close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Calon Presiden Anies Baswedan mengumumkan komposisi Timnas Pemenangan AMIN. Foto istimewa
icon caption
Calon Presiden Anies Baswedan mengumumkan komposisi Timnas Pemenangan AMIN. Foto istimewa
Pemilu
Kamis, 16 November 2023 16:38

Benarkah ada tokoh kunci yang tak terlihat di balik Anies-Muhaimin?

Hanya pasangan calon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) yang dalam struktur tim pemenangan tidak banyak diisi tokoh nasional.
swipe

Semua pasangan calon peserta Pilpres 2024 telah mengumumkan tim kampanye yang bakal mendukungnya selama pelaksanaan tahapan Pilpres 2024. Menariknya, hanya pasangan calon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) yang dalam struktur tim pemenangan tidak banyak diisi tokoh nasional yang dikenal luas masyarakat.

Hal itu kemudian menimbulkan spekulasi dari masyarakat. Apakah itu merupakan strategi dari pasangan calon yang didukung oleh Koalisi Perubahan atau mereka kesulitan mengajak tokoh nasional untuk bergabung ke tim kampanye nasional. Padahal, keberadaan tim kampanye pasangan calon presiden memilih peran yang tidak kalah penting dalam pelaksanaan pemilihan presiden.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menyebut, kendati secara struktur tidak terlalu tampak tokoh-tokoh nasional, tetapi besar kemungkin ada sejumlah tokoh kunci yang sepertinya tidak mau terlihat di balik Anies-Muhaimin.

"Misalkan saja adalah Jusuf Kalla yang mempunyai potensi besar dibalik Anies-Muhaimin. Jadi sepertinya, Timnas Pemenangan Anies-Amin tidak menunjukkan kekuatan yang sebenarnya. Lalu kita bisa lihat juga di tim kampanyenya Anies Baswedan. Para kapten dan wakil kapten sebetulnya bukan orang populer. Bahkan Kapten Timnas Pemenangan AMIN yaitu M Syaugi, kendati pernah mengetuai Basarnas tetapi tidak mempunyai pengaruh elektoral. Nah, ini justru yang patut dicurigai oleh rival. Jangan-jangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar menyembunyikan tokoh-tokoh di balik mereka," kata dia saat dihubungi Alinea.id, Kamis (16/11).

Jika itu benar, sepertinya hal itu dimaksudkan agar kompetitor tidak bisa mencerna dan membaca strategi yang bakal AMIN pergunakan dalam pertarungan pada Pilpres 2024. Hal itu berbeda dengan Ganjar dan Prabowo, yang tim kampanye nasionalnya sangat mengesankan dan diketuai pengusaha  terkenal, yakni Arsjad Rasyid dan Rosan Roeslani. Di mana, dua kelompok ini bakal memicu adrenalin dalam mengatur strategi dan segalam macamnya dan itu tidak masyarakat dapatkan di Timnas Pemenangan AMIN.

Menanggapi itu, Ketua Pelaksana Harian Timnas AMIN Sudirman Said menegaskan, kalau nama anggota Timnas Pemenangan AMIN yang disampaikan Anies Baswedan pada beberapa waktu lalu, belum mencerminkan seluruh struktur tim kampanye resmi.

Untuk itu, dia memastikan, dalam waktu dekat pihaknya bakal kembali mengumumkan nama anggota tim kampanye lain. Baik itu dalam struktur dewan pembina, dewan pengarah, dan dewan pakar. Selain itu, wakil kapten bakal mendapat bantuan sumber daya berupa deputi yang akan membawahi kelompok-kelompok kerja. Itu semua bakal disampaikan dalam waktu dekat kepada publik.

Sudirman Said juga mengeklaim kalau selama ini banyak elemen yang sudah bekerja mensosialisasikan program AMIN. Baik yang berasal dari tiga partai pendukung, dua partai baru, serta elemen masyarakat lain. Mereka semua merupakan andalan AMIN di lapangan. Ditambah lagi, AMIN sedang menghubungi tokoh-tokoh buat memastikan kembali kebersediannya masuk dalam struktur pemenangan. Karena itu, Sudirman memastikan kalau tim kerja AMIN bakal sangat besar dan luas. 

"Yang paling utama adalah penggerak di lapangan. Mereka terus bekerja. Kami yang telah diumumkan adalah supporting yang selama ini telah bekerja. Tetapi kami sekarang sedang menyusun tim lengkap yang mungkin jumlahnya cukup besar. Dan dalam satu atau dua hari bakal kami umumkan kepada masyarakat," kata dia dalam keterangannya yang dipantau online, Kamis (16/11).

Soal informasi sulitnya mengundang tokoh nasional bergabung ke AMIN, Sudirman mengakui kalau pihaknya lebih menantang dalam mengundang tokoh-tokoh ini. Meskipun sebenarnya tokoh-tokoh tersebut siap membantu. 

"Tetapi kemudian mereka minta tetapi tolong agar jangan masuk dalam pengurus. Bagi kami ini adalah tenaga tabungan. Jadi akan banyak tokoh-tokoh yang bekerja di balik layar," ucap dia.

Sebagai contoh mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo tak masuk dalam Timnas Pemenangan AMIN di Pilpres 2024. Karena Gatot masih menjabat posisi strategis pada suatu organisasi. Sedangkan Jusuf Kalla masih menjabat sebagai Ketua PMI. 

Keberadaan tokoh kunci sendiri dianggap masih penting. Dengan voter behavior yang belum sepenuhnya rasional, kehadiran tokoh kunci masih memiliki magnet elektoral dalam skala tertentu. Menurut Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC) Zaenal A Budiyono, hal ini sebangun dengan budaya politik patron client yang masih berlaku di Indonesia. Makanya sekarang ini muncul istilah populer, yaitu coattail effect atau efek ekor jas, yang biasanya mengikuti patron tertentu. 

"Meski begitu, dengan masifnya sosial media, kekuatan nama besar di belakang capres tidak akan menentukan kemenangan. Pada case pilkada jakarta terakhir, Anies bisa mengalahkan Ahok yang didukung Jokowi, Megawati dan Surya Paloh," kata Zaenal. 

Makanya dalam konteks tersebut, pasangan Anies-Muhaimin memang tidak perlu mencari-cari sandaran politik tertentu. Justru kekuatan Anies-Muhaimin berada di mereka sendiri. Di mana, Anies kuat di perkotaan dan kelas menengah. Sementara Cak Imin memiliki basis di rural area dan masyarakat menengah bawah.

Bila keduanya mampu meramu potensi ini dengan strategi yang tepat, tanpa tokoh besar pun, Anies-Muhaimin tetap mempunyai peluang. Atau setidaknya lolos putaran kedua. Hal itu berkaca dari beberapa survei terbaru pascaputusan MKMK. Di mana, ada tren pasangan Ganjar-Mahfud MD menurun dan Anies-Muhaimin naik. Momentum inilah yang menurut Zaenal harus dimaksimalkan Anies-Muhaimin.

"Fokus saja kepada isu perubahan, karena itu faktor diferensiasi Anies-Muhaimin dengan dua kandidat lainnya. Dan selalu dalam pemilu di sejumlah negara demokrasi, ceruk pemilih yang ingin kebaruan akan selalu ada," ucap dia.

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan