Setelah indikasi kecurangan terhadap Indonesia, Tajikistan juga akan dipermainkan wasit di Piala Asia 2023?
Kemungkinan besar Theerathon Bunmathan dkk akan memaksakan hasil seri. Karena itu, Oman mungkin terpaksa harus puas tanpa kemenangan.
Itu tertulis dalam berita Alinea.ID kemarin.
Laga sudah selesai, skornya 0-0. Sekadar terawang recehan (bukan analisis ilmiah), penulis telah memperkirakan laga Thailand versus Lebanon, Minggu (21/1), akan berakhir seri.
Saatnya beralih sorotan ke pertandingan lain. Tajikistan tampaknya akan jatuh tersandung batu terberat mereka di Piala Asia 2023. Pada partai terakhir tim debutan ini dijadwalkan berhadapan dengan Lebanon di Jassim bin Hamad Stadium, Al Rayyan, Senin (22/1) malam WIB.
Tajikistan dan Lebanon sedang sekarat di Grup A. Baru sama-sama mengumpulkan satu angka. Berada sebagai dua peringkat terbawah. Di atas mereka, China telah mendapat dua poin. Pemuncak klasemen, tuan rumah Qatar, sudah pasti juara grup ini.
Batu sandungan Tajikistan bukan hanya 11 pemain Lebanon. Tapi juga setitik kemungkinan berbentuk dukungan dari tujuh perangkat pertandingan. Apa motif panitia menugaskan mereka?
Wasit Mohanad Qasim Sarray (Irak), asisten wasit 1 Watheq Al-Swaiedi (Irak) dan 2 Ahmed Al-Baghdadi (Irak). Ofisial keempat Ahmed Al-Kaf (Oman). Wasit cadangan Rashid Al-Ghaithi (Oman). Asisten wasit VAR Khalid Al-Turais (Arab Saudi) dan Mohammed Al Hoish (Arab Saudi). Mereka yang akan bertugas dalam pertandingan Lebanon kontra Tajikistan. Semuanya dari Timur Tengah.
Lebanon sendiri merupakan tim asal Timur Tengah. Sementara Irak, Oman, dan Arab Saudi selain menugaskan wasit, juga ikut bertanding di Qatar 2023.
Irak dan Arab Saudi bahkan sudah memastikan langkah ke 16 Besar. Komposisi perwasitan di atas kentara disusun terlalu rapi seperti menunjukkan akan terjadi sesuatu. Mungkinkah tujuannya untuk meloloskan Oman dan Lebanon?
Keanehan di lapangan, jangan heran, dapat dengan mudah terulang. Seperti Garuda kalah 1-3. Gol kedua Irak kontroversial ke gawang Indonesia di laga awal Grup D. Pelbagai komentar pakar dan netizen mempertanyakan fungsi Video Assistant Referee (VAR).
Ramai debat kusir. Seribu satu dalih tentang alasan di balik gol itu. Wasit Uzbekistan punya pertimbangan tersendiri, kutipan peraturan IFAB, protokol VAR segala. Pokoknya macam-macam.
Tapi satu detail kecil terlupa. Banyak beredar potongan gambar memperlihatkan Mohanad Ali offside. Foto itu jelas sekali menangkap momen tersebut. Di mana kamera yang mengambil potongan gambar itu? Kelihatannya di posisi yang sejajar dengan tempat di mana asisten wasit 1 berdiri.
Logikanya, tangkapan gambar itu tidak mungkin berbeda dengan tangkapan mata asisten wasit 1. Tapi kesalahan terjadi. Bukan saja karena wasit tidak meniup peluit, tapi karena ada kesempatan permainan terus berlangsung. Hakim garisnya yang tidak mengangkat bendera. Di situ letak kesalahannya.
Jelas keputusan pemain Irak onside pertama-tama bukan urusan wasit dan VAR. Tapi sepenuhnya wewenang hakim garis di pinggir lapangan yang berlari ke sana kemari di sisi kanan layar kaca. Dia tak bisa beralasan bahwa menyatakan offside-onside itu tugas VAR.
Hakim garis seharusnya tidak ragu-ragu saat dia melihat umpan (dari pemain pertama) disambut juluran kaki pemain kedua dengan maksud memberi sodoran kepada Ali. Berbeda halnya jika pemain kedua pasif tidak berniat mengambil umpan.
Bila saat itu pemain kedua tidak bergerak, artinya dia nihil dari situasi permainan, maka Ali memang onside. Tapi kemungkinan Elkan Baggott pasti memotong duluan karena dia bebas tidak akan terganggu gerakan lawan terdekatnya (si pemain kedua).
Kalau protes PSSI ditanggapi AFC, investigasi atas hakim garis 99,99 persen akan menemukan jawaban klise bahwa sang asisten wasit 1 menganggap pemain kedua tidak kena bola (walaupun dia mau menyentuh umpan pemain pertama). Atau hakim garis menyerahkan tanggung jawab itu sebagai wewenang VAR. Tapi kapan AFC pernah menanggapi protes PSSI?
Gerakan menjulurkan kaki itu upaya build up untuk assist. Satu umpan langsung supaya Ali mencetak gol. Soal gol atau tidak gol bukan lagi urusan kasus ini.
Tidak rasional untuk menyimpulkan gol kedua Irak tercipta karena kealpaan manusiawi wasit dan hakim garis atau bukan protokol VAR. Sulit juga untuk menduga bahwa prakondisi gol itu terjadi dengan sendirinya secara kebetulan, tidak sengaja.
Indikasi kecurangan tampak jelas dari pertandingan Irak versus Indonesia lalu. Apa kubu Tajikistan sudah paham kira-kira apa yang bakal terjadi? Mengapa mereka tidak keberatan dengan susunan perangkat pertandingan?
Tim Asia Tengah asuhan Petar Segrt membuka debutnya di Piala Asia melawan China. Pertandingan sebagian besar didominasi oleh Tajikistan, namun Tajikistan gagal memanfaatkan satu peluang pun dari penampilan dominan mereka untuk mencetak gol. Kedudukan akhir kaca mata.
Laga kedua mereka menghadapi Qatar. Adu bola di lini tengah membuat Almoez Ali memanfaatkan peluang aneh dengan memberikan umpan klinis kepada Akram Afif, yang kemudian menjebol gawang meski ada upaya kiper Rustam Yatimov untuk mencegah keunggulan Qatar, yang ternyata menjadi satu-satunya gol dalam pertandingan tersebut.
Pelatih Petar Segrt mengeluhkan gol itu karena wasit terlihat terlibat tabrakan dengan para pemain saat melakukan build-up, namun ia mengucapkan selamat kepada Qatar dan memuji Afif.
“Saya harus menerimanya. Golnya fantastis, dia pemain yang cerdas. Dia sempurna, dia punya timing yang tepat,” kata pelatih asal Kroasia itu.
“Para pemain Qatar kuat dan pintar, tapi saya pikir hari ini mereka juga sedikit beruntung. Apa yang bisa saya katakan tentang wasit, saya harap dia bisa terbang (pulang) dengan selamat,” ujarnya dikutip majalah Sportstar.
Segrt menyentil kepemimpinan wasit Hiroyuki Kimura. Dipimpin semua perangkat pertandingan saat itu berasal dari Jepang, Tajikistan 0-1 Qatar, kalah tipis saja.
Dipimpin semua perangkat pertandingan dari Timur Tengah, Lebanon bisa jadi melompati Tajikistan dan China buat menempati runner-up Grup A. Sebaliknya Tajikistan dan China terpaksa lebih cepat terbang pulang. Benarkah itu yang akan terjadi?
Enam indikator patut diingat. Gol Qatar disindir pelatih Tajkistan. Kartu merah gelandang kanan Tajkistan nomor punggung 13 Amadoni Kamolov pada menit ke-81 usai duel satu lawan dua pemain Qatar juga aneh. Tuan rumah banyak diuntungkan korps baju hitam. Indonesia ikut terseret ke pusaran ini karena juga menjalani pertandingan seperti "dirampok" wasit kala melawan Irak. Garuda kemudian menang 1-0 atas Vietnam dipimpin wasit Sadullo Gulmurodi (Tajikistan). Giliran pengadil Irak akan mewasiti Tajikistan.
"Terkadang dalam hidup, ketika kamu terjatuh, kamu harus bangkit. Kami harus mencoba, melakukan pendekatan positif. Itu adalah inspirasi saya," kata Segrt menjelang laga disitat AFC.
Pelatih Tajkistan itu sama sekali tidak lagi menyinggung soal wasit. Dia harus waspada bahwa aksi atraktif yang diperlihatkannya ke ofisial pertandingan pada laga yang baru lalu ternyata akan dibalas berbeda oleh AFC, panitia, dan pihak tuan rumah.
Sebelum menyesal, Tajikistan perlu diberi peringatan mengenai kemungkinan terburuk yang bisa-bisa menimpa mereka. Ini semua atas nama pertandingan yang bersih dari kecurangan dan keadilan sepak bola untuk semua. Sebaiknya dunia harus melihatnya sendiri.