Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebutkan, kalau sebagian besar pemilih pada Pemilu 2024 berasal dari generasi Z dan milenial, yakni 55% dari pemilih.
Tidak heran jika, semua koalisi pengusung calon presiden dan wakil presiden berupaya merangkul anak muda dan memasukkan pada struktur tim pemenangan pilpres. Bahkan, Prabowo Subianto menggandeng Gibran Rakabuming Raka, yang disebut sebagai perwakilan anak muda, untuk mendampinginya pada Pilpres 2024.
Sebagai satu-satunya anak muda yang ikut kontestasi Pilpres 2024, tentunya Koalisi Indonesia Maju (KIM) sangat berharap, akan banyak anak muda yang memilih pasangan Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024.
"Kalau cawapresnya saja adalah anak muda, tentunya anak muda selalu skala prioritas di kami. Karena itulah letak masa depan Indonesia," kata Ketua TKN Koalisi Indonesia Maju (KIM) Rosan Perkasa Roeslani setelah pengumuman susunan TKN KIM Prabowo Gibran, Senin (6/11) yang dipantau online, Jumat (10/11).
Tetapi apakah benar kehadiran Gibran bakal menarik anak muda untuk memilih pasangan calon yang diusung KIM? Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, ada persepsi yang kurang tepat soal keberadaan Gibran yang kemudian diidentikan dengan anak muda.
Pasalnya, berdasarkan survei yang dilakukan IPO, generasi Z dan milenial tidak satu suara dalam menentukan pilihannya pada Pilpres 2024, termasuk ke Prabowo. Dari sisi ketokohan dan kedekatan, generasi tersebut, elektabilitas Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, dan Erick Thohir jauh lebih besar dari pada Gibran Rakabuming Raka.
"Mungkin karena interaksi yang dibangun belum maksimal. Dan bahkan, bila dibandingkan dengan Sandi, Ridwan Kamil dan Erick Thohir, di media sosial, Gibran cenderung mengambil jarak," kata dia saat dihubungi, Jumat (10/11).
Ini karena Gibran lebih dipandang sebagai anak Presiden Jokowi, bukan karena anak mudanya. Di mana, sebagian besar mereka yang mendukung Gibran adalah relawan atau pendukung dari Presiden Jokowi. Itulah sebabnya, pendekatan yang dilakukan Gibran akan lebih mengena, jika membawa kebesaran bapaknya.
Hampir senada, pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago meyakini kalau pemilih muda belum tentu akan memilih calon wakil presiden yang juga berusia muda. Ini karena, anak muda cenderung memilih karakter yang ada pada diri calon presiden atau wakil presiden.
"Apakah anak muda itu akan memilih anak muda? Yak belum tentu! Apalagi sekarang malah banyak tuh persoalan yang menjerat aparatur negara anak muda. Misalnya, Wamenkumham yang jadi tersangka," papar dia.
Itulah sebabnya, dia berkeyakinan kalau muda bukan segalanya. Anak muda tentu akan berpikir dua kali untuk memilih anak muda yang privilege-nya diberikan, tidak berproses, instans mendapatkan posisi ketua umum partai, ada karpet merah, tidak matang atau tidak teruji. Karena, itu sama saja menjerumuskan anak muda ke dalam hal yang tidak baik.
Kendati begitu, bukan berarti kita harus menolak warga negara Indonesia yang berumur 40 tahun ke bawah untuk mencalonkan diri sebagai capres atau cawapres. Sebab menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI) Salamudin Daeng, momentum politik selalu menghadirkan intrik dan prasangka. Tetapi, sebuah momentum tidak akan terulang dua kali dalam kuantitas maupun kualitas yang sama.
"Kalau demikian, maka Prabowo benar! Kalau mau melahirkan generasi Indonesia Emas 2045, maka buka pintunya sekarang!" ucap Daeng.
Kaum muda akan menjadi hadiah terbesar dari bonus demografi Indonesia. Hal yang tadinya dipandang sebagai masalah, menjadi beban bagi ekonomi akan berbalik menjadi kekuatan produktif yang luar biasa besar. Menciptakan generasi politik baru yang akan sanggup berkiprah dalam ruang percaturan dunia yang semakin menyempit, ketat, dan keras.
Oleh karena itu, menurutnya, hujatan, hinaan, pandangan merendahkan dan meremehkan yang diarahkan kepada anak muda belakangan ini, bukan hanya harus dihentikan. Namun, polemik melelahkan akibat disyahkanya anak muda sebagai capres cawapres oleh MK, harus segera dibalik menjadi hadiah besar bagi bangsa Indonesia. Sehingga Pemilu 2024 bisa menjadi momentum kawah candradimuka untuk melahirkan Generasi Emas 2045