Kejadian rasisme yang menimpa pemain Real Madrid Vinicius Jr, menimbulkan pertanyaaan tentang masa depan La Liga. Kapan liga di negara itu, steril dari kebencian berlatar belakang ras.
Memang tidak ada liga eropa yang 100 persen bersih dari skandal rasisme, namun setidaknya tindakan itu sangat langka, tidak seperti di La Liga, yang bisa dibilang marak.
Liga Inggris lebih baik terkait penanganan rasisme, sehingga bisa menekannya ke dasar. Eks pelatih Barcelona ditanya Pep Guardiola, ditanya apakah La Liga harus belajar dari Liga Premier, ia menjawab, "La Liga harus (belajar dari Premier League)".
Menurut Bos Manchester City itu, Liga Inggris sangat ketat [memerangi rasisme].
"Masalahnya adalah bahwa ada rasisme di mana-mana. Bukan hanya untuk gender tetapi untuk warna kulit. Keyakinan bahwa bahasa kita lebih baik dari yang lain, negara kita lebih baik dari yang lain. Kita perlu menerima keragaman manusia – tetapi saat ini, kita jauh dari itu. Mudah-mudahan kami bisa menjadi lebih baik di Spanyol tapi saya tidak optimis," katanya.
Sementara itu, City mengunjungi Brentford dalam pertandingan Liga Premier terakhir mereka sebelum final Piala FA melawan Manchester United dan final Liga Champions melawan Internazionale sepekan kemudian di Istanbul. Guardiola memberi para pemainnya dua hari libur pada awal pekan depan.
“Menurut pengalaman saya, cara terbaik untuk memainkan final adalah dengan relaksasi,” katanya. “Tamasyalah dengan keluargamu, jika matahari bersinar, bermain golf, lakukan apa pun yang kamu mau untuk mempersiapkan final. Anda harus berlatih [sedikit] tetapi melakukan apa yang kami butuhkan untuk tiba dalam kondisi terbaik untuk final,” pungkas Pep.