Saat 2 pandit sepakbola Malaysia heran dengan komentar Towel soal Erick-STY
Setelah dinilai terlalu sinis terhadap pelatih kepala timnas Indonesia senior dan U-23 Shin Tae-yong, pengamat sepak bola Tommy Welly jadi langganan dirujak netizen. Namun, Towel sapaannya, seolah tidak gentar menerima hujatan di jagat media sosial. Ia terus melontarkan kritiknya terhadap STY.
Ucapan yang keluar dari Towel di segala kesempatan bisa segera viral, apabila menyangkut timnas dan STY, karena biasanya dinilai bernada miring dan subjektif. Yang terbaru adalah terkait pernyataan-pernyataannya ketika di sebuah program talk show Hotroom di MetroTV, yang dipandu Hotman Paris.
Ada sejumlah pandangannya yang memantik emosi warganet. Seperti ketika para pembicara membahas upaya PSSI berhasil melobi klub SC Heerenven untuk melepas Nathan Tjoe A-On ke Piala Asia U-23, sehingga ia harus bulak balik Qatar-Belanda-Qatar agar tenaganya bisa dipakai saat Garuda Muda menghadapi Korea Selatan di partai perempat final.
Towel mengatakan seharusnya STY ditantang untuk meracik skuad tanpa Nathan Tjoe A-On.Pandangan ini ditampik oleh Justinus Lhaksana atau Coach Justin pengamat bola yang juga menjadi nara sumber di acara itu. Menurut Justin, tidak pada tempatnya 'bereksperimen' di laga penting.
"Dalam pertandingan krusial, tentu tim mana pun akan menurunkan pemain terbaiknya, bukan justru menyia-nyiakan sumber daya yang ada hanya untuk sebuah 'challenge'," salah satu netizen berkomentar mengomentari perdebatan itu.
Pernyataan lain Bung Towel yang mengundang banyak reaksi yakni ketika ia dengan sinis memandang Shin Tae-yong yang menurutnya sangat dimanjakan Ketua Umum PSSI Erick Thohir.
"Kalau terus disuapin terus sama Erick Thohir, enak betul Shin Tae Yong," kata Towel.
Ucapan yang semakin menyulut emosi netizen terutama pencinta Shin Tae-yong garis keras ini, ternyata juga disimak pandit sepakbola negeri jiran Malaysia, yakni Faiz Gurun. Ia mengaku melihat cuplikan debat antara dua pengamat sepak bola Tommy Welly dan Justinus Lhaksana di program Hotroom MetroTV tersebut.
Dalam bincang-bincangnya dengan rekannya sesama pandit Keesh Sundareshan di channel YouTube Astro Arena, ia mengutarakan keheranannya atas pernyataan Towel yang memprotes STY selalu dimanjakan Ketum PSSI Erick Thohir.
Kedua pandit jiran yang terkenal memiliki pengetahuan luas tentang sepak bola Indonesia itu seperti tidak habis pikir dengan ketidaksenangan Towel terhadap kemesraan PSSI dan STY.
Menurut Faiz, dinamika hubungan STY dan Ketua Umum PSSI Erick Thohir yang terjadi saat ini, adalah dinamika yang ia impikan bisa terjadi antara federasi sepakbola Malaysia (FAM) dan pelatih kepala tim nasional Malaysia.
"Ada juga yang cakap Shin Tae Yong hanya hebat kalau dia disuap oleh Erick Thohir... Bukankah itu yang perlu," kata Faiz.
"Itu yang kita (Malaysia) mau. Itu yang kita tuntut," timpal Keesh.
"Kita ingin dinamika yang baik antara Ketua Umum (FAM) dan pelatih kepala timnas (Juan Torres Garrido). Dan Indonesia punya hal itu sekarang. Apakah kita bisa melihat perkara itu di Malaysia sekarang," kata Faiz menggoda Keesh.
