"Di Belakang Barak Tentara" berarti Achter de Kazerne, nama stadion di kota Mechelen, 21 kilometer dari ibu kota Belgia, Brussels. Uniknya, selain kandang klub lokal KV Mechelen, stadion berkapasitas 16.672 penonton itu juga markas AZ Alkmaar asal Belanda. Suporter dua tim negara bertetangga tersebut tak pernah bertengkar karena berbagi stadion.
Di Achter de Kazerne, calon bek naturalisasi Indonesia, Sandy Walsh, mengawali pekan perdananya di Pro League Belgia dengan kecewa. KV Mechelen timnya ambruk 0-2 di kandang sendiri dari favorit juara Royal Antwerp, awal pekan ini.
Dwigol Michael Frey dalam selang waktu empat menit (31' dan 35') menyudahi perlawanan tim tuan rumah. Perbedaan kelas kedua klub terlihat sejak sebelum laga.
Skema ultra-defensif diterapkan KV Mechelen 5-4-1, praktis mereka lebih banyak bertahan. Hanya memiliki satu peluang tunggal yang mengancam lawan sepanjang pertandingan.
Bermain di posisi aslinya, bek kanan, Walsh muncul tiga kali dalam grafik aliran bola yang krusial. Pertama, menit ke-24, di momen tendangan bebas. Eksekutornya, Radja Nainggolan.
Pulang kampung ke Belgia dari 15 tahun mengembara di blantika sepakbola Italia, Radja seakan tampak sengaja mengincar posisi Walsh jadi target serangan pribadi. Gelandang jangkar kekar kelas dunia itu mengeksekusi bola mati.
Sedikit di luar kotak penalti, dalam sudut 30 derajat dari mulut gawang KV Mechelen, tepat di radius daerah kekuasaan Sandy. Pemain internasional berdarah Batak meletakkan bola ke rumput.
Sepakan Nainggolan melintir melintas di atas kepala Walsh yang turut berjaga di antara sejumlah pemain lain dalam kotak kecil. Syuting berkelas sempurna, tapi gagal gol, setelah menggelegar membentur mistar.
Kedua kali, Walsh muncul lagi dalam grafik aliran bola yang paling menentukan alur permainan. Di menit ke-30, Frey striker Antwerp menyelinap diam-diam dari sisi kanan pertahanan KV Mechelen. Ia menyambut umpan panjang Toby Alderweireld untuk mencetak gol pertama.
Begitu pintarnya Frey, memperagakan teknik lari tanpa bola berkelok zigzag sebelum dia menyambut umpan. Memanfaatkan celah ruang tak bertuan antara gelandang bertahan lawan dan bek kanan Sandy.
Walsh ragu menutup pergerakan Frey, pasti berpikir itu urusan gelandang, dia pun tak berani menempel striker yang berlari melepaskan diri. Saat itu, Sandy memilih lebih berkonsentrasi mengawal sayap kiri musuh yang tetap dalam posisi memperlebar ruang serangan.
Gol pertama, salah Sandy
Seandainya dia menutup pergerakan Frey, menempel habis striker itu, bukan menjaga sayap kiri lawan. Kalaupun bola jatuh ke sayap kiri, bidang permainan masih di lebar lapangan, bukan menusuk jantung pertahanan. Rekan sepermainannya, duet bek tengah KV Mechelen, pasti lebih nyaman melapis baris pertahanan terakhir daripada bentrok langsung berduel dengan striker di depan mulut gawang.
Ketiga, aliran permainan yang memunculkan Walsh kembali melibatkan Sang Ninja, julukan Nainggolan. Gelandang mantan Piacenza, Cagliari, AS Roma, dan Inter Milan itu menyilangkan umpan kunci kepada Koji Miyoshi. Silangannya dari sisi kanan pertahanan KV Mechelen, lagi-lagi di basis Sandy.
Miyoshi meneruskan lurus pendek ke Frey, memasuki kotak penalti, terjadi pelanggaran. Wasit memutuskan hadiah penalti, terciptalah gol kedua.
Radja Nainggolan, penemu teknik tekel kalajengking, telah mengajari Sandy kualitas permainan yang lebih tinggi dari batas kemampuan Walsh sendiri. Sebuah pelajaran berharga sebelum fans Garuda menyaksikan bek kanan Indonesia yang baru.