Gelaran Pilkada Serentak 2024 di sejumlah daerah kian terasa sebagai medan laga pertarungan politik antara trah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan PDI-Perjuangan. Residu konflik era pilpres antara Jokowi dan PDI-P terutama terpentas di Pilgub Jawa Tengah (Jateng), Sumatera Utara, dan Bali.
Di Jateng, eks Kapolda Jateng Ahmad Luthfi bakal turun ke gelanggang politik. Tiga parpol Koalisi Indonesia Maju (KIM) yakni Golkar, Partai Amanat Nasional, dan Demokrat sudah menyatakan minat untuk mengusung orang dekat Jokowi itu. Sebelum jadi Kapolda Jateng, Luthfi pernah menjabat sebagai Kapolres Surakarta.
Untuk melawan Luthfi, PDI-P menyiapkan sejumlah kandidat. Salah satunya ialah Hendrar Prihadi alias Hendi. Hendi ialah eks Wali Kota Semarang yang saat ini menjabat sebagai Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Di Sumut, PDI-P digadang-gadang bakal mengirimkan eks Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk menekuk Bobby Nasution, menantu Jokowi. Setelah ditendang PDI-P, Bobby saat ini sudah bergabung dengan Gerindra dan mengantongi tiket untuk maju di Pilgub Sumut 2024.
Di Pilgub Bali, pasangan Made Muliawan Arya alias De Gadjah dan Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra (Mantra-Mulia) disiapkan untuk melawan dominasi PDI-P. Pasangan itu "direstui" Jokowi dan Prabowo serta sudah mengantongi tiket maju dari semua parpol di KIM.
Pertarungan antara calon Jokowi dan kandidat PDI-P juga mungkin terjadi di Pilgub DKI Jakarta setelah pasangan Budi Djiwandono-Kaesang Pangarep "diviralkan" Gerindra. Demi memastikan kemenangan, PDI-P kini bahkan membuka pintu untuk Anies Baswedan, seteru Ahok di Pilgub DKI 2017.
Analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarok melihat pertarungan pengaruh Jokowi dan Megawati akan sangat terlihat Pilgub Jateng, Sumut, dan DKI Jakarta. Jika Kaesang jadi maju, maka pentas pilgub di tiga provinsi strategis itu akan diisi kerabat dan orang dekat Jokowi.
"Agenda Jokowi di pilkada di Sumut, Jateng, dan DKI Jakarta akan bergesekan kuat dengan PDI-P. Tanda-tandanya sudah terasa," ucap Zaki kepada Alinea.id di Jakarta, Kamis (7/6).
PDI-P, kata Zaki, bakal mati-matian menjaga lumbung suara dan pengaruh mereka di Sumut dan di Jateng. Di dua provinsi itu, PDI-P terpukul karena pengkhianatan trah Jokowi. Ia mencontohkan "kasus" Bobby yang mendukung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024 saat masih berbaju PDI-P. "Ia meninggalkan PDI-P dan pindah ke Gerindra," ucap Zaki.
Kemarahan PDI-P terasa hingga akar rumput. Elite-elite PDI-P di Sumut terang-terangan menolak Bobby mendaftar ke PDI-P sebagai calon Gubernur Sumut. Persoalannya, PDI-P pun masih kebingungan mencari calon yang tepat. "Bisa jadi Ahok yang akhirnya dimajukan sebagai pilihan terakhir," kata Zaki.
Khusus di Jateng, PDI-P punya "dendam" yang harus dituntaskan. Meskipun dikenal sebagai kandang banteng, kandidat yang diusung PDI-P, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, ditekuk pasangan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024 di provinsi itu.
Kekalahan Ganjar-Mahfud diengarai karena kencangnya intimidasi aparat penegak hukum terhadap kepala daerah, kepala desa, dan lurah di Jateng jelang pencoblosan Pilpres 2024. Kapolda Jateng Ahmad Luthfi dianggap turut memegang peran dalam operasi politik itu.
"Hal itu dianggap mengakibatkan kekalahan Ganjar -Mahfud di Jateng. Ahmad Luthfi, yang dikenal luas sebagai orang dekat Jokowi sejak di Solo, telah ikut membabat habis kantong-kantong di PDI-P dalam pilpres dan pileg lalu," ucap Zaki.
Pertarungan politik antara trah Jokowi dan PDI-P juga potensial terjadi jika Kaesang maju jadi cawagub salah satu kandidat, entah itu Ridwan Kamil yang kini direkomendasikan Gerindra atau Budi Djiwandono, keponakan Gerindra. Kaesang sudah pasti merepresentasikan kepentingan politik Jokowi.
Namun, menurut Zaki, PDI-P tak bisa ngotot memaksakan kader mereka jadi cagub di Pilgub DKI Jakarta setelah dominasi mereka di ibu kota digeser Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berbasis hasil Pileg 2024. Salah satu pilihan realistis ialah berkoalisi dengan NasDem dan PKS untuk mengusung Anies.
"Tampaknya lebih aman bagi PDI-P untuk mengusung Anies Baswedan yang akan dipasangkan dengan cawagub PDI-P. Secara ideologis, Anies dan PKS dengan PDI-P terlihat kontradiktif, tapi punya semangat yang sama, mengalahkan boneka Jokowi di Pilgub DKI Jakarta," ucap Zaki.
Analis politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati sepakat residu konflik Pilpres 2024 akan membekas di sejumlah daerah pada Pilkada Serentak 2024, terutama di daerah yang menjadi basis suara PDI-P.
"Kontestasi mendatang, residu pertarungan pada pilpres 2024 sepertinya masih terasa. Namun, secara umum, (pilkada) akan berjalan dinamis, khususnya dalam pembentukan koalisi," ucap Wasisto.