"Ah saya tidak mau bicara tentang Malaysia, saya mau fokus membahas Indonesia," elak Keesh.
Faiz yang mendengar jawaban Keesh tertawa dengan menutup mulut sambil menunjuk Keesh seolah menggoda partner diskusinya itu yang nampak tidak mau terjebak masuk ke topik sepakbola Malaysia yang sedang malas ia bicarakan.
PSSI dan FAM Diperbandingkan
Di sesi podcast sebelumnya, Keesh menumpahkan kekecewaannya terhadap FAM yang menurutnya tidak serius mempersiapkan timnas Malaysia U-23 di Piala Asia U-23 2024. Padahal target Harimau Malaya Muda ini ingin menembus Olimpiade.
Untuk Olimpiade Paris 2024, Asia menyeleksi wakilnya melalui Piala Asia U-23 Qatar 2024 yang sedang berlangsung ini. Nantinya, juara 1, peringkat 2 dan 3 berhak mendapatkan tiket ke Paris, sementara juara keempat harus melakoni laga play off dengan Guinea.
Keesh mempertanyakan dengan target Olimpiade Paris, apakah usaha Malaysia benar-benar merefleksikan sebuah negara yang ingin mencapai target tersebut.
"Apakah kita betul-betul serius mau pergi ke Olimpiade? Bagi saya tidak," gugat Keesh.
Keesh kemudian membandingkannya dengan upaya-upaya federasi sepak bola lain yang ingin berprestasi di Piala Asia U-23 sehingga mendapat tiket ke Olimpiade.
"Tengok Uzbekistan," kata Keesh kepada Faiz.
Keesh mencontohkan bagaimana Uzbekistan betul-betul menunjukkan usahanya untuk mendapatkan izin dari klub Eropa di mana 2 pemain intinya berkarier. Yang dimaksud Keesh adalah Abdukodir Khusanov dari klub Prancis Lens, dan Abbosbek Fayzullaev dari CSKA Moskow.
Federasi Sepakbola Uzbekistan gencar melobi klub agar mau melepas pemain-pemain itu ke Piala Asia U-23. Dan akhirnya berhasil di menit-menit akhir sehingga pemain bersangkutan datang hanya 24 jam sebelum laga perdana Uzbekistan dimulai.
Izin memang tidak mudah didapat karena event Piala Asia U-23 tidak masuk kalender FIFA, sehingga klub tidak punya kewajiban melepas pemain ke timnasnya.
Situasi ini persis yang dialami Indonesia yang berusaha melobi klub asal Justin Hubner (Cerezo Osaka), Nathan Tjoe A-On (SC Heerenveen), Ivar Jenner (FC Utrecht), Rafael Struick (Ado Denhag), dan Marselino Ferdinand (KMSK Deinze). Untuk kasus Nathan Tjoe A-On khususnya, ia sampai harus dua kali dilobi Indonesia. Awalnya Nathan hanya dilepas untuk pertandingan di babak grup. Ini membuat Nathan harus buru-buru balik ke Belanda setelah laga melawan Jordania. Namun PSSI berhasil membawanya kembali ke Qatar untuk melakoni laga perempat final menghadapi Korea Selatan.
Respons kedua federasi, Uzbekistan dan Indonesia mengesankan bagi Keesh. Gigih melobi klub asal pemain sehingga mereka mau melepasnya ke tim nasional untuk berlaga di Piala Asia U-23.
"Saya yakin Erick Thohir memberikan effort untuk membawa pemain-pemain itu masuk," kata Keesh.
Di Piala Asia U-23 2024, Malaysia menjadi pesakitan. Bergabung di Grup D, Harimau Muda menjadi tim paling lemah. Di laga perdana disepak Uzbekistan 2-0, kemudian dihajar Vietnam 2-0, dan terakhir dibekap Kuwait 2-1. Hasil ini membuat Malaysia U-23 tersungkur di dasar klasemen Grup D dan pulang tanpa sebiji poin pun.