Barcelona meraih gelar Liga Champions Putri ketiga dalam empat tahun pada hari Sabtu (25/5).
Pemain terbaik dunia Aitana Bonmati mencetak gol di babak kedua. Mantan pemain dunia Alexia Putellas menambah gol di masa ekstra. Juara bertahan Barcelona menang 2-0 di depan rekor 50.827 penonton yang menyaksikan final.
Barcelona kalah di dua final sebelumnya melawan Lyon dan sekaligus keempat pertandingan sebelumnya melawan tim Prancis itu. Tapi Barca tetap menjadi klub tersukses di level putri dengan delapan trofi Eropa.
Kemenangan memberi Barcelona empat kali lipat trofi: Liga Champions, Liga Spanyol, Copa de la Reina, dan Piala Super Spanyol.
“Inilah yang kami kerjakan dengan sangat keras. Kami sangat senang bisa memenangkan empat gelar ini,” kata Putellas disitir CBC.
Barcelona menambah gelar Liga Champions Putri pada tahun 2021 dan 2023 di final keempat beruntun ini.
“Kami tahu kami harus menjadi klub yang membuat sejarah,” kata bek Barcelona Lucy Bronze. "Itu tidak mudah, sulit untuk memenangkannya sekali, tetapi untuk melakukannya secara berturut-turut, Lyon menunjukkan betapa sulitnya itu. Tim ini akhirnya berhasil melakukannya. Kami mencatat sejarah sebagai salah satu tim terbaik di Eropa."
Kemenangan tim putri Barcelona terjadi di tengah gejolak yang terus berlanjut di tim putra, yang belum meraih kesuksesan di Eropa akhir-akhir ini dan membuat Xavi Hernandez meninggalkan jabatan pelatih pada hari Sabtu. Presiden klub Joan Laporta, yang memecat Xavi, merayakan gelar bersama tim putri pada pengalungan medali.
Kesuksesan mereka menyusul kemenangan Spanyol tahun lalu di Piala Dunia Putri dan Liga Antar-negara Putri perdananya.
Disitat The Guardian, pada final Budapest 2019, klub juara Prancis yang unggul empat gol dalam waktu 30 menit, lalu menang 4-1. Di Turin, tiga tahun kemudian, kisahnya terulang, Lyon melesat dengan tiga gol dalam waktu 33 menit dan menang 3-1.
Sejak pertemuan pertama itu, Blaugrana sudah dua kali mengangkat trofi, sebelum meraih kemenangan ketiga di Bilbao.
Dominasi Barca terlihat jelas, penguasaan bola 66,3% di babak pertama membuktikan gaya sepak bola yang tampaknya akan bertahan selama beberapa dekade. Namun mereka tidak bisa menembus gawang.
Lyon memiliki peluang terbaiknya untuk memimpin di awal babak kedua, namun Gilles tidak mampu mengarahkan sundulannya dari tendangan bebas Selma Bacha melewati Catalina Coll. Akhirnya tim Prancis tersebut harus membayar agresivitas serangan mereka yang boros.(cbc,theguardian)