Piala Dunia U-17 2023 telah berakhir lepas final menobatkan Jerman sebagai juara di Stadion Manahan, Surakarta, Sabtu (2/12). Tuan rumah dadakan, Indonesia, yang ditunjuk FIFA terpaksa harus legawa menyaksikan edisi kali ini miskin kejutan.
Hanya terjadi dua kali syok yang melahirkan hasil akhir tak habis pikir di luar nalar. Kedua pertandingan di mana wakil Asia menunjukkan kualitas tangguh penggulung tim unggulan. Pertama, di fase Grup C, Iran mengungguli juara bertahan Brasil 3-2, Sabtu (11/11). Kedua, di babak 16 Besar, Uzbekistan membungkam Inggris 2-1, Rabu (22/11).
Stadion anyar hanya dengan ketinggian 40 centimeter di atas permukaan laut di kota yang paling cepat tenggelam di dunia, Jakarta International Stadium (JIS), memanggungkan kejutan Iran dan Uzbekistan. Pelatih Brasil mengeluhkan rumputnya. Tetapi pemain Inggris memberikan pujian.
Jepang menjadi wakil AFC ketiga yang memaksa publik senam jantung. Juara Asia ini lolos dari lubang jarum Grup maut D setelah membereskan Senegal, juara Afrika U-17 2023. Baru kandas saat gagal mengawal lari cepat Marc Guiu, bintang Barcelona. Kalah tipis 1-2 dari Spanyol berarti Samurai Biru sukses setengah kejutan.
Ketiga wakil AFC tidak otomatis melaju ke 16 Besar. Bukan meraih juara grup atau runner-up, melainkan tiga teratas dari peringkat ketiga terbaik yang menyegel jatah sisa dari total 24 peserta. Lumayan juga sebagai capaian dunia ketiga dalam jagat sepak bola.
Atensi penggemar sepak bola tercurah kepada bintang remaja di Piala Dunia U-17 2023. Pencari bakat bayaran pasti sibuk menganalisis performa mereka untuk ditawarkan ke klub-klub yang berminat, terutama dari Eropa. Trio calon pemain super Asia masa depan patut diperhatikan dunia.
1. Arsha Shakouri (Iran)
Penonton di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, menyaksikan 20 kali kiper nomor punggung 1 Iran menyelamatkan gawangnya saat kritis dibombardir sejumlah serangan Maroko, Selasa (21/11). Penyedia data Flashscore mencatat rating Arsha Shakouri di laga ini 8,4 atau cukup tinggi.
Rating lebih tinggi, 9,4 -- diraih Shakouri kala mengalahkan Brasil di laga pembuka grup, tampilannya nyaris sempurna. Pada menit ke-69, Iran menyamakan kedudukan – pemain pengganti Kasra Taheri menerima umpan panjang dari tendangan kiper Shakouri dan melepaskan tembakan first-time yang kuat.
“Kami menganalisis Brasil dan latihan khusus ini membantu kami mencetak gol kedua,” ungkap Shakouri disitat FIFA. Dia berdiri jadi pandu barisan belakang Iran. Bukan cuma berguna menjaga gawang, tapi juga pengumpan matang langsung ke depan sebagai alur awal serangan. Shakouri mengobarkan spirit Tim Melli seperti menyalakan asa dewa api yang disembah pengikut Majusi.
2. Rento Takaoka (Jepang)
Sebelum pergelaran dimulai, kandidat terbaik Jepang bernama Gaku Nawata, topskor 5 gol sekaligus pemain terbaik Piala Asia U-17 Thailand 2023. Tapi pemain pengganti Rento Takaoka memborong semua gol mereka di Grup D. Gaku tersingkir, Rento sepenuhnya disorot cahaya cemerlang.
Gaku baru menemukan titik balik di 16 Besar. Dia berhasil menyamakan skor 1-1 dengan Spanyol, tapi dikartukuningkan lima menit kemudian. Setelah itu Gaku diganti pada menit ke-68. Enam menit berikutnya Guiu (Spanyol) bebas menyelinap di antara duet bek tengah buat memburu umpan terobosan, mengecoh kiper Jepang yang hanya menangkap angin.
Peruntungan Rento sendiri lenyap sejak mulai bermain di menit ke-61 dalam pertandingan terakhir ini. Namun, empat golnya ke Polandia, Argentina, dan Senegal akan diingat selalu oleh para pencari bakat bayaran. Sekarang Takaoka masih berseragam tim SMA, Nissho Gakuen High School, tapi mungkin tidak lama lagi sebuah klub besar akan menawar potensi hebatnya.
3. Amirbek Saidov (Uzbekistan)
Mesin gol Amirbek Saidov sudah "panas" ketika mencetak brace ke jala Kanada di partai kedua Grup B. Dia menyelamatkan tempat Uzbekistan ke 16 Besar lewat cetakan penyeimbang kedudukan melawan Spanyol 2-2 dalam laga grup terakhir mereka.
Setelah mengimbangi tim Tiki Taka raksasa Eropa, muncul peringatan dini dari White Wolves (julukan Uzbekistan). Tapi Young Three Lions (Inggris) terkesan meremehkan alarm ini. Di 16 Besar, Uzbekistan menjiplak gaya bermain kuno yang pernah menghancurkan banyak tim Eropa pada masa lalu. Inggris mengalami hari terburuk ketika reinkarnasi permainan organik ala Uni Soviet seperti dihidupkan kembali oleh Uzbekistan.
Saidov bergerak acak dan liar sejak menit awal di garis belakang pertahanan lawan. Dia jadi aktor utama di atas panggung yang menutup layar Inggris di Piala Dunia U-17 perdana di garis khatulistiwa.