Komite Penyelenggara Olimpiade Tokyo telah membuat serangkaian kebijakan ketat yang mengatur bagaimana atlet, pelatih, dan staf mereka harus berperilaku untuk meminimalisir risiko penyebaran infeksi dan menyebarkan virus. Meski dengan pengujian yang lebih ketat, infeksi tetap dapat terjadi. Meskipun sekitar 80% atlet dilaporkan telah divaksinasi, tetapi vaksin tidak dapat mencegah infeksi 100%.
Sebelumnya, pihak penyelenggara Olimpiade telah mendeteksi tiga kasus positif di arena Olimpiade, dan setidaknya beberapa lagi di antara atlet yang berlatih di luar tempat penginapan. Kasus positif pertama ditemukan pada anggota Tim USA, yang merupakan pengganti tim senam wanita. Lainnya adalah anggota tim sepak bola pria Afrika Selatan, yang membuat seluruh tim diisolasi dan dilarang berlatih bersama sampai tes berulang di antara mereka menjadi negatif.
Sejumlah strategi untuk menjaga infeksi seminimal mungkin selama beberapa minggu mendatang. Di antaranya dengan mencegah datangnya penonton dan menguji semua orang sesering mungkin. Setiap pelancong dari luar negeri juga diminta untuk meminimalkan perjalanan mereka, 14 hari sebelum penerbangan menuju Tokyo, dan mengikuti langkah-langkah mitigasi, seperti mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, terlepas dari apakah mereka divaksinasi atau tidak.
Setibanya di Tokyo, para atlet akan tetap berada di area pelatihan yang telah ditentukan sampai beberapa hari sebelum kompetisi, dan pada saat itu mereka akan pindah ke Desa Olimpiade. Untuk meminimalkan risiko penyebaran virus, atlet akan makan secara bergiliran atau diperbolehkan membawa makanan kembali ke kamar. Sebagian besar atlet akan memiliki satu teman sekamar, dan diminta untuk menghabiskan waktu hanya dengan teman sekamar mereka dan daftar kecil kontak dekat lainnya seperti pelatih mereka saat berada di tempat penginapan.
Setiap atlet juga diharuskan mengunduh aplikasi pelacakan kesehatan dan menjawab pertanyaan harian tentang apakah mereka mengalami gejala terkait Covid-19. Untuk sampai ke tempat latihan atau tempat pertandingan, mereka hanya dapat menggunakan transportasi Olimpiade di mobil atau bus di mana pengemudinya sudah diuji dan dipantau.
Selain itu, atlet akan dites setiap hari dan suhu mereka akan dicatat setiap kali memasuki perkampungan Olimpiade. Atlet akan memiliki kesempatan untuk melakukan tes ludah ke dalam wadah pengumpulan berkode khusus, baik di pagi atau sore hari, dan harus diawasi oleh Petugas Penghubung Covid-19 (CLO) yang ditunjuk dari tim masing-masing. Hasil tes ludah tersedia sekitar 12 jam kemudian. CLO kemudian menindaklanjuti setiap ada atlet yang hasil tesnya positif.
Untuk mengonfirmasi hasil positif, atlet akan diminta untuk pergi ke klinik yang ditunjuk dengan kendaraan khusus Olimpiade untuk tes lain yang melibatkan swab nasofaring. Atlet akan tetap berada di bangsal isolasi klinik selama tiga sampai lima jam sampai hasilnya tersedia.
Jika tes konfirmasi juga positif, maka atlet dipindahkan ke fasilitas hotel khusus di luar perkampungan Olimpiade, lagi-lagi dengan transportasi Olimpiade khusus. Relawan akan membawa barang-barang yang diperlukan para atlet ke hotel. Sementara itu, atlet dan CLO bekerja untuk membuat daftar kontak langsung, yaitu mereka yang bersama-sama selama 15 menit atau lebih dengan jarak kurang dari 1 meter tanpa mengenakan masker, yang kemudian akan diminta untuk melakukan tes Covid-19 lagi.
Pada titik ini, Kelompok Ahli Penasihat Hasil (RAEG) akan meninjau kasus untuk menentukan apakah atlet dan kontak dekat dapat bertanding. RAEG terdiri dari delapan anggota dan 46 penasehat. Kedelapan anggotanya adalah dokter, dengan empat ahli di bidang kedokteran olahraga, dua di bidang penyakit menular dan dua di bidang kesehatan masyarakat. Kelompok tersebut akan meninjau setiap kasus positif setiap hari dan menentukan risiko jika atlet tersebut terus berkompetisi.
“Sulit dipercaya bahwa mereka akan mampu bersaing jika hasilnya positif, terlepas dari olahraganya,” kata Kepala dokter untuk Polo Air AS dan anggota tim medis Tokyo untuk AS Naresh Rao.
RAEG akan memberikan hasil tinjauannya kepada Pusat Pengendalian Penyakit Menular untuk Tokyo 2020, yang kemudian melaporkan keputusan kelompok tersebut kepada komite Olimpiade masing-masing atlet yang terlibat.
Setiap atlet yang gagal mematuhi prosedur pengujian atau panduan dari RAEG dapat menghadapi berbagai hukuman, mulai dari denda, skorsing, hingga deportasi.