close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ahok bebas pada 24 Januari 2019 setelah menjalani masa tahanan kurang dari dua tahun./Facebook
icon caption
Ahok bebas pada 24 Januari 2019 setelah menjalani masa tahanan kurang dari dua tahun./Facebook
Pemilu
Kamis, 24 Januari 2019 06:33

Ahok bebas, partai mana yang akan dipilihnya?

Gerindra akan menerima BTP kembali asalkan memenuhi tiga syarat yang diajukan.
swipe

Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau yang dikenal dengan Ahok hari ini (24/1) bebas, ia telah menjalani masa tahanan kurang dari dua tahun setelah didakwa dan ditahan dengan tuduhan penistaan agama. BTP bebas di tahun politik saat pemilihan umum akan berlangsung pada April mendatang. 

Malang melintang di dunia politik, BTP belum diketahui apa akan kembali ke dunia yang membesarkan namanya. Hanya saja, sebelum ia diputus bebas hari ini, sejumlah partai politik (parpol) membuka peluang untuk menampung mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. 

PDI Perjuangan (PDIP) misalnya, disebut-sebut menjadi partai yang menerima BTP. Adalah, Djarot Saiful Hidayat yang merupakan mantan rekan kerjanya mengklaim kalau BTP ingin masuk partai, maka akan memilih PDIP. Alasannya, PDIP adalah partai yang dinilai BTP sebagai paling tegas dan setia kepada Pancasila.  

"Kalau nanti mau masuk politik lagi, beliau pilih PDIP, itu pasti," kata mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut. 

Tidak hanya PDIP, Gerindra rupanya terbuka menerima BTP. Sempat berkonflik pada saat menjadi Gubernur dan hendak mencalonkan diri menjadi Gubernur, rupanya partai pimpinan Prabowo Subianto ini tidak menutup pintu jika BTP ingin kembali. 

Ketua Bidang Advokasi DPP Partai Gerindra Habiburokhman kepada Alinea.id mengaku terbuka menerima kembali BTP, asalkan memenuhi tiga syarat yang diajukan partai. 

"Parameter narapidana telah berhasil menjalankan proses pemasyarakatan. Pertama, mengakui kesalahan. Kedua, berjanji tidak mengulangi kembali kesalahan. Terakhir, siap memperbaiki diri. Kalau memenuhi syarat tersebut, kami bisa terima ia kembali," tukas Habiburokhman. 

Meski kedua partai menerima BTP sebagai kadernya, namun hal tersebut bukan tanpa risiko. Salah satu risiko yang bisa terjadi adalah gembosnya suara umat Islam. Seperti diketahui, BTP pernah dihukum tahanan selama kurang dari dua tahun karena didakwa melakukan penistaan agama. 

Kendati demikian, Habiburokhman meyakini kalau kemungkinan gembosnya suara Islam apabila BTP masuk Gerindra, tidak akan terjadi. 

"Jelas tidak, karena  orang yang bertobat dalam Islam jelas. Orang boleh khilaf, tapi kalau sudah tobat, ya tentu kita maafkan," tukas Habiburokhman. 

Sementara itu, Djarot menyebut partai berlambang banteng tidak takut akan pandangan masyarakat anti Islam dengan adanya Ahok. Ia bahkan mencontohkan, Kapitra Ampera yang merupakan mantan kuasa hukum Rizieq Shihab telah bergabung dengan PDIP. 

Sebelumnya, pendiri PKS almarhum Yusuf Supendi juga sempat bergabung dengan PDIP. Asalkan berideologi Pancasila, maka PDIP terbuka. 

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menambahkan soal elektabilitas, tidak akan memengaruhi PDIP. Sebab elektabilitas lebih pada kerja kolektif partai politik. 

"Elektabilitas urusan rakyat, karena kinerja kolektif Parpol. Saya melihat PDIP banyak difitnah, Presiden Jokowi banyak difitnah sehingga justru memberikan perhatian lebih kepada PDIP," kata Hasto.  

Jadi sutradara 

BTP memang punya basis suara yang tidak sedikit. Merujuk pada pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017, BTP mampu mengantongi perolehan suara sebesar 2,35 juta dengan pasangannya, Djarot Saiful Hidayat. 

Peneliti Komunikasi Politik Fikom UI Eman Sulaiman memprediksi kalaupun Basuki ingin kembali ke panggung politik, maka partai yang akan dipilih adalah PDIP atau Partai Solidaritas Indonesia (PSI). 

Pengamat politik The Habibi Center, Indria Samego menambahkan, jika dukungan Ahok berlabuh pada paslon 01, tentunya efek positif akan didapatkan. 

"Malah positif sebenarnya kalau Ahoker mau melupakan yang terjadi di masa lalu, suara untuk paslon 01 jumlahnya bertambah," ucap Indria. 

Meskipun tetap ada pertentangan di basis dukungan Islam struktural, tapi tidak akan menggerus banyak dukungan yang ada. Pasalnya, jumlah ahoker tercatat cukup banyak. Toh, kedekatan Jokowi dengan Ahok menjadi pertimbangan untuk para ahoker.

Andaikata, BTP justu memilih untuk kembali ke Gerindra, justru akan ada pertentangan dengan Alumni 212. 

Sementara Peneliti Indonesian Public Institute (IPI) Jerry Massie menyarankan agar Basuki tidak terburu-buru menentukan pilihannya ke partai politik. Khususnya PDIP, sebab dikhawatirkan bakal menggembosi suara Islam di kubu Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin yang sedang bertarung dalam pemilihan presiden. 

"Politik bisa berubah, kalau BTP ke PDIP bisa melumpuhkan atau menggerus suara tradisional muslim. Bisa gaduh nanti, saran saya jangan terburu-buru masuk politik karena berbahaya," tukas Jerry. 

Bahaya yang dimaksud Jerry adalah khwatir akan isu liar merembet ke calon presiden petahana. Sementara untuk balik ke Gerindra, Jerry menilai harapan tersebut tipis, walaupun mungkin terbuka peluang, karena ada sosok KH Ma'ruf Amin yang dinilai menjadi batu sandungan bagi BTP. 

Jerry menyebut BTP masih menjadi daya tarik bagi sejumlah politisi karena memiliki basis massa dari kalangan praktisi, cendekiawan islam milenial. Memiliki aset seperti itu, kata Jerry, BTP bisa saja menjadi seorang sutradara politik. 

 

img
Robi Ardianto
Reporter
img
Ayu mumpuni
Reporter
img
Rakhmad Hidayatulloh Permana
Reporter
img
Mona Tobing
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan