Rumput mulus Kanseki Stadium di Tochigi merasakan injakan sepatu Pratama Arhan sebagai panggung perdananya di perantauan. Namun, laga pekan ke-25 J2 League belum semulus asa pemain asal Blora.
Klub tuan rumah asal prefektur utara dari Tokyo dibungkam Tokyo Verdy 0-1, Rabu (6/7). Gol Ryoga Sato menit ke-76 berhasil menaikkan peringkat Verdy di papan tengah. Arhan bermain satu babak, lalu diganti Mizuki Arai.
Jalannya pentas liga kasta kedua Negeri Sakura ternyata tidak "bersih-bersih amat" sesuai norma internasional. Wasit Koki Nagamine menampilkan proteksi berlebihan atas sesama ras kuning pribuminya sendiri. Kesan rasis terasa muncul di lapangan. Slogan terkenal FIFA "Say No to Racism" tidak berlaku di Kanseki Stadium.
Di menit kedua, seharusnya Kenta Fukumori diganjar kartu kuning. Secara emosional, dengan kasar, kapten tim Tochigi SC mendorong dada Arhan. Tapi wasit Koki "menolong" Kenta yang melakukan teror kepada Arhan.
Awalnya, Arhan diberi umpan jauh oleh rekannya, bek Hiroto Taniguchi. Bola tinggi melambung itu masuk hingga ke kotak penalti. Gelandang kiri Kenta mencoba melindungi kiper yang hendak menjemput bola. Gerakan tangannya menahan laju lari cepat Arhan di belakangnya.
Arhan tak ayal lagi melanggar Kenta. Setelah bangkit dari terguling, Kenta mendorong dada Arhan. Emosi Kenta urung meledak lebih besar karena ditenangkan Sho Omori, bek tengah Tochigi SC.
Tapi wasit Koki diam saja, seperti juru masak yang membiarkan racikannya hangus dalam penggorengan. Ia membiarkan perlakuan tidak sportif Kenta, bahkan Arhan yang terlihat seperti merasa bersalah lalu minta maaf. Padahal Kenta yang justru tidak menunjukkan gestur simpatik dalam situasi tersebut.
Kenta merupakan pemain pinjaman dari Oita Trinita. Ia bek kiri medioker, selama berkarier hanya tampil di sekitar kompetisi strata bawah di Jepang. Larinya mirip kura-kura tua, lamban, tak bertenaga. Patut diduga, mungkin dia gemar minum sake, sebab tampak bagian perut di balik seragamnya agak menggelembung. Aneh juga Tochigi SC meminjam pemain dengan daya loyo seperti dia.
Setengah jam kemudian Arhan nekad menguji nyali. Ia gantian menahan laju lari Kenta saat berkelit melepaskan diri di sisi kiri area tengah lapangan. Wasit Koki langsung mencabut kartu kuning! Keputusannya begitu jauh berbeda dengan kejadian di menit pertama tadi.
Meskipun agak canggung menempati posisi baru sebagai sayap kanan, Arhan sempat memberi dua umpan kunci. Kendati hanya tampil 45 menit, keunggulan kaki kidalnya beberapa kali merepotkan lawan. Hanya lemparan jauh spektakuler yang belum dia pertontonkan.
Performa lebih konstan wajib dijaga Arhan biar nomor punggung 38 mengambil slot inti atau pengganti dalam lanjutan J2 League musim ini. Dua peristiwa duelnya dalam 30 menit itu bisa jadi pelajaran berharga bagaimana dia harus mengambil sikap buat menguatkan mental di lapangan.
Di lain pihak, operator J2 League harus mengevaluasi kinerja Koki Nagamine. Kalau wasit seperti dia banyak beredar di berbagai pertandingan lain, target Jepang mengundang pemain-pemain asing demi meningkatkan kualitas sepakbola blantika domestik mereka akan tersendat juga.
Pemain asing dibeli klub-klub Jepang sebagai sasaran antara supaya Samurai Biru menjadi nomor empat dunia. Itu tertera dalam cetak biru Japan Football Association. Target tersebut sulit tercapai kalau membiarkan figur pengadil tidak netral seperti Nagamine.