close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Shin Tae-yong. foto PSSI.org
icon caption
Shin Tae-yong. foto PSSI.org
Olahraga
Kamis, 21 Juli 2022 14:28

Rekam jejak STY pengaruhi timnas U-19

Menurut Titis, STY sudah aktif bermain di timnas Korsel dari medio 1990-an. Sebagai pelatih, rekam jejaknya cukup bagus pula.
swipe

Iklim sepakbola di blantika Eropa lebih kompetitif, jadi faktor seperti itu akan berpengaruh pada meningkatnya performa pemain. Upaya peningkatan performa tersebut sejalan dengan agenda tim nasional Indonesia U-19 yang berencana mengadakan pemusatan latihan (TC: training center) ke Benua Biru.

"Pelatih Shin Tae-yong akan mencari tempat yang iklimnya kompetitif, yang bisa menaikkan skill dan kekompakan pemain. Yang dicari pelatih pasti hal seperti itu," kata Titis Widyatmoko kepada Alinea, Rabu (20/7).

Terkenal sebagai komentator era Liga Inggris dan Liga Champions di SCTV, Titis menggarisbawahi bahwa pelatih sekelas STY dipilih PSSI karena punya kapasitas yang mumpuni. Apalagi ditunjang pengalamannya yang lama berkiprah sebagai pemain timnas Korea Selatan.

"Karier kepelatihannya dimulai dari tim U-23, kemudian ke U-20, lalu ke timnas senior, juga sempat melatih klub. Artinya STY memiliki kapasitas untuk melatih semua level karena pengalaman yang panjang," ujar Titis.

Menurut Titis, STY sudah aktif bermain di timnas Korsel dari medio 1990-an. Sebagai pelatih, rekam jejaknya cukup bagus pula. Jadi, menangani ketiga timnas U-20, U-23, dan senior bukan masalah bagi STY.

"Ditambah lagi STY juga memiliki tim kepelatihan. Setiap pelatih profesional itu pasti didukung tim kepelatihan. Tim kepelatihan itu yang banyak membantu kinerja STY," bubuhnya.

Titis menerangkan, STY akan bisa membagi waktu antara timnas U-19 dan timnas senior di tahun depan saat agenda turnamen kemungkinan berdekatan. Dengan segala pengalaman dan rekam jejaknya, STY memiliki kemampuan untuk membagi konsentrasi antara U-20 dan senior.

"Nanti yang menjadi catatan bahwa karakter pemain yang diasuh dan kompetisi yang akan dihadapi itu 'kan berbeda? Di situ dengan segala pengalaman dan kapasitasnya STY yang memiliki kemampuan, maka kita (fans timnas) juga harus yakin," tutur Titis.

Diimbuhkan, bahwa di mana-mana sepakbola itu tidak ada yang instan, di berbagai penjuru dunia, seluruhnya harus melalui sebuah proses. Kalau PSSI sudah percaya ke satu orang, kepada STY, mau tidak mau kita harus percaya kepada proses bagaimana STY bisa membangun timnas apakah itu dari karakter dan gaya bermain, hingga kemudian nanti puncaknya pencapaian prestasi.

"Tidak hanya karakter dan identitas permainan, tapi juga ujung-ujungnya itu adalah gelar juara. Lagi pula sudah lama sekali Indonesia tidak mendapat gelar, terakhir 31 tahun lalu, di SEA Games Manila 1991," cetusnya.

Titis menilai antara sepakbola dengan bulutangkis, masing-masing olahraga tidak bisa dibandingkan. Kalau dilihat bulutangkis menggelar TC di Cipayung saja sudah bisa juara. Karena sparring partner di situ sudah kelas dunia semua. Di ganda putra saja, empat pasangan berada di peringkat 20 besar dunia.

"Prestasi itu mahal. Tidak bisa diukur antara modal yang keluar dengan hasil yang akan diperoleh. Asal programnya jelas, pertanggungjawabannya jelas, tidak masalah mau mengajukan dana TC ke mana. Memang harus panjang jalannya," pungkasnya. 

img
Arpan Rachman
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan