangan dari titik penalti lawan Pantai Gading di pertandingan grup. Ia juga mengonversi dua penalti lagi - satu dalam adu penalti - saat kemenangan dramatis Nigeria di semifinal atas Afsel. Yang cukup menarik, Troost-Ekong telah mencetak empat gol dari lima tembakan tepat sasaran terakhirnya dalam kariernya di AFCON.
Dia juga menjadi bagian dari pertahanan paling ketat di AFCON'23 di mana Nigeria hanya kebobolan dua gol di waktu normal dalam enam pertandingan mereka sejauh ini. Ungkapan 'pertahanan memenangkan pertandingan' muncul di benak ketika menyaksikan Nigeria maju melintasi turnamen. Tinggal satu clean sheet lagi akan memainkan peran kunci dalam membantu Troost-Ekong mengangkat trofi.
Di kubu lawan, Sebastien Haller berada di ambang menamatkan salah satu kisah sepakbola paling istimewa. Pada Juli 2022, striker Borussia Dortmund itu didiagnosis menderita kanker testis dan karir profesionalnya tertunda demi menjalani perawatan. Ia berhasil kembali berlatih penuh pada Januari 2023 dan mencetak gol pertamanya untuk klub melawan Freiburg pada Hari Kanker Sedunia.
Kembalinya sang striker membuatnya terpilih untuk AFCON tahun ini. Tetapi ia tidak dapat tampil dalam pertandingan penyisihan grup karena menderita cedera pergelangan kaki. Absennya Haller terlihat jelas karena tim Pantai Gading gagal mencetak gol dalam dua pertandingan terakhir penyisihan grup mereka.
Tetapi Haller kembali tepat waktu untuk pertandingan babak 16 besar melawan Senegal. Dia masuk dari bangku cadangan di babak kedua dan mengkonversi salah satu tambakan dalam adu penalti saat tuan rumah menyingkirkan juara bertahan turnamen ini.
Haller melakukan start pertamanya di semifinal melawan RD Kongo dan golnya di babak kedua sudah cukup untuk membuat Pantai Gading mengamankan tempat mereka di final. Seberapa pantaskah pemain berusia 29 tahun mengakhiri perubahan luar biasa ini dengan mencetak gol kemenangan melawan Super Eagles?
Tuan rumah berharap striker mereka mencapai performa puncaknya pada saat yang tepat. Haller akan menjadi ancaman terbesar yang dihadapi pertahanan Nigeria di puncak turnamen.
Mirip dengan Haller, rekan setimnya Simon Adingra terpaksa menunggu waktu sebelum memeriahkan AFCON dengan penampilannya. Cedera hamstring memaksanya melewatkan dua pertandingan pembukaan turnamen dan dia hanya tampil selama tujuh menit saat Pantai Gading dikalahkan 4-0 oleh Guinea Khatulistiwa. Namun, kembalinya dia ke tim telah menunjukkan peningkatan performa. Pantai Gading tidak pernah mengalami kemunduran lagi sejak saat itu.
Pemain Brighton ini sudah bisa menganggap dirinya sebagai pahlawan nasional setelah ia menjaga asa tuan rumah dalam kompetisi dengan menyamakan kedudukan di menit-menit akhir perempat final melawan Mali. Pantai Gading bermain dengan 10 pemain sejak akhir babak pertama namun Adingra masuk dari bangku cadangan untuk membuat penonton heboh dengan tendangannya sebelum mereka melangkah lebih jauh dan memenangkan pertandingan pada menit ke-120 untuk lolos dari lubang jarum.
Seperti yang diharapkan, kepercayaan dirinya terus tumbuh sejak saat itu. Adingra, salah satu pemain terbaik di lapangan dalam kemenangan semifinal atas RD Kongo. Dia ditarik keluar pada menit ke-80 dan menerima tepuk tangan meriah dari pendukung tuan rumah. Mereka berharap dia bisa tetap bebas dari cedera untuk tampil di panggung terbesar.
Satu lagi pemain kunci tuan rumah: Franck Kessie. Eksekusi penaltinya pada menit ke-86 untuk menyamakan kedudukan sebelum Pantai Gading akhirnya menang melalui adu penalti yang menyingkirkan juara bertahan Senegal.
Tim berjuluk The Elephants menambah drama dengan hanya bermain 10 orang pada paruh pertama pertandingan mereka melawan Mali. Sebelum mencetak gol pada menit ke-90 untuk memaksa perpanjangan waktu dan gol lagi menit ke-123 untuk menghindari penalti.
Dikutip CBS Sports, pada semifinal versus RD Kongo, Pantai Gading menampilkan permainan sederhana dengan kemenangan 1-0 berkat gol Haller.
Sementara Nigeria menjadi runner-up dalam penyisihan grup. Serangan mereka mengecewakan, kendati hanya kebobolan satu gol. Serangan mereka diharapkan menjadi kekuatan tim, namun menghadapi serangan-serangan terbaik dari tim-tim Benua Hitam, pertahananlah yang membatasi peluang mereka demi mengamankan tiket ke babak sistem gugur.
Pertahanannya kembali bekerja saat Nigeria menang atas Kamerun dan Angola di 16 besar dan perempatfinal. Hingga mereka bertemu Afsel di semifinal. Nigeria akhirnya jadi pemenang setelah adu penalti, namun hal itu bukannya tanpa lika-liku.(eurosports,cbs